Silahkan beragama apapun asal jangan islam.
KENAPA AKU MENINGGALKAN ISLAM
: Banyak orang bertanya padaku, kenapa kau meninggalkan agama Islam? Kedengarannya memang sangat tak masuk akal, sampai2 kebanyakan Muslim tidak mengizinkan diri sendiri untuk berpikir tentang hal. Mereka lebih memilih percaya bahwa orang murtad karena disogok agen rahasia Yahudi daripada menerima kenyataan bahwa setiap orang punya hak merdeka untuk berpikir dan sebagian orang malah berpendapat bahwa Islam tidak cocok bagi dirinya.
:
:Berikut ini adalah alasanku.
:
:Hanya beberapa tahun yang lalu saja aku percaya bahwa imanku dalam Islam bukan berdasarkan rasa percaya buta tapi karena hasil menyelidiki dan menelaah selama bertahun-tahun. Memang kenyataannya aku telah membaca banyak buku2 Islami yang ditulis oleh orang2 yang pikirannya sesuai denganku dan mengemukakan filosofi yang sesuai dengan pandanganku, sehingga ini semakin meyakinkan diriku bahwa aku sudah menemukan kebenaran.
:
:Semua hasil penelaahanku sesuai dengan imanku. Sama seperti kebanyakan Muslim, aku tadinya percaya bahwa kalau mau benar2 mengetahui sesuatu, maka belajarlah dari sumbernya. Tentu sumber Islam itu adalah Qur’an dan buku2 yang ditulis oleh ilmuwan Islam. Karena itu, aku merasa tidak perlu lagi untuk mencari dari sumber lain untuk menemukan kebenaran, apalagi memang aku telah yakin menemukannya. Seperti yang sering dikatakan para Muslim “Talabe ilm ba’d az wossule ma’loom mazmoom”. Usaha mencari ilmu pengetahun setelah menemukannya adalah bodoh.
:
:Tentu saja ini merupakan ungkapan yang salah. Bagaimana jika kita ingin tahu kebenaran
:tentang suatu aliran kepercayaan yang berbahaya? Apakah cukup dengan hanya bergantung melalui informasi dari pemimpin kepercayaan itu dan semua penganut2nya yang tertipu pemimpin itu? Diperlukan penelaahan secara saintifik (berdasarkan ilmu pengetahuan) untuk menelaah kepercayaan itu, sebab penelaah sains tersebut bukanlah penganutnya. Penelaah sains ini tidak mengutarakan hasil penyelidikannya berdasarkan iman yang membuta. Ia membuat penelaahan yang seksama dari bukti yang ada. Ini sungguh beda dengan pendekatan agamawi yang berdasarkan pada iman dan rasa percaya melulu.
:
:Aku pikir mestinya hubunganku dengan nilai2 manusiawi Barat telah membuatku lebih
:sensitif dan menambah keinginanku untuk mengecap demokrasi, cara berpikir luas, hak2
:asazi manusia, kesamaan hak, dll. Saat itulah aku membaca lagi isi Qur’an dan kutemukan perintah2 yang tidak sesuai dengan nilai2 kemanusiaan. Aku merasa sangat tertekan dan sangat tidak damai untuk mengajar ajaran seperti ini.
:
:Q.3: 5
:”Tapi bagi mereka yang menolak Iman setelah mereka menerimanya, dan lalu menentang Iman, , - pertobatan mereka tidak akan pernah diterima; karena mereka adalah orang2 yang telah sesat”.
:
:Q.16: 106
:” Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar..”
:
:Orang mungkin berpikir bahwa azab yang besar itu nantinya terjadi di akherat. Tapi
:Muhammad memastikan orang2 itu mendapat hukum di bumi pula. Lihat ayat2 berikut:
:
:Sahih Bukhari Volume 6, Buku 61, Nomer 577:
:Aku mendengar Nabi berkata,”Di hari2 akhir (dunia) akan muncul orang2 muda dengan pikiran2 dan ide2 yang bodoh. Mereka akan berkata baik, tapi mereka akan meninggalkan Islam seperti anak panah yang ke luar jalur, iman mereka tidak lebih dalam dari tenggorokannya. Maka, jika kalian menemukan mereka, bunuh mereka, karena akan ada upah bagi para pembunuh itu di Hari Kebangkitan.”
:
:Sahih Bukhari Volume 4, Buku 63, Nomer 260:
:
:Ali membakar beberapa orang dan berita ini terdengar oleh Ibn ‘Abbas, yang berkata,”Jika aku berada di posisinya, aku tidak akan membakar mereka, seperti yang dikatakan sang Nabi,’Jangan hukum (siapapun) dengan Hukuman Allah.’ Tidak ragu lagi, aku sudah akan membunuh mereka, karena Nabi berkata,’Jika seseorang (Muslim) meninggalkan agamanya, bunuh dia.’”
:
:Sahih Bukhari Volume 4, Buku 63, Nomer 261:
:
:Delapan orang dari suku ‘Ukil datang kepada sang Nabi dan mereka merasa udara Medina tidak cocok bagi mereka. Karena itu mereka berkata,”O Rasul Allah! Tolong berikan kami susu.” Rasul Allah berkata,”Aku anjurkan kalian untuk bergabung dengan kelompok unta2.” Maka mereka pergi dan minum air kencing dan susu unta2 (sebagai obat) sampai mereka sehat dan gemuk. Lalu mereka membunuh gembala unta dan melarikan unta2 itu, dan mereka meninggalkan agamanya setelah tadinya mereka adalah Muslim. Pada saat sang Nabi diberitahu hal ini oleh orang yang minta tolong padanya, ia menyuruh beberapa orang untuk memburu para pencuri unta itu, dan sebelum matahari bertambah tinggi, pencuri2 itu dibawa kepada Nabi, dan Nabi memotong tangan2 dan kaki2 mereka. Ia meminta paku2, yang dipanaskan dan ditusukkan ke dalam mata2 para pencuri, dan mereka diterlantarkan di Harra (daerah berbatu di Medina). Mereka minta air, dan tidak ada seorang pun yang memberi mereka air sampai mereka mati.
:
:Dan sebagian terjemahan dari Sunan Abu Daud, Buku 38, Nomer 4339
:
:Disampaikan oleh Aisha, Ummul Mu'minin:
:Rasul Allah (pbuh) berkata: Darah seorang lelaki Muslim, yang mengaku tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, secara hukum tidak boleh ditumpahkan kecuali oleh karena satu dari ketiga hal ini: orang yang berzinah setelah menikah, dan hukumannya adalah dirajam; orang yang melawan Allah dan RasulNya, dan hukumannya adalah ia harus dibunuh atau disalib atau diasingkan dari tanah ini; atau orang yang membunuh dan hukumannya adalah ia harus dibunuh.
:Berikut ini sangat mengerikan. Aku berani berkata bahwa orang mana pun yang membaca ini dan tidak merasa muak berarti tidak dapat disebut manusia.
:
:Sunan Abu-Dawud Buku 38, Nomer 4348
:
:”Disampaikan oleh Abdullah Ibn Abbas:
:Seorang pria buta punya seorang budak wanita yang sedang mengandung (bayi pria buta itu sendiri) dan budak ini suka mengolok-olok dan menghina sang Nabi. Ia melarang budak ini tapi budaknya tidak mau berhenti. Ia memarahinya, tapi budak itu tetap tidak meninggalkan tabiatnya. Suatu malam, budak itu mulai mencemooh sang Nabi dan menghinanya. Lalu pria itu mengambil sebuah pisau, menempelkannya di perut budak itu, lalu menusuknya, dan membunuhnya. Janinnya ke luar diantara kakinya berlumuran darah. Pagi harinya, sang Nabi diberitahu tentang hal ini. Dia mengumpulkan orang2nya dan berkata: Aku meminta dengan sangat demi Allah orang yang melakukan hal ini untuk berdiri mengaku. Pria buta itu lalu melompat dan dengan gemetar berdiri.
:
:Dia duduk di sebelah sang Nabi dan berkata: Rasul Allah! Akulah majikan budak itu; ia
:seringkali menghina dan mengolok-olokmu. Aku melarangnya, tapi dia tidak berhenti, aku memarahinya, tapi dia tidak meninggalkan tabiatnya. I punya dua anak laki seperti mutiara dari budak perempuan ini, dan ia adalah kesayanganku. Kemaren malam, dia mulai lagi menghina dan mengolok-olok engkau. Lalu kuambil sebuah pisau, menempelkannya di perutnya, dan menusukkannya sampai aku membunuhnya.
:Sang Nabi berkata: Oh jadilah saksi ini, tidak ada pembalasan yang perlu dibayar bagi darahnya”.
:
:Aku merasa kisah ini mewujudkan ketidakadilan. Muhammad memaafkan seorang lelaki yang membunuh perempuan hamil dengan anaknya sendiri hanya karena dia berkata bahwa perempuan ini menghina sang Nabi!?
:
:(Pria2 Arab punya kebiasaan meniduri budak2 wanita mereka. Qur’an mengabadikan tradisi ini
:Q. 33:52 “Tidaklah diperbolehkan bagi kalian (untuk menikahi lebih banyak) perempuan2 setelah ini, ataupun mengganti mereka dengan perempuan2 lain, meskipun kecantikan mereka menarik hatimu, kecuali yang dimiliki oleh tangan kananmu (sebagai budak perempuan).”
:
:Muhammad sendiri meniduri Marriyah tanpa mengawininya, dan Marriyah adalah budak istri Muhammad yang bernama Hafsa.
:
:Memaafkan seseorang yang membunuh orang lain hanya karena dia mengatakan perempuan itu menghina Muhammad adalah perbuatan yang tidak dapat diterima. Bagaimana jika orang itu bohong untuk menghindari hukuman? Apa yang disampaikan kisah ini tentang rasa keadilan Muhammad? Bayangkan berapa banyak wanita2 tak bersalah yang dibunuh para suaminya dalam kurun waktu 1.400 tahun ini. Dan bagaimana para suami itu terelak dari hukuman dengan menuduh para istri yang dibunuh mereka itu melakukan penghinaan terhadap rasul Tuhan dan Hadith ini membiarkan mereka bebas karenanya.
:
:Ini satu lagi.
:
:Sunan Abu-Dawud Buku 38, Nomer 4349
:Disampaikan oleh Ali ibn AbuTalib:
:Seorang wanita Yahudi sering menghina dan mengolok-olok sang Nabi. Seorang pria lalu
:mencekiknya sampai dia mati. Rasul Allah mengumumkan tidak perlu hukuman untuk membalas darahnya.
:
:Tidak mudah untuk membaca cerita2 ini dan tidak tergerak hatinya. Tidak ada alasan yang mengira bahwa cerita2 ini dipalsukan. Untuk apa orang2 yang mempercayai Nabi, yang berusaha keras menggambarkan nabi mereka sebagai orang yang penuh belas kasihan, memalsukan begitu banyak cerita yang membuat nabi tampak seperti penguasa bengis? Aku tidak dapat lagi menerima tindakan yang brutal terhadap orang2 yang memilih untuk tidak menerima Islam. Iman adalah pilihan pribadi. Aku tidak dapat lagi menerima bahwa seseorang yang mengritik sebuah agama harus dihukum mati.
:
:Lihat bagaimana Muhammad bersikap pada orang2 yang tidak percaya:
:
:Sunan Abu-Dawud Buku 38, Nomer 4359
:
:Disampaikan oleh Abdullah ibn Abbas:
:Ayat yang berbunyi “Hukuman bagi orang2 yang berperang melawan Allah dan RasulNya, dan berjuang keras mengacaukan tanah ini adalah dibunuh, atau disalib, atau potong tangan2 dan kaki2 dari arah yang berlawanan atau diasingkan dari tanah ini … yang maha pengampun.” Ini diberikan untuk orang2 yang menyembah banyak tuhan. Jika ada dari mereka yang bertobat sebelum mereka ditangkap, ini tidak menghindarkan mereka dari hukuman tadi, yang memang layak mereka dapatkan.
:
:Bagaimana mungkin utusan Tuhan membunuh dan menyalib orang2 karena mereka menolak dia? Bisakah orang seperti ini jadi utusan Tuhan? Tidakkah ada orang lain dengan moral dan etika yang lebih baik untuk memikul tanggungjawab besar sebagai utusan Tuhan?
:
:Aku tidak dapat menerima kenyataan bahwa Muhammad membantai 900 orang Yahudi dalam satu hari, setelah ia menangkap mereka dalam suatu penyerbuan yang direncanakannya. Aku membaca kisah ini dan menggigil.
:
:Sunan Abu-Dawud Buku 38, Nomer 4390
:
:Disampaikan oleh Atiyyah al-Qurazi:
:Aku adalah seorang dari para tawanan Banu Qurayzah. Mereka (para penawan) memeriksa kami, dan mereka yang sudah tumbuh bulu kemaluannya dibunuh, dan yang belum tidak dibunuh. Aku adalah salahsatu dari mereka yang belum punya bulu kemaluan.
:
:Aku juga terkejut sekali membaca kisah ini.
:
:Sunan Abu-Dawud Buku 38, Nomer 4396
:
:Disampaikan oleh Jabir ibn Abdullah:
:Seorang pencuri dihadapkan pada sang Nabi. Nabi berkata: bunuh dia. Orang2 berkata: Dia telah mencuri, wahai Rasul Allah! Lalu kata Nabi: Potong tangannya. Maka tangan kanannya dipotong. Ia dibawa keduakalinya pada sang Nabi dan Nabi berkata: Bunuh dia. Orang2 berkata: Dia telah mencuri, wahai Rasul Allah! Maka Nabi berkata: Potong kakinya. Maka kaki kirinya dipotong.
:Orang itu dibawa ke hadapan Nabi untuk ketigakalinya dan Nabi berkata: Bunuh dia.
:Orang2 berkata: Dia telah mencuri, Rasul Allah!
:Maka Nabi berkata: Potong tangannya. (Maka tangan kirinya dipotong)
:Orang itu dibawa lagi untuk keempatkalinya dan Nabi berkata: Bunuh dia.
:Orang2 berkata: Dia telah mencuri, Rasul Allah!
:Maka Nabi berkata: Potong kakinya. Maka kaki (kanannya) dipotong.
:Orang itu dibawa lagi untuk kelimakalinya dan Nabi berkata: Bunuh dia.
:Lalu kami membawa dia pergi dan membunuhnya. Kami lalu menyeret dia dan melemparkan dia ke dalam sumur dan menimbuni batu2 di atas tubuhnya.
:
:Tampaknya Muhammad menentukan hukuman melalui apa yang dia dengar tentang kasus itu. Juga dengan memotong tangannya, orang itu tidak bisa lagi mencari makan kecuali dengan mengemis, dan ini pun sulit karena dia sudah dicap sebagai pencuri dan dibenci orang2. Karena itu ia terpaksa mencuri lagi untuk bisa terus hidup.
:Setelah hidup di dunia Barat selama beberapa tahun lamanya dan diterima dengan baik oleh orang2 dari berbagai agama atau yang tak beragama sekalipun, yang mencintaiku dan menerimaku sebagai kawan mereka, yang mengizinkanku masuk ke dalam kehidupan dan hati mereka, aku tidak dapat lagi menerima mandat2 Qur’an sebagai firman Tuhan.
:
:Q.58: 22
:“Kau tidak akan menemukan orang2 yang percaya pada Allah dan di hari akhir, berkawan dengan mereka yang melawan Allah dan utusanNya …”
:
:Q.3: 118-120
:“O kamu yang percaya! Janganlah memilih bitaanah (penasehat, konsultan, pelindung,
:
:penolong, kawan, dll) di luar agama (penyembah berhala, orang Yahudi, orang Kristen, dan orang munafik) karena mereka akan terus berusaha sekuatnya untuk merusak pikiranmu. Mereka ingin menjahatimu. Kebencian sudah muncul dalam mulut mereka, tapi bahkan yang tersembunyi dalam dada mereka lebih buruk lagi. Memang Kami telah menerangkannya padamu, jika kalian mengerti. Lihat! Kalianlah yang mencintai mereka tapi mereka tidak mencintaimu, dan kalian percaya akan semua kitab2 (kalian percaya Taurat dan Injil, tapi mereka tidak percaya Qur’an). Dan jika mereka berjumpa denganmu, mereka berkata, ‘Kami percaya.’ Tapi kalau mereka sendirian, mereka menggigit ujung jari2 mereka dengan penuh kemarahan padamu. Katakanlah: ‘Matilah dalam kemarahanmu. Tentu Allah tahu apa yang ada dalam hatimu (semua rahasia).’ Jika kebaikan terjadi padamu, mereka bersedih, tapi kalau kejahatan terjadi padamu, mereka bergembira ..”
:
:Dan ini
:
:Q.5: 51
:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain...”
:
:Aku mengalami sendiri bahwa perkataan2 di atas itu salah. Lihatlah buktinya di krisis Bosnia dan Kosovo; di mana negara2 Kristen mengadakan perang terhadap negara Kristen, untuk membebaskan orang2 Muslim. Banyak dokter2 Yahudi yang sukarela menolong pengungsi2 Kosovo, meskipun pada kenyataannya selama Perang Dunia 2, orang2 Muslim Albania memihak Hitler dan menolong dia membantai orang2 Yahudi.
:Semakin jelas buatku bahwa orang2 Muslim diterima oleh orang2 di seluruh penjuru dunia tapi meskipun demikian nabi kita ingin kita membenci mereka, untuk mengucilkan diri kita dari mereka, untuk memaksa mereka menerima cara kita hidup atau membunuh mereka, menundukkan mereka dan memaksa mereka membayar Jizya. Sungguh tolol! Sangat menyedihkan! Sungguh tak berperikemanusiaan! Tidak heran ada begitu banyak kebencian pada pihak Barat dan Yahudi diantara orang2 Muslim. Adalah Muhammad yang menabur benih kebencian itu dan menimbulkan rasa curiga pada orang2 non-Islam di kalangan Muslim. Bagaimana mungkin orang2 Muslim bisa bergaul dengan negara2 lain dengan menggenggam pesan2 kebencian di Qur’an sebagai firman Tuhan?
:Banyak orang2 Muslim yang pindah ke negara2 non-Muslim dan diterima dengan tangan terbuka. Banyak dari mereka yang berpolitik dan menjadi bagian dari kalangan pemerintah kelas atas. Kami tidak mengalami diskriminasi dari negara2 non-Islam. Tapi lihat bagaimana nabi suci kita menganjurkan kita memperlakukan non-Muslim jika kita adalah kalangan mayoritas.
:
:Q.9: 29
:” Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.”
:
:Aku juga merasa ayat2 berikut tidak sesuai dengan hati nuraniku. Aku mencintai semua
:manusia dan berharap setiap orang untuk bisa bahagia di bumi ini dan diampuni di akherat. Tapi nabiku melarangku untuk meminta pengampunan bagi orang2 yang tidak percaya juga bahkan jika mereka itu orang tua kita atau orang2 yang kita cintai.
:
:Q.9: 113
:“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam.”
:
:Qur’an dan Ahadith penuh dengan ayat2 yang tidak bisa diterima seperti ini sehingga ini
:merupakan bukti nyata bahwa Muhammad bukanlah seorang nabi, tapi seorang pemimpin suatu aliran kepercayaan saja. Kepercayaan sesat memang memaksa orang untuk mengadukan anggota keluarganya sendiri. Muhammad hanyalah seorang penipu yang bohongnya sangat luar biasa, sangat memaksa, sehingga orang2 yang bodoh di zamannya percaya padanya. Lalu generasi berikutnya mewariskan kebohongan ini ke generasi berikutnya. Ahli2 filosofi dan para penulis lahir di suasana kebohongan ini dan mengembangakannya lebih lanjut, memuliakannya, dan membuatnya tampak dapat dipercaya. Tapi jika kau menyelidikinya ke dalam intisarinya, jika kau membaca Qur’an dan mempelajari Ahadith, kau akan lihat bahwa itu semua adalah bohong belaka.
:Aku tahu kata2ku menyakiti hatimu. Tapi aku anjurkan engkau untuk mengendalikan kemarahanmu, baca tulisanku dan pikirkanlah.
:
:Engkau lihat bahwa penolakanku akan Islam bukan didasari oleh tindakan2 buruk orang
:Muslim, tapi oleh tindakan2 buruk pengarangnya sendiri. Semua kekejaman dan tindakan2 kekerasan yang mengerikan yang dilakukan oleh para Muslim di seluruh dunia diilhami oleh Qur’an dan Sunnah. Karena itu aku menyalahkan Qur’an untuk tindakan jahat yang dilakukan orang2 Muslim. Aku tahu bahwa semua usaha untuk memanusiakan masyarakat Islam hanyalah buang2 waktu belaka karena musuhnya adalah Islam itu sendiri dan inilah sasaran seranganku. Kulakukan ini meskipun dengan ini aku menjadi magnet yang menyedot kebencian seluruh orang2 Muslim yang fanatik. Tidak ada untungnya bagiku. Satu2nya alasan kenapa aku begitu menentang Islam adalah untuk membebaskan dunia dari cengkeraman aliran setan ini dan mengembalikan kedamaian dan kesejahteraan, kasih, dan hormat sesama manusia.
***** Posted by : Yuhana Ibn Zakharia
Semoga tercerahkan.
Akhir kata : salam damai saudaraku sebangsa.
Kisahku Mempelajari Quran
dan Akhirnya Tinggalkan Islam
Oleh Mumin Salih (8 Sep, 2008)
"Tanpa perasaan kaget sama sekali, aku membaca bagaimana Muhammad membantai suku Yahudi Bani Qurayza. Aku sudah mengembangkan konsep pemikiran bahwa pembantaian Islamiah terhadap kaum Yahudi tidak lebih daripada orang Arab menggorok sapi.”
AWAL MULA
Awalnya, aku ragu menulis kisah murtadku, karena kisahku ini tidak punya unsur moral apapun seperti yang banyak ditulis para murtadin lainnya di Internet. Aku tidak bisa mengaku bahwa aku tidak tahu segala pembantaian yang dilakukan Muhammad, karena aku memang tahu akan hal itu dan menerimanya sebagai hukuman bagi musuh Allah SWT. Aku pun tidak bisa menyangkal Muhammad melakukan perkawinan pedofili dengan Aisyah karena aku jelas tahu akan hal itu dan menerimanya sebagai kelakuan normal di jaman Muhammad. Tanpa perasaan kaget sama sekali, aku membaca bagaimana Muhammad membantai suku Yahudi Bani Qurayza. Aku sudah mengembangkan konsep pemikiran bahwa pembantaian Islamiah terhadap kaum Yahudi tidak lebih daripada orang Arab menggorok sapi.
Masalahku dengan Islam hanya terletak pada Qur’an. Bagiku, untuk mengerti Qur’an dibutuhkan usaha keras tak kunjung habis dalam menafsirkan, menafsir ulang, dan pembenaran terus-menerus akan hal-hal tak masuk akal dalam Qur’an. Orang yang tak percaya Tuhan dan mampu berbahasa Arab dengan baik, akan merasa sukar untuk menerima kebenaran Qur’an, baik dari segi dan gaya bahasa, maupun isinya. Qur’an itu hanya tampak meyakinkan bagi orang-orang yang tak mengerti bahasa Arab, dan inilah sebenarnya yang dialami oleh sebagian besar umat Islam non-Arab di seluruh dunia. Hal ini benar-benar terjadi pada para Muslim yang tak mengerti bahasa Arab tapi membaca Qur’an bertahun-tahun hanya untuk satu tujuan: masuk surga dan menghindari neraka. Selama puluhan tahun, aku termasuk dalam kelompok terakhir ini. Meskipun awalnya aku sangat amat yakin Qur’an itu 100% benar, sama seperti yang diyakini Muslim pada umumnya, aku semakin lama semakin merasa sukar menerima segala hal tak masuk akal karena, selama tahun-tahun berselang, bahasa Arabku pun semakin lama semakin baik.
Dalam kasusku, gaya bahasa dan logika jungkir balik dalam Qur’an-lah yang membuatku meninggalkan islam, dan bukan karena kekejaman Muhammad. Aku menolak Qur’an karena aku mengharapkan Allah SWT memberikan buku yang jauh lebih bermutu daripada Qur’an!
SEWAKTU KANAK-KANAK MUSLIM
Aku dibesarkan di sebuah kampung kecil di sebelah selatan Syria di awal tahun 1950-an. Orangtuaku adalah petani sederhana yang berpendidikan rendah. Sama seperti penduduk kampung sekitarnya, orangtuaku pun melakukan sholat dan puasa Ramadhan, yang sudah merupakan kewajiban sosial dan budaya. Seperti anak-anak kampung lainnya, aku pun diajari untuk melafalkan ayat-ayat Qur’an di luar kepala bahkan sebelum mulai masuk sekolah. Sampai sekarang pun para orangtua Arab tetap mengajarkan anak-anak mereka melafalkan sura pertama Qur’an yang dikenal sebagai al-Fatiha. Bahkan sebagian orangtua Muslim mengajarkan ini pada anak-anak sewaktu mereka mulai mampu bicara.
Begitulah awalnya aku mengenal Qur’an. Tapi setelah itu pun Qur’an selalu saja berada di sekitarku, apapun yang kulakukan, kemanapun aku pergi. Aku selalu saja mendengar suara Quari yang membaca Qur’an dengan gaya tajwid yang menimbulkan suasana takut. Pelafalan Qur’an berlangsung tanpa henti dari pengeras suara di mesjid-mesjid, radio, dan segala macam teknologi pengeras suara. Tiada upacara atau pertemuan yang bisa berlangsung atau berhenti tanpa pelafalan ayat-ayat Qur’an. Memang aku tidak mendengar Qur’an sepanjang waktu, tapi aku bisa merasakannya di mana-mana. Kemanapun aku melayangkan pandangan, aku selalu bisa menemukan ayat-ayat Qur’an yang ditulis dengan kaligrafi spesial, dibingkai, dan digantungkan di tembok-tembok setiap rumah, setiap toko, bahkan setiap kendaraan pun dihiasi oleh ayat-ayat Qur’an.
Aku masuk satu-satunya sekolah di kampungku, yang merupakan sekolah negeri yang tidak menekankan secara khusus pendidikan agama. Di awal tahun pertama, anak-anak diberi buku-buku pelajaran khusus untuk tahun itu. Di tahun berikutnya, buku-buku pun diganti untuk tahun yang baru, tapi satu buku tidak pernah berubah, yakni Qur’an, yang kami sebut sebagai mushaf. Al-Qur’an benar-benar buku yang menakutkan untuk anak kecil; aku begitu takut akan Qur’an sehingga sukar bagiku untuk menerangkan perasaanku. Anak-anak tidak berani mengatakan hal apapun yang negatif tentang Qur’an. Aku tidak pernah berani berpikir negatif tentang Qur’an karena sangat takut akan hukuman sadis Allah SWT. Aku diajari untuk menghormati buku itu dan melakukan wudhu (membersihkan diri) sebelum menyentuhnya, dan tidak pernah menyentuhnya dengan tangan kiri. Aku diajari untuk menyentuhkan jidatku pada Qur’an, seketika setelah aku menyentuhnya, untuk menunjukkan sikap hormat. Aku pun diajari untuk melakukan upacara spesial tatkala selesai membaca Qur’an. Aku tidak boleh berhenti membaca sebelum menyelesaikan ayat itu; tidak peduli seberapa panjang ayat tersebut. Setelah selesai melafalkan, aku harus mengatakan dalam bahasa Arab sadka allahu alazeem yang berarti Allah SWT mengatakan yang sebenarnya. Lalu setelah itu barulah aku boleh menutup Qur’an dengan sikap khitmad dan meletakannya di atas tumpukan buku-buku yang lain. Tidak boleh meletakkan Qur’an di bawah buku apapun.
QUR’AN MERUPAKAN BUKU YANG SUKAR DIBACA
Aku menyadari bahwa Qur’an bukanlah buku yang gampang dibaca, apalagi untuk anak-anak. Tapi aku dulu yakin justru itulah kehebatan Qur’an! Buku itu tidak bergambar, tidak berjudul, tanpa paragraf, dan bahkan tanpa jeda antara satu ayat dengan ayat yang lain; pokoknya semua tulisannya menyambung dari ayat pertama sampai akhir. Ayat-ayatnya pun tidak bisa dianggap sebagai satu kalimat atau paragraf utuh; ayat-ayat itu adalah kumpulan kata-kata belaka. Sebuah kalimat bisa dimulai dari satu ayat dan selesai di ayat yang lain! Jika kau hilangkan nomer ayat-ayatnya, maka Qur’an akan tampak seperti satu paragraf yang sangat amat panjang!
Setelah semakin lama belajar di sekolah, aku pun semakin mahir membaca dalam bahasa Arab, tapi aku tetap saja sukar mengerti Qur’an. Untungnya, aku tidak sendirian; anak-anak lain pun juga menghadapi kesukaran yang sama. Sura-sura termudah yang dapat kubaca adalah sura-sura yang telah aku hafal di dalam hati. Membaca Sura baru selalu sukar, tapi aku tidak pernah mengerti apa sebabnya.
Sampai saat ini pun aku masih merasa Qur’an bukanlah buku yang mudah dibaca bagi orang-orang yang baru mempelajarinya. Aku yakin orang-orang yang baru melafalkan Qur’an untuk pertamakalinya akan sukar melakukannya tanpa melakukan banyak kesalahan. Untuk dapat membacanya dengan benar, orang harus berlatih berkali-kali terlebih dahulu. Begitu sudah hafal Sura tersebut, maka membaca bagaikan mengingatkan lagi apa yang telah kau ketahui dalam hati.
Para ahli Islam pun ternyata malah sengaja membuat Qur’an menjadi buku yang sangat sulit dibaca. Qur’an sengaja ditulis dengan tatacara yang melanggar penulisan bahasa Arab. Para ahli Islam ini senang melakukan hal ini agar Qur’an semakin tampak misterius tertutupi kabut kebingungan, dan ini merupakan senjata pertahanan diri Qur’an yang terampuh.
Bagaimana orang bisa membaca sebuah buku yang tidak mengandung tanda-tanda baca umum sama sekali? Untuk lebih membingungkan pembaca, Qur’an mengandung kesalahan tata bahasa di setiap ayatnya. Kesalahan yang melanggar tatacara penulisan bahasa Arab ini sangat sarat terdapat dalam Qur’an. Contohnya adalah kata sholat yang ditulis seperti salowat dan kata zakat yang ditulis seperti zakowat. Lalu setiap huruf di setiap kata dikelilingi oleh kode-kode pengucapan khusus bagi Qur’an, untuk menjabarkan bagaimana suatu huruf, di posisi tertentu, harus diucapkan. Untuk menambah lagi kebingungan, tanda-tanda pengucapan ini tampak seperti huruf-huruf Arab normal dalam ukuran yang lebih kecil. Jika hal ini belum cukup membingungkan pembaca, mereka pun menambahkan tanda-tanda tajwid (nada bunyi pelafalan) dalam setiap kata karena setiap huruf di Qur’an harus diucapkan dengan cara tersendiri, tergantung posisinya dalam kata dan kalimat, untuk menghasilkan bunyi nada khusus bagi pelafalan Qur’an.
QUR’AN SUKAR DIDENGAR & DIMENGERTI
Mendengar dan mengerti Qur’an merupakan siksaan Islamiah lain dalam benakku. Aku bisa mendengar radio selama 10 menit dan yang dilakukan Quari (pelafal Qur’an) hanyalah membaca beberapa ayat berulang-kali dengan jeda di mana-mana, yang hanya mengacaukan pengertian sang pendengar. Membaca buku-buku tafsir Qur’an merupakan siksaan berat pula. Beberapa buku tafsir, terutama yang modern, terdiri dari banyak jilid dan penafsir setiap kata bisa memakan banyak halaman.
Karena penulisan Qur’an yang begitu pelik, maka kebanyakan Muslim enggan untuk mempelajari Qur’an, dan hal ini pun mengakibatkan salah anggapan tentang kemampuan intelektual dalam masyarakat Arab. Orang-orang Arab beranggapan bahwa orang pintar tentunya menghasilkan tulisan yang sukar dimengerti pula. Mereka beranggapan sudah sewajarnya orang-orang biasa tidak mengerti Qur’an yang rumit dan panjang itu karena penulisnya adalah Tuhan yang sangat pintar. Orang-orang Arab sangat mudah terpesona akan ahli Qur’an yang menulis banyak halaman, bicara berjam-jam dalam menerangkan satu huruf saja dalam Qur’an, meskipun mereka pun tidak mengerti arti huruf tersebut! Bagi orang Arab, orang sederhana ya hanya mengerti hal yang sederhana pula.
Al Mutanabbi (915-965), salah seorang penyair Arab yang paling hebat, mengungkapkan salah kaprah pemikiran masyarakat Arab ini dalam salah satu syairnya. Dia menjelaskan kecerdasannya dengan cara berkata apa yang ia ingin katakan lalu tidur dengan nyenyak, tapi seluruh dunia menghabiskan waktu sepanjang malam untuk memahami arti kata-katanya! Almutanabbi mengatakan hal yang ingin didengar masyarakat Arab, sambil mencerminkan salah kaprah pemikiran mereka. Agar adil, kujelaskan bahwa syair-syairnya sangat jelas dan bermakna dalam, tapi dia mengingatkan kita akan pengarang buku lain yang merasa bangga karena hanya dialah yang mengerti apa yang ditulisnya.
Q 3:7
“..tapi tiada yang tahu artinya selain Allâh.."
QUR’AN DAN ILMU SIHIR
Proses cuci otak terus-menerus yang intensif dari sejak awal bayi lahir di keluarga Muslim, akhirnya membuat Muslim tersebut tidak mampu menilai Qur’an secara obyektif. Pikiran Muslim tidak pernah bisa jernih jika harus menilai Qur’an. Pada kenyataannya, bagi Muslim, Qur’an tidak pernah tampak sebagai buku yang normal, pelafalannya tidak terdengar sebagai suara yang normal, dan tidak bisa dimengerti secara normal.
Muslim sudah terkondisi untuk memandang Qur’an dalam keadaan mistis, yang mengingatkanku bagaimana tukang sulap mengkondisikan keadaan panggung untuk menampilkan muslihatnya. Pesulap ini pakai baju hitam, dengan latar belakang warna hitam; mereka mengalihkan perhatian penonton dengan menggunakan sound effek dan mengatakan hal-hal yang tak relevan atau melakukan gerak-gerik tipuan ilusi.
Di jaman sekarang, ilmu sihir masih merupakan bisnis laris-manis di Timur Tengah, dan memang sejak dulu pun sudah begitu sebenarnya. Para dukun melakukan tipuan mereka dengan jampi-jampi yang tidak dimengerti siapapun bahkan oleh si dukun itu sendiri. Memang semua ini sengaja dilakukannya agar pembeli jasa benar-benar buta dan terpesona. Muhammad juga menggunakan banyak kata-kata sejenis ‘abrakadabra’ dalam Qur’an dan tampaknya tipuan ini berhasil mengelabui Muslim! Banyak Sura dalam Qur’an yang dimulai dengan huruf-huruf atau kata yang tak ada maknanya. Bahkan beberapa ayat terdiri dari beberapa kata yang campur aduk!
Jika orang waras membaca pesan yang terbaca “H.M.” maka dia akan serta-merta menolaknya. Tapi, anehnya, Muslim menerima hal ini sebagai pesan muzizat! Kedua huruf inilah yang merupakan ayat pertama dari beberapa Sura di Qur’an, misalnya Sura 44. Buku tafsir Qur’an menjelaskan ayat ini sebagai muzizat/keajaiban Allah SWT! Para ilmuwan muslim mengatakan tiada satu pun yang mengerti arti ayat ini selain Allah SWT. Dengan begitu, maka timbul pertanyaan: mengapa Allah SWT mengirim pesan yang tidak dimengerti siapapun kecuali Dia sendiri? Yang lebih ironis lagi, Sura berikutnya, yakni Sura 44 (tepatnya Q 44:2) menyatakan bahwa Qur’an adalah buku yang jelas, mudah dimengerti! Para Muslim telah membaca ayat-ayat seperti ini selama berabad-abad tanpa menggunakan nalar mereka. Reaksi mereka hanya satu: subhanallah!
Penggunaan kata-kata aneh tidak hanya terjadi karena huruf-huruf digabungkan tanpa aturan saja; Qur’an sendiri ternyata memasukkan kata-kata asing tanpa aturan pula sebagai bentuk praktek sihir. Jika kita lihat buku-buku tafsir Qur’an tentang kata-kata ababil (Q 105:3), sijjil (105:4), gheslin (69:36) dan lusinan kata-kata lainnya, maka kita temukan bahwa kata-kata itu tidak berarti jelas apapun, dan ini merupakan tanda bahwa kata-kata itu pun dulu tidak jelas artinya bagi orang-orang Arab jaman dulu (abad ke-7 M). Muhammad mungkin menggunakan kata-kata itu agar orang terpesona. Para penyihir Arab memang sering menggunakan kata-kata asing atau huruf-huruf yang didistorsi atau bahkan menciptakan huruf baru yang tiada artinya sama sekali untuk mempesona penonton yang bodoh dan mudah tertipu.
PELAJARAN SEWAKTU DI SMA
Aku masih ingat sekali kejadian di kelasku waktu SMA. Saat itu guruku telah panjang lebar menjelaskan betapa indahnya Qur’an. Salah seorang murid di kelas bertanya tentang ayat yang dibicarakan hari itu, yakni Q 49:9.
" وإنْ طائفتان من المؤمنين اقتتلوا"
Q 49:9
And if two parties or groups among the believers fall to fighting, then..
terjemahan:
Dan jika kedua kelompok mukmin jadi berperang, maka…
Dalam ayat di atas, Qur’an menggunakan kata iktatalu (= jadi berperang) di tempat yang seharusnya adalah kata iktatala. Pertanyaannya adalah: mengapa kok begitu?
Awalnya, aku ragu menulis kisah murtadku, karena kisahku ini tidak punya unsur moral apapun seperti yang banyak ditulis para murtadin lainnya di Internet. Aku tidak bisa mengaku bahwa aku tidak tahu segala pembantaian yang dilakukan Muhammad, karena aku memang tahu akan hal itu dan menerimanya sebagai hukuman bagi musuh Allah SWT. Aku pun tidak bisa menyangkal Muhammad melakukan perkawinan pedofili dengan Aisyah karena aku jelas tahu akan hal itu dan menerimanya sebagai kelakuan normal di jaman Muhammad. Tanpa perasaan kaget sama sekali, aku membaca bagaimana Muhammad membantai suku Yahudi Bani Qurayza. Aku sudah mengembangkan konsep pemikiran bahwa pembantaian Islamiah terhadap kaum Yahudi tidak lebih daripada orang Arab menggorok sapi.
Masalahku dengan Islam hanya terletak pada Qur’an. Bagiku, untuk mengerti Qur’an dibutuhkan usaha keras tak kunjung habis dalam menafsirkan, menafsir ulang, dan pembenaran terus-menerus akan hal-hal tak masuk akal dalam Qur’an. Orang yang tak percaya Tuhan dan mampu berbahasa Arab dengan baik, akan merasa sukar untuk menerima kebenaran Qur’an, baik dari segi dan gaya bahasa, maupun isinya. Qur’an itu hanya tampak meyakinkan bagi orang-orang yang tak mengerti bahasa Arab, dan inilah sebenarnya yang dialami oleh sebagian besar umat Islam non-Arab di seluruh dunia. Hal ini benar-benar terjadi pada para Muslim yang tak mengerti bahasa Arab tapi membaca Qur’an bertahun-tahun hanya untuk satu tujuan: masuk surga dan menghindari neraka. Selama puluhan tahun, aku termasuk dalam kelompok terakhir ini. Meskipun awalnya aku sangat amat yakin Qur’an itu 100% benar, sama seperti yang diyakini Muslim pada umumnya, aku semakin lama semakin merasa sukar menerima segala hal tak masuk akal karena, selama tahun-tahun berselang, bahasa Arabku pun semakin lama semakin baik.
Dalam kasusku, gaya bahasa dan logika jungkir balik dalam Qur’an-lah yang membuatku meninggalkan islam, dan bukan karena kekejaman Muhammad. Aku menolak Qur’an karena aku mengharapkan Allah SWT memberikan buku yang jauh lebih bermutu daripada Qur’an!
SEWAKTU KANAK-KANAK MUSLIM
Aku dibesarkan di sebuah kampung kecil di sebelah selatan Syria di awal tahun 1950-an. Orangtuaku adalah petani sederhana yang berpendidikan rendah. Sama seperti penduduk kampung sekitarnya, orangtuaku pun melakukan sholat dan puasa Ramadhan, yang sudah merupakan kewajiban sosial dan budaya. Seperti anak-anak kampung lainnya, aku pun diajari untuk melafalkan ayat-ayat Qur’an di luar kepala bahkan sebelum mulai masuk sekolah. Sampai sekarang pun para orangtua Arab tetap mengajarkan anak-anak mereka melafalkan sura pertama Qur’an yang dikenal sebagai al-Fatiha. Bahkan sebagian orangtua Muslim mengajarkan ini pada anak-anak sewaktu mereka mulai mampu bicara.
Begitulah awalnya aku mengenal Qur’an. Tapi setelah itu pun Qur’an selalu saja berada di sekitarku, apapun yang kulakukan, kemanapun aku pergi. Aku selalu saja mendengar suara Quari yang membaca Qur’an dengan gaya tajwid yang menimbulkan suasana takut. Pelafalan Qur’an berlangsung tanpa henti dari pengeras suara di mesjid-mesjid, radio, dan segala macam teknologi pengeras suara. Tiada upacara atau pertemuan yang bisa berlangsung atau berhenti tanpa pelafalan ayat-ayat Qur’an. Memang aku tidak mendengar Qur’an sepanjang waktu, tapi aku bisa merasakannya di mana-mana. Kemanapun aku melayangkan pandangan, aku selalu bisa menemukan ayat-ayat Qur’an yang ditulis dengan kaligrafi spesial, dibingkai, dan digantungkan di tembok-tembok setiap rumah, setiap toko, bahkan setiap kendaraan pun dihiasi oleh ayat-ayat Qur’an.
Aku masuk satu-satunya sekolah di kampungku, yang merupakan sekolah negeri yang tidak menekankan secara khusus pendidikan agama. Di awal tahun pertama, anak-anak diberi buku-buku pelajaran khusus untuk tahun itu. Di tahun berikutnya, buku-buku pun diganti untuk tahun yang baru, tapi satu buku tidak pernah berubah, yakni Qur’an, yang kami sebut sebagai mushaf. Al-Qur’an benar-benar buku yang menakutkan untuk anak kecil; aku begitu takut akan Qur’an sehingga sukar bagiku untuk menerangkan perasaanku. Anak-anak tidak berani mengatakan hal apapun yang negatif tentang Qur’an. Aku tidak pernah berani berpikir negatif tentang Qur’an karena sangat takut akan hukuman sadis Allah SWT. Aku diajari untuk menghormati buku itu dan melakukan wudhu (membersihkan diri) sebelum menyentuhnya, dan tidak pernah menyentuhnya dengan tangan kiri. Aku diajari untuk menyentuhkan jidatku pada Qur’an, seketika setelah aku menyentuhnya, untuk menunjukkan sikap hormat. Aku pun diajari untuk melakukan upacara spesial tatkala selesai membaca Qur’an. Aku tidak boleh berhenti membaca sebelum menyelesaikan ayat itu; tidak peduli seberapa panjang ayat tersebut. Setelah selesai melafalkan, aku harus mengatakan dalam bahasa Arab sadka allahu alazeem yang berarti Allah SWT mengatakan yang sebenarnya. Lalu setelah itu barulah aku boleh menutup Qur’an dengan sikap khitmad dan meletakannya di atas tumpukan buku-buku yang lain. Tidak boleh meletakkan Qur’an di bawah buku apapun.
QUR’AN MERUPAKAN BUKU YANG SUKAR DIBACA
Aku menyadari bahwa Qur’an bukanlah buku yang gampang dibaca, apalagi untuk anak-anak. Tapi aku dulu yakin justru itulah kehebatan Qur’an! Buku itu tidak bergambar, tidak berjudul, tanpa paragraf, dan bahkan tanpa jeda antara satu ayat dengan ayat yang lain; pokoknya semua tulisannya menyambung dari ayat pertama sampai akhir. Ayat-ayatnya pun tidak bisa dianggap sebagai satu kalimat atau paragraf utuh; ayat-ayat itu adalah kumpulan kata-kata belaka. Sebuah kalimat bisa dimulai dari satu ayat dan selesai di ayat yang lain! Jika kau hilangkan nomer ayat-ayatnya, maka Qur’an akan tampak seperti satu paragraf yang sangat amat panjang!
Setelah semakin lama belajar di sekolah, aku pun semakin mahir membaca dalam bahasa Arab, tapi aku tetap saja sukar mengerti Qur’an. Untungnya, aku tidak sendirian; anak-anak lain pun juga menghadapi kesukaran yang sama. Sura-sura termudah yang dapat kubaca adalah sura-sura yang telah aku hafal di dalam hati. Membaca Sura baru selalu sukar, tapi aku tidak pernah mengerti apa sebabnya.
Sampai saat ini pun aku masih merasa Qur’an bukanlah buku yang mudah dibaca bagi orang-orang yang baru mempelajarinya. Aku yakin orang-orang yang baru melafalkan Qur’an untuk pertamakalinya akan sukar melakukannya tanpa melakukan banyak kesalahan. Untuk dapat membacanya dengan benar, orang harus berlatih berkali-kali terlebih dahulu. Begitu sudah hafal Sura tersebut, maka membaca bagaikan mengingatkan lagi apa yang telah kau ketahui dalam hati.
Para ahli Islam pun ternyata malah sengaja membuat Qur’an menjadi buku yang sangat sulit dibaca. Qur’an sengaja ditulis dengan tatacara yang melanggar penulisan bahasa Arab. Para ahli Islam ini senang melakukan hal ini agar Qur’an semakin tampak misterius tertutupi kabut kebingungan, dan ini merupakan senjata pertahanan diri Qur’an yang terampuh.
Bagaimana orang bisa membaca sebuah buku yang tidak mengandung tanda-tanda baca umum sama sekali? Untuk lebih membingungkan pembaca, Qur’an mengandung kesalahan tata bahasa di setiap ayatnya. Kesalahan yang melanggar tatacara penulisan bahasa Arab ini sangat sarat terdapat dalam Qur’an. Contohnya adalah kata sholat yang ditulis seperti salowat dan kata zakat yang ditulis seperti zakowat. Lalu setiap huruf di setiap kata dikelilingi oleh kode-kode pengucapan khusus bagi Qur’an, untuk menjabarkan bagaimana suatu huruf, di posisi tertentu, harus diucapkan. Untuk menambah lagi kebingungan, tanda-tanda pengucapan ini tampak seperti huruf-huruf Arab normal dalam ukuran yang lebih kecil. Jika hal ini belum cukup membingungkan pembaca, mereka pun menambahkan tanda-tanda tajwid (nada bunyi pelafalan) dalam setiap kata karena setiap huruf di Qur’an harus diucapkan dengan cara tersendiri, tergantung posisinya dalam kata dan kalimat, untuk menghasilkan bunyi nada khusus bagi pelafalan Qur’an.
QUR’AN SUKAR DIDENGAR & DIMENGERTI
Mendengar dan mengerti Qur’an merupakan siksaan Islamiah lain dalam benakku. Aku bisa mendengar radio selama 10 menit dan yang dilakukan Quari (pelafal Qur’an) hanyalah membaca beberapa ayat berulang-kali dengan jeda di mana-mana, yang hanya mengacaukan pengertian sang pendengar. Membaca buku-buku tafsir Qur’an merupakan siksaan berat pula. Beberapa buku tafsir, terutama yang modern, terdiri dari banyak jilid dan penafsir setiap kata bisa memakan banyak halaman.
Karena penulisan Qur’an yang begitu pelik, maka kebanyakan Muslim enggan untuk mempelajari Qur’an, dan hal ini pun mengakibatkan salah anggapan tentang kemampuan intelektual dalam masyarakat Arab. Orang-orang Arab beranggapan bahwa orang pintar tentunya menghasilkan tulisan yang sukar dimengerti pula. Mereka beranggapan sudah sewajarnya orang-orang biasa tidak mengerti Qur’an yang rumit dan panjang itu karena penulisnya adalah Tuhan yang sangat pintar. Orang-orang Arab sangat mudah terpesona akan ahli Qur’an yang menulis banyak halaman, bicara berjam-jam dalam menerangkan satu huruf saja dalam Qur’an, meskipun mereka pun tidak mengerti arti huruf tersebut! Bagi orang Arab, orang sederhana ya hanya mengerti hal yang sederhana pula.
Al Mutanabbi (915-965), salah seorang penyair Arab yang paling hebat, mengungkapkan salah kaprah pemikiran masyarakat Arab ini dalam salah satu syairnya. Dia menjelaskan kecerdasannya dengan cara berkata apa yang ia ingin katakan lalu tidur dengan nyenyak, tapi seluruh dunia menghabiskan waktu sepanjang malam untuk memahami arti kata-katanya! Almutanabbi mengatakan hal yang ingin didengar masyarakat Arab, sambil mencerminkan salah kaprah pemikiran mereka. Agar adil, kujelaskan bahwa syair-syairnya sangat jelas dan bermakna dalam, tapi dia mengingatkan kita akan pengarang buku lain yang merasa bangga karena hanya dialah yang mengerti apa yang ditulisnya.
Q 3:7
“..tapi tiada yang tahu artinya selain Allâh.."
QUR’AN DAN ILMU SIHIR
Proses cuci otak terus-menerus yang intensif dari sejak awal bayi lahir di keluarga Muslim, akhirnya membuat Muslim tersebut tidak mampu menilai Qur’an secara obyektif. Pikiran Muslim tidak pernah bisa jernih jika harus menilai Qur’an. Pada kenyataannya, bagi Muslim, Qur’an tidak pernah tampak sebagai buku yang normal, pelafalannya tidak terdengar sebagai suara yang normal, dan tidak bisa dimengerti secara normal.
Muslim sudah terkondisi untuk memandang Qur’an dalam keadaan mistis, yang mengingatkanku bagaimana tukang sulap mengkondisikan keadaan panggung untuk menampilkan muslihatnya. Pesulap ini pakai baju hitam, dengan latar belakang warna hitam; mereka mengalihkan perhatian penonton dengan menggunakan sound effek dan mengatakan hal-hal yang tak relevan atau melakukan gerak-gerik tipuan ilusi.
Di jaman sekarang, ilmu sihir masih merupakan bisnis laris-manis di Timur Tengah, dan memang sejak dulu pun sudah begitu sebenarnya. Para dukun melakukan tipuan mereka dengan jampi-jampi yang tidak dimengerti siapapun bahkan oleh si dukun itu sendiri. Memang semua ini sengaja dilakukannya agar pembeli jasa benar-benar buta dan terpesona. Muhammad juga menggunakan banyak kata-kata sejenis ‘abrakadabra’ dalam Qur’an dan tampaknya tipuan ini berhasil mengelabui Muslim! Banyak Sura dalam Qur’an yang dimulai dengan huruf-huruf atau kata yang tak ada maknanya. Bahkan beberapa ayat terdiri dari beberapa kata yang campur aduk!
Jika orang waras membaca pesan yang terbaca “H.M.” maka dia akan serta-merta menolaknya. Tapi, anehnya, Muslim menerima hal ini sebagai pesan muzizat! Kedua huruf inilah yang merupakan ayat pertama dari beberapa Sura di Qur’an, misalnya Sura 44. Buku tafsir Qur’an menjelaskan ayat ini sebagai muzizat/keajaiban Allah SWT! Para ilmuwan muslim mengatakan tiada satu pun yang mengerti arti ayat ini selain Allah SWT. Dengan begitu, maka timbul pertanyaan: mengapa Allah SWT mengirim pesan yang tidak dimengerti siapapun kecuali Dia sendiri? Yang lebih ironis lagi, Sura berikutnya, yakni Sura 44 (tepatnya Q 44:2) menyatakan bahwa Qur’an adalah buku yang jelas, mudah dimengerti! Para Muslim telah membaca ayat-ayat seperti ini selama berabad-abad tanpa menggunakan nalar mereka. Reaksi mereka hanya satu: subhanallah!
Penggunaan kata-kata aneh tidak hanya terjadi karena huruf-huruf digabungkan tanpa aturan saja; Qur’an sendiri ternyata memasukkan kata-kata asing tanpa aturan pula sebagai bentuk praktek sihir. Jika kita lihat buku-buku tafsir Qur’an tentang kata-kata ababil (Q 105:3), sijjil (105:4), gheslin (69:36) dan lusinan kata-kata lainnya, maka kita temukan bahwa kata-kata itu tidak berarti jelas apapun, dan ini merupakan tanda bahwa kata-kata itu pun dulu tidak jelas artinya bagi orang-orang Arab jaman dulu (abad ke-7 M). Muhammad mungkin menggunakan kata-kata itu agar orang terpesona. Para penyihir Arab memang sering menggunakan kata-kata asing atau huruf-huruf yang didistorsi atau bahkan menciptakan huruf baru yang tiada artinya sama sekali untuk mempesona penonton yang bodoh dan mudah tertipu.
PELAJARAN SEWAKTU DI SMA
Aku masih ingat sekali kejadian di kelasku waktu SMA. Saat itu guruku telah panjang lebar menjelaskan betapa indahnya Qur’an. Salah seorang murid di kelas bertanya tentang ayat yang dibicarakan hari itu, yakni Q 49:9.
" وإنْ طائفتان من المؤمنين اقتتلوا"
Q 49:9
And if two parties or groups among the believers fall to fighting, then..
terjemahan:
Dan jika kedua kelompok mukmin jadi berperang, maka…
Dalam ayat di atas, Qur’an menggunakan kata iktatalu (= jadi berperang) di tempat yang seharusnya adalah kata iktatala. Pertanyaannya adalah: mengapa kok begitu?
Aku yakin teman sekelasku itu tidak bermaksud menghina Qur’an, tapi hanya mempertanyakan kesalahan tata bahasa dalam Qur’an. Pertanyaannya mengejutkanku, terlebih-lebih lagi guruku. Guru itu lalu menegur sang murid dan mengingatkannya agar bersikap hati-hati dan hormat jika membicarakan Qur’an. Sudah jelas bahwa guruku juga mengetahui kesalahan tata bahasa di Q 49:9 untuk pertama kalinya; dia berjuang keras untuk mencari jawaban dan terus berusaha menunjukkan dengan sia-sia betapa indahnya alunan ayat tersebut. Dia akhirnya menyimpulkan bahwa orang-orang jaman Nabi saja terpesona akan ayat tersebut, lalu siapakah kita ini sehingga berani tidak setuju dengan mereka?
Q 49:9 jelas menunjukkan kesalahan tata bahasa yang tak dapat disangkal atau dijelaskan. Para ahli Islam menjelaskan berputar-putar, jungkir balik memelintir aturan Islam dan mengubah arti kata untuk memaksa Muslim percaya bahwa kesalahan itu bukanlah kesalahan, melainkan muzizat! Kesalahan yang serupa juga terdapat di Q 22:19.
" هذان خصمان اختصموا"
Q 22:19
These two opponents dispute with each other...
terjemahan:
Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang saling bertengkar,
Dalam ayat tersebut, Qur’an secara salah menggunakan kata ikhtasamu (=saling bertengkar) di tempat yang seharusnya terdapat kata ikhtasama.
Dulu, aku tidak peduli apapun penjelasan guruku, sebab bagiku yang penting ada jawaban. Aku dulu sudah cukup puas dengan jawaban Islamiah yang memang diciptakan untuk menghalangi Muslim berpikir lebih jauh mempertanyakan Qur’an. Kau tentu telah sering dengar jawaban khas imam Muslim, “Kau pikir semua ilmuwan besar Arab di jaman dulu tidak tahu akan hal ini? Kau pikir kau ini jenius ya? Emangnya kau benar-benar mengerti akan ayat ini?”
MUSLIM LIBERAL
Sewaktu jadi mahasiswa di universitas, aku adalah Muslim yang liberal, setidaknya begitulah aku ingin menunjukkan diriku. Aku hanya melakukan sholat Juma’at saja, dan hal ini biasa dilakukan teman-teman kampus saat itu. Sewaktu mulai kuliah, aku telah menemukan banyak hal dalam Islam yang membuatku merasa tak nyaman. Karena itulah aku menolak ahadis dan hanya percaya Qur’an saja. Aku anggap diriku sebagai Muslim yang bernalar yang benar-benar beriman pada Islam dan bukan hanya mewarisinya dari orangtua. Hal ini pun sering dinyatakan para Muslim saat ini.
Dalam hatiku yang terdalam, aku sadar bahwa isi Sira Muhammad (kisah hidup Muhammad) dan ahadis terlalu memalukan untuk dapat kuterima dan kubenarkan. Karenanya, agar tetap bisa memeluk Islam dengan nyaman, aku harus menolak sebagian besar Sira dan ahadis dan mengarang sendiri penafsiranku tentang Qur’an. Hal ini tentunya aneh sekali, sebab Qur’an pun sama jeleknya dengan ahadis. Alasan melakukan hal ini adalah karena Qur’an itu buku yang mudah dimanfaatkan bagi orang yang mahir berbahasa Arab. Qur’an penuh kerancuan dan kontradiksi dalam segala hal, sehingga kau bisa mencomot segala hal yang kau perlukan dan menggunakannya untuk membenarkan dirimu. Aku mengambil saja bagian Qur’an yang kuperlukan dan menjelaskannya sesuka aku sambil menutup mata pada bagian lain yang tidak sesuai dengan penjelasanku. Begitulah yang kulakukan agar aku mampu tetap beriman meskipun banyak hal dalam Islam yang tidak mampu kuterima.
Aku melakukan ibadah Islam dengan cara yang sangat liberal, tidak melakukan banyak kewajiban Islam, kadang melakukan dosa tapi cepat-cepat membenarkan diriku dengan mencomot ayat-ayat tertentu dalam Qur’an. Aku hiasi kamarku dengan poster kaligrafi ayat Qur’an yang kupilih dengan cermat dan kusimpan selama bertahun-tahun. Ayat ini adalah Q 39:53, yang merupakan ayat favoritku karena ayat ini merupakan satu dari sedikit ayat yang menyatakan Allah SWT sebagai Tuhan yang baik hati dan pemaaf.
Q 39:53
O my slaves who have transgressed against themselves despair not of the Mercy of Allâh…'
terjemahan:
Wahai budak-budakku, yang melampuai batas terhadap diri mereka, janganlah kau berputus asa dalam rahmat Allâh…
Kawan-kawanku mengenalku sebagai orang yang gemar membaca buku-buku Arab klasik dan bersikap sensitif pada kesalahan tata bahasa dalam tulisan atau bacaan formal. Aku telah membaca ayat Q 39:53 ribuan kali tanpa menyadari kesalahan tata bahasanya yang begitu jelas! Q 39:53 mengandung kesalahan bahasa dan logika.
Di ayat ini, Allah SWT bicara pada Muhammad dan memintanya untuk memberitahu Muslim (budak-budak Allah) agar tidak berputus-asa, tapi kata-kata dalam ayat ternyata menunjukkan bahwa Muslim itu adalah budak-budak Muhammad! Ayat itu seharusnya dimulai dengan kata:
Katakan: Wahai budak-budak Allâh…
Sukar bagiku untuk menerangkan bagaimana aku membaca ayat tersebut siang malam selama bertahun-tahun tanpa menyadari kesalahannya yang begitu jelas. Aku hanya bisa menemukan kesalahan tersebut setelah membaca Qur’an dengan pemikiran yang kritis saja beberapa tahun kemudian. Tapi ternyata aku tidak sendirian dalam membutakan mata, aku tidak pernah menemukan orang Arab Muslim manapun yang sadar akan kesalahan itu. Tapi andaikata pun mereka lalu menyadarinya, mereka dengan cepat akan berusaha keras membenarkan kesalahan tersebut. Menyedihkan. Jika sudah harus menelaah Qur’an, Muslim tidak mampu lagi bernalar logis. Muslim sudah sedemikian hebatnya dicuci-otak secara Islam sehingga indra mereka lumpuh dan pikiran mereka diselaputi kabut. Di bawah pengaruh Islam, Mulsim tidak mampu lagi menilai Qur’an secara obyektif.
Begitu aku mampu membaca Qur’an secara obyektif, aku lalu terkejut melihat begitu banyaknya kesalahan tata bahasa dalam berbagai jenis dalam Qur’an. Begitu Muslim mampu menyingkirkan anggapan bahwa Qur’an itu suci, maka Qur’an akan tampak sebagai buku yang sangat berbeda, yang tidak memerlukan begitu banyak penafsiran untuk bisa dimengerti, karena semua misteri Qur’an bisa dipecahkan oleh satu kata saja; sampah!
Contoh kesalahan tata bahasa dalam Qur’an juga bisa dilihat di Q 6:99. Adalah hal yang umum dalam Qur’an bahwa Allah tiba-tiba saja memindahkan orang ketiga menjadi orang pertama atau sebaliknya, tanpa alasan apapun. Di Q 6:99, tata bahasa yang kacau menunjukkan bahwa Allah SWT sebenarnya mengatakan tentang tuhan lain yang mengirim hujan dari langit sedangkan Dialah yang bertanggungjawab atas tumbuh-tumbuhan.
Q 6:99
It is HE who sends down water from the sky, and with it WE bring forth vegetation of all kinds…
terjemahan:
Adalah DIA yang mengirim air dari langit, dan dengannya KITA menumbuhkan segala jenis tanam-tanaman…
Contoh kesalahan Qur’an favoritku adalah dalam Q 6:151, yang berisi tentang daftar hal-hal haram yang harus dihindari Muslim. Secara teori, ayat ini seharusnya adalah salah satu ayat termudah disusun; yang diperlukan hanyalah penyebutan hal satu persatu, tapi ini pun ternyata gagal dilakukan dengan benar dalam Qur’an:
Q 6:151
"Come, I will recite what your Lord has prohibited you from: Join not anything in worship with Him; be good and dutiful to your parents; kill not your children because of poverty - We provide sustenance for you and for them; come not near to Al-Fawâhish whether committed openly or secretly, and kill not anyone whom Allâh has forbidden, except for a just cause..”
terjemahan:
“Mari, aku akan melafalkan bahwa Tuhanmu telah melarangmu dari: jangan mempersekutukan apapun dalam menyembah Dia; bersikap baik dan berbaktilah pada orangtuamu; jangan bunuh anak-anakmu karena miskin – Kami menyediakan makanan bagimu dan bagi mereka; jangan melakukan Al-Fawâhish secara terang-terangan atau rahasia, dan jangan bunuh siapapun yang dilarang Allâh, kecuali untuk alasan yang benar…
Ayat di atas menyebutkan hal-hal yang diharamkan bagi semua Muslim. Ayat ini menyebut ‘bersikap baik dan berbakti pada orangtua’ sebagai satu dari hal-hal haram. Para ahli Islam mengatakan bahwa ‘bersikap baik dan berbakti pada orangtua’ tidak termasuk dalam daftar hal yang haram dan kita semua tentunya berharap demikian. Tapi mengapa lalu Allâh memasukkan hal itu ke dalam daftar haram dan bergantung pada pengertian logis manusia untuk menyadari bahwa hal itu tidak termasuk dalam daftar haram? Apakah ayat tersebut ditulis dalam tata bahasa yang benar? Apakah tulisan seperti ini bisa diterima di jaman dulu atau sekarang?
Dan kisahku tentang Qur’an masih akan terus bersambung…
Q 49:9 jelas menunjukkan kesalahan tata bahasa yang tak dapat disangkal atau dijelaskan. Para ahli Islam menjelaskan berputar-putar, jungkir balik memelintir aturan Islam dan mengubah arti kata untuk memaksa Muslim percaya bahwa kesalahan itu bukanlah kesalahan, melainkan muzizat! Kesalahan yang serupa juga terdapat di Q 22:19.
" هذان خصمان اختصموا"
Q 22:19
These two opponents dispute with each other...
terjemahan:
Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang saling bertengkar,
Dalam ayat tersebut, Qur’an secara salah menggunakan kata ikhtasamu (=saling bertengkar) di tempat yang seharusnya terdapat kata ikhtasama.
Dulu, aku tidak peduli apapun penjelasan guruku, sebab bagiku yang penting ada jawaban. Aku dulu sudah cukup puas dengan jawaban Islamiah yang memang diciptakan untuk menghalangi Muslim berpikir lebih jauh mempertanyakan Qur’an. Kau tentu telah sering dengar jawaban khas imam Muslim, “Kau pikir semua ilmuwan besar Arab di jaman dulu tidak tahu akan hal ini? Kau pikir kau ini jenius ya? Emangnya kau benar-benar mengerti akan ayat ini?”
MUSLIM LIBERAL
Sewaktu jadi mahasiswa di universitas, aku adalah Muslim yang liberal, setidaknya begitulah aku ingin menunjukkan diriku. Aku hanya melakukan sholat Juma’at saja, dan hal ini biasa dilakukan teman-teman kampus saat itu. Sewaktu mulai kuliah, aku telah menemukan banyak hal dalam Islam yang membuatku merasa tak nyaman. Karena itulah aku menolak ahadis dan hanya percaya Qur’an saja. Aku anggap diriku sebagai Muslim yang bernalar yang benar-benar beriman pada Islam dan bukan hanya mewarisinya dari orangtua. Hal ini pun sering dinyatakan para Muslim saat ini.
Dalam hatiku yang terdalam, aku sadar bahwa isi Sira Muhammad (kisah hidup Muhammad) dan ahadis terlalu memalukan untuk dapat kuterima dan kubenarkan. Karenanya, agar tetap bisa memeluk Islam dengan nyaman, aku harus menolak sebagian besar Sira dan ahadis dan mengarang sendiri penafsiranku tentang Qur’an. Hal ini tentunya aneh sekali, sebab Qur’an pun sama jeleknya dengan ahadis. Alasan melakukan hal ini adalah karena Qur’an itu buku yang mudah dimanfaatkan bagi orang yang mahir berbahasa Arab. Qur’an penuh kerancuan dan kontradiksi dalam segala hal, sehingga kau bisa mencomot segala hal yang kau perlukan dan menggunakannya untuk membenarkan dirimu. Aku mengambil saja bagian Qur’an yang kuperlukan dan menjelaskannya sesuka aku sambil menutup mata pada bagian lain yang tidak sesuai dengan penjelasanku. Begitulah yang kulakukan agar aku mampu tetap beriman meskipun banyak hal dalam Islam yang tidak mampu kuterima.
Aku melakukan ibadah Islam dengan cara yang sangat liberal, tidak melakukan banyak kewajiban Islam, kadang melakukan dosa tapi cepat-cepat membenarkan diriku dengan mencomot ayat-ayat tertentu dalam Qur’an. Aku hiasi kamarku dengan poster kaligrafi ayat Qur’an yang kupilih dengan cermat dan kusimpan selama bertahun-tahun. Ayat ini adalah Q 39:53, yang merupakan ayat favoritku karena ayat ini merupakan satu dari sedikit ayat yang menyatakan Allah SWT sebagai Tuhan yang baik hati dan pemaaf.
Q 39:53
O my slaves who have transgressed against themselves despair not of the Mercy of Allâh…'
terjemahan:
Wahai budak-budakku, yang melampuai batas terhadap diri mereka, janganlah kau berputus asa dalam rahmat Allâh…
Kawan-kawanku mengenalku sebagai orang yang gemar membaca buku-buku Arab klasik dan bersikap sensitif pada kesalahan tata bahasa dalam tulisan atau bacaan formal. Aku telah membaca ayat Q 39:53 ribuan kali tanpa menyadari kesalahan tata bahasanya yang begitu jelas! Q 39:53 mengandung kesalahan bahasa dan logika.
Di ayat ini, Allah SWT bicara pada Muhammad dan memintanya untuk memberitahu Muslim (budak-budak Allah) agar tidak berputus-asa, tapi kata-kata dalam ayat ternyata menunjukkan bahwa Muslim itu adalah budak-budak Muhammad! Ayat itu seharusnya dimulai dengan kata:
Katakan: Wahai budak-budak Allâh…
Sukar bagiku untuk menerangkan bagaimana aku membaca ayat tersebut siang malam selama bertahun-tahun tanpa menyadari kesalahannya yang begitu jelas. Aku hanya bisa menemukan kesalahan tersebut setelah membaca Qur’an dengan pemikiran yang kritis saja beberapa tahun kemudian. Tapi ternyata aku tidak sendirian dalam membutakan mata, aku tidak pernah menemukan orang Arab Muslim manapun yang sadar akan kesalahan itu. Tapi andaikata pun mereka lalu menyadarinya, mereka dengan cepat akan berusaha keras membenarkan kesalahan tersebut. Menyedihkan. Jika sudah harus menelaah Qur’an, Muslim tidak mampu lagi bernalar logis. Muslim sudah sedemikian hebatnya dicuci-otak secara Islam sehingga indra mereka lumpuh dan pikiran mereka diselaputi kabut. Di bawah pengaruh Islam, Mulsim tidak mampu lagi menilai Qur’an secara obyektif.
Begitu aku mampu membaca Qur’an secara obyektif, aku lalu terkejut melihat begitu banyaknya kesalahan tata bahasa dalam berbagai jenis dalam Qur’an. Begitu Muslim mampu menyingkirkan anggapan bahwa Qur’an itu suci, maka Qur’an akan tampak sebagai buku yang sangat berbeda, yang tidak memerlukan begitu banyak penafsiran untuk bisa dimengerti, karena semua misteri Qur’an bisa dipecahkan oleh satu kata saja; sampah!
Contoh kesalahan tata bahasa dalam Qur’an juga bisa dilihat di Q 6:99. Adalah hal yang umum dalam Qur’an bahwa Allah tiba-tiba saja memindahkan orang ketiga menjadi orang pertama atau sebaliknya, tanpa alasan apapun. Di Q 6:99, tata bahasa yang kacau menunjukkan bahwa Allah SWT sebenarnya mengatakan tentang tuhan lain yang mengirim hujan dari langit sedangkan Dialah yang bertanggungjawab atas tumbuh-tumbuhan.
Q 6:99
It is HE who sends down water from the sky, and with it WE bring forth vegetation of all kinds…
terjemahan:
Adalah DIA yang mengirim air dari langit, dan dengannya KITA menumbuhkan segala jenis tanam-tanaman…
Contoh kesalahan Qur’an favoritku adalah dalam Q 6:151, yang berisi tentang daftar hal-hal haram yang harus dihindari Muslim. Secara teori, ayat ini seharusnya adalah salah satu ayat termudah disusun; yang diperlukan hanyalah penyebutan hal satu persatu, tapi ini pun ternyata gagal dilakukan dengan benar dalam Qur’an:
Q 6:151
"Come, I will recite what your Lord has prohibited you from: Join not anything in worship with Him; be good and dutiful to your parents; kill not your children because of poverty - We provide sustenance for you and for them; come not near to Al-Fawâhish whether committed openly or secretly, and kill not anyone whom Allâh has forbidden, except for a just cause..”
terjemahan:
“Mari, aku akan melafalkan bahwa Tuhanmu telah melarangmu dari: jangan mempersekutukan apapun dalam menyembah Dia; bersikap baik dan berbaktilah pada orangtuamu; jangan bunuh anak-anakmu karena miskin – Kami menyediakan makanan bagimu dan bagi mereka; jangan melakukan Al-Fawâhish secara terang-terangan atau rahasia, dan jangan bunuh siapapun yang dilarang Allâh, kecuali untuk alasan yang benar…
Ayat di atas menyebutkan hal-hal yang diharamkan bagi semua Muslim. Ayat ini menyebut ‘bersikap baik dan berbakti pada orangtua’ sebagai satu dari hal-hal haram. Para ahli Islam mengatakan bahwa ‘bersikap baik dan berbakti pada orangtua’ tidak termasuk dalam daftar hal yang haram dan kita semua tentunya berharap demikian. Tapi mengapa lalu Allâh memasukkan hal itu ke dalam daftar haram dan bergantung pada pengertian logis manusia untuk menyadari bahwa hal itu tidak termasuk dalam daftar haram? Apakah ayat tersebut ditulis dalam tata bahasa yang benar? Apakah tulisan seperti ini bisa diterima di jaman dulu atau sekarang?
Dan kisahku tentang Qur’an masih akan terus bersambung…
Hahaha... gue ketawa baca salah satu komentar dari Muslim: Klik-Link
Name: zakir ahmed khan from india Date: Monday September 08, 2008 Comment i am zakir ahmed khan from new delhi india and was a liberal muslim {token muslim} till 1 hour ago, after reading your site i am an ex-muslim liberated from islam.thanks all ex-muslim brothers and thanks world.i am really indebted to you all.i will take this message to all world starting from my family.
Terjemahan:
Namaku Zakir Ahmed Khan dari New Delhi, India. Aku tadinya adalah Muslim liberal, sampai sejam yang lalu, setelah membaca website-mu, aku sekarang jadi murtadin yang bebas dari Islam. Terima kasih semua saudara-saudara murtadin dan terima kasih dunia. Aku benar-benar berhutang budi padamu semua. Aku akan menyebarkan pesan ini ke seluruh dunia, dimulai dari keluargaku. Subhanallah!! Hanya dalam waktu satu jam aja langsung murtad!
---------
Jika memang mau bertanya pada Mumin Salih, silakan kontak langsung padanya: mumbo.mua884@googlemail.com
Ini sekalian daftar artikel Islam yang ditulis Mumin Salih: Klik-Link |
Sumber:
http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=28175&start=0&postdays=0&postorder=asc&highlight=
http://www.islam-watch.org/MuminSalih/My-Story-with-Quran-Losing-Religion.htm
http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=28175&start=0&postdays=0&postorder=asc&highlight=
http://www.islam-watch.org/MuminSalih/My-Story-with-Quran-Losing-Religion.htm
No comments:
Post a Comment