Monday, November 16, 2015

Adam yang Dikutuk – Adam yang Diselamatkan (Seri 2)

f26075f375bc1e62d60437656a06bfa0e170ffa834af2fd464

Posted on Posted in Nabi-nabi

ADAM YANG DIKUTUK – ADAM YANG DISELAMATKAN  
By Miryam Ash
Kita telah bicarakan diatas betapa Tuhan telah memberikan hukumNya (larangan) yang paling pertama kepada Adam dan Hawa, dan betapa keduanya tetap tergoda dan melawan hukum tersebut, yaitu dengan memakan buah yang Tuhan larangkan kepada mereka:
“Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu,janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kej.2:16:17).
Tuhan tidak main-main dengan kata-kata dan hukumNya –apalagi hukum yang pertama ini—yang memastikan kematian bagi pelanggarnya! Akibatnya fatal! Seketika itupun Adam dan Hawa merasakan dirinya berubah. Gemuruh ketakutan yang sangat asing menghinggapi mereka. Tiba-tiba mereka merasa dirinya tercopot dari kemuliaan yang ada lalu merasa telanjang bulat. Dalam rasa kebingungan dan ketakutan yang tak dapat dilukiskan…mereka lari bersembunyi! Dan benarlah, Tuhan datang…
Tuhan bertanya secara beruntun agar keduanya  insyaf untuk mengakui kesalahannya dan minta pengampunan. Namun bukannya minta ampun, malahan Adam menyalahkan perempuan Hawa yang Tuhan tempatkan disisinya, seolah turut menyalahkan Tuhan pula. Dan perempuan yang dituding Adam itu balik menyalahkan si ULAR.
Maka murka Tuhan pun menyala-nyala. Tuhan ya Mahakasih, namun Ia juga Maha Adil, yang secara aktif juga harus menghukum setiap yang berdosa. Bahkan bukan  hanya menghukum kedua pribadi tersebut, melainkan juga mengutuki keseluruhan unsur yang berkaitan dengan Adam sebagai pengelola bumi (Kej.1:28). Yaitu berturut-turut si Ular Setan, Perempuan Hawa, Adam, dan alam bumi yang didiaminya. BACA BAIK-BAIK:
Gen 3:14  Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: “Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.
Gen 3:15  Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
Gen 3:16  Firman-Nya kepada perempuan itu: “Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.”
Gen 3:17  Lalu firman-Nya kepada manusia itu: “Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:
Gen 3:18  semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;
Gen 3:19  dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” …
Gen 3:21  Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka. …
Gen 3:23  Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil.

MURKA TUHAN ATAS DOSA PERTAMA
Murka Tuhan menyala-nyala. Adam dan Hawa bukannya minta ampun atas proses keberdosaan dalam dirinya, tetapi malah berturut-turut menyalahkan kedua titik ujung prosesnya, yaitu Tuhan dan Setan. Ini keterlaluan. Hunjukan Kasih Tuhan telah disia-siakan, maka kini Tuhan mengenakan keadilanNya dengan hukuman dan kutukan yang setimpal.
Hukum pertama diberlakukan: Mereka dipastikan harus mati!
Muslim naif akan segera mengkritik sambil menunjuk bahwa Adam-Hawa nyatanya tidak mati. Tetapi mereka lupa bahwa makna “mati” dalam makna ilahiah adalah kematian yang luas dan komplex. bukan mati tok ala binatang.  Muslim akan lebih tersadar bilamana membaca makna mati yang juga bisa berbeda dimata Allah SWT:
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya” (QS.2:154).
Bagi Allah swt. mati sebagai syuhada malah tidak dianggap mati (QS.2:154).
jadi,  kata-kata “mati” (die) dan “kematian” (death) dalam Alkitab juga mempunyai sejumlah makna komplex yang bervariasi. Salah satunya adalah terputusnya hubungan langsung dari Tuhan yang adalah Sumber Kehidupan itu sendiri. Itulah mati rohani, terkutuk vonis untuk mati-kekal . Dan bagi jasad, sekalipun badan masih hidup dan berfungsi, namun secara  badaniah proses menuju kematian-pun sudah mulai berjalan seketika Adam makan “racun buah” larangan itu, jam  kematian mana tidak pernah berdetak sebelumnya! Bahkan badan yang belum lahir sekalipun, namun kematiannya sudah ada yang mulai dihitung! Contoh seperti ini dapat dilihat pada sebuah nubuat Tuhan (yang dilontarkan lewat Musa) terhadap seorang nabi palsu yang akan datang sesudah Mesias:
Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati” (Ulangan 18:20. Siapakah nabi ini?).
Lebih luas dari Quran, Alkitab juga menyebut manusia berdosa dalam pelbagai istilah, antara lain: orang-orang yang mati atau yang terhilang, yang selalu merujuk kepada kematian kekal (dineraka kelak) apabila tidak diselamatkan:  
“Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.” (Mat 8:22)
“Anak Manusia (Yesus) datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Lukas 19:10).
 Hukuman tervonis mati-rohani itu diikuti dengan kutuk mati jasmani , dan secara bersama-sama menjalani pembusukan (decaycorrupt) dalam alam liar yang tidak lagi bersahabat, karena dampak dosa yang menjalar kemana-mana. Perhatikan betapa luas dan complex-nya dampak negatif dalam ayat-ayat diatas, seperti “kutuk tanah”, “semak dan rumput duri”, “peluh, susah payah, kesakitan”, dan “mati kembali kedebu”. Ini semua terdampak karena peran Adam sebagai pengelola, khalifah bumi, yang terkait dengan segala urusan bumi dan kehidupan manusia.
Sosok Tuhan Yang Mahakudus tidak mungkin berhubungan dengan mahluk pemberontak  yang najis dosa (yang mati). Kekudusan Tuhan tidak bisa dicemari dengan setitik dosa akibat pelanggaran. Alkitab mengatakan dengan benar bahwa “Upah (hukuman) dosa adalah maut (Roma 6:23), yang diturunkan dari hukum Tuhan kepada Adam: 
Janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” Ini adalah sebuah hukum KARDINAL, bukan seruan peringatan  MORAL seperti yang dienteng-entengkan dalam Quran.
CATATAN: Sebagai perbandingan, Adam Muslim tidak dikenai hukum Kardinal, melainkan peringatan moral. Hukum Allah SWT yang pertama hanya berbunyi: 
Janganlah kamu dekati pohon ini (bukan makan buahnya), yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim (tidak mati kekal)” (QS.2:35).
Apa yang dimaksud dengan “termasuk orang-orang yang zalim”?  Mungkin sekali Adam Muslim sendiri tidak memahami arti ZALIM diawal hidupnya disorga. Itu sebabnya  Adam-Hawa Muslim hanya merasakan dirinya malu –bukan rasa takut– lalu segera menutupi auratnya dengan daun-daunan surga (QS.20:121). Mereka hanya merasa berbuat sebuah kekeliruan, sebentuk khilaf dan lupa (QS.20:115). Kesalahan kecil manusiawi belaka! Lalu minta pengampunan (QS.7:23) dan Allah serta-merta menerima taubatnya dan mengampuninya (QS.2:37, 20:122). Tak ada keperluan atau alasan apapun untuk Allah menghukum keduanya. Semua perkara Adam dengan Allah sudah dianggap selesai, clean and clear, dan ter-restorasi kembali sebagai sediakala. Tetapi sayangnya (dan anehnya!) mereka berdua ternyata masih juga dihukum Allah, dikeluarkan dari sorga. (Bukhari 4.55. no.621; QS.2:36,38; 20:117, 123). Apa itu SELESAI, clean and clear?
Lihat! Tuhan tidak main-main dengan hukum yang bisa dienteng-entengkan dan yang diputar-putar (sehingga Adam Muslim malah tidak terkena hukuman apapun dari Allah). Tuhan langsung menghukum semua pihak dengan 4 langkah yang dikenakan kepada segenap ciptaanNya, menurut urutan strategisnya:
a.Kepada Setan,
b.Kepada perempuan Hawa,
c.Kepada lelaki Adam, dan
d. Kepada semua keturunan Adam dan Hawa!
Semuanya dengan urutan-urutan yang runut dan strategis dimulai dengan Setan, suatu urutan awal yang sengaja Tuhan prioritaskan untuk dihukum.
A. Kepada Setan yang diwakili oleh ular
Tuhan harus menghukumnya secara fisik dan non-fisik karena telah 
memutar balikkan firmanNya, termasuk menetapkan penghancuran kepalanya Setan pada suatu saat mendatang, oleh seorang  “Anak Manusia” keturunan Hawa sebagai kurban penumpahan darah (ditumit yang diremukkan):
“Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
Inilah janji covenant Tuhan yang pertama kalinya tentang “salvation-plan”, rancang keselamatan kekal yang ber-azazkan hukumpenumpahan darah, sebagaimana yang sudah disinggung sebelumnya.
B. Kepada Perempuan, Tuhan menghukumnya dengan kesakitan pada waktu melahirkan anak, dan sang suami akan berkuasa atasnya (Kejadian 3:16), sehingga ia terikut pula menerima porsi yang dihukumkan kepada sang suami.
C. Kepada Adam yang telah ikut isterinya berdosa. 
Disini Tuhan memberlakukan hukuman khusus (Kejadian 3:17-19),
“…maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluhengkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.”
D. Kepada semua keturunan Adam dan Hawa
Tuhan berkata kepada setan: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya”. Ini sesungguhnya adalah konsekwensi peperangan rohani antara kedua kubu ini, dimana Tuhan memilih melaksanakan penyelamatan (salvation plan) umat manusia lewat seorang “Anak Manusia” keturunan Hawa, yang akan ditentang oleh para iblis (lihat sub A).
Setan merasa sudah menang menaklukkan Adam-Hawa ditaman Eden. Dosa pertama “telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” (Roma 5:12).Pembunuhan Habel anak Adam yang kedua oleh kakaknya Kain, adalah buktinya. Demikian juga semua hawa nafsu dan cacat cela kita sejak kecil.

Dosa Asal Adam bukanlah dosa waris.
Alkitab menunjukkan bahwa kejatuhan Adam dalam dosa membawa dampak kutukan keseluruh dimensi dan lini bumi dan kehidupannya. Termasuk kutukan atas tanah bumi, alam & binatang, susah payah manusia, sakit penyakit, natur baru Adam yang korup & jahat, serta kematian, yang dulunya tidak dikenal ditaman Eden. Dampak kutukan ini dikenal dengan istilah teologis: “dosa asal”.
Awas, istilah “dosa-asal” sering disalah-pahami sebagian orang. Sebagian Muslim bahkan memplesetkannya menjadi “dosa-waris” yang turun temurun.
Dosa-asal bukan dosa-asli segepok Adam yang dipindah-lengketkan kepada keturunannya. Itu melainkan  adalah dosa- perdana, yang Tuhan perkutukkan kepada Adam sebagai Pengelola Bumi (Kej.1:28) atau Khalifah-Bumi dalam istilah Quran. Karena status dan perannya sebagai khalifah bumi, maka dampak kutukannya menjalar keseluruh bumi (dengan akibat alam yang tidak ramah) dan khususnya menjalar kepada manusia, sehingga semua orang menjadi hamba dosa dan cenderung berbuat dosa (Roma 5:12-15; Yoh.8:34). Manusia tercemar “gen” dosa yang membuahkan domain-natural bagi dosa dari dalam dirinya sendiri. Setiap manusia memang menanggung dosanya sendiri-sendiri (tidak diturunkan segepok-segepok). “Orang yang berbuat dosa itulah yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung…” (Yeh.18:20). Dosa Adam (dan moyang lainnya) tidak dilimpahkan kepada anak-anak, namun akibat kutukan Tuhan, “natur-dosa”  telah menjalar kesemua dimensi kehidupan dan mencemarinya!
Mengutip Quran, Muslim percaya bahwa:
“Setiap orang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain” (QS.6:164, 53:38). Tentu ini benar. Mana ada “orang mati” bisa memikul “orang mati” lainnya? 
Mana mungkin kematian (dalam dosa) menjadi penebus kematian? Sayangnya, ayat-ayat ini Muslim arahkan secara salah kepada dosa Adam yang ‘dipikulkan’ kepada anak-cucunya, dan akhirnya ‘dipikulkan’ lagi kepada Yesus. Karena analogi yang salah ini maka penebusan dosa oleh Yesus (sebagai kurban pemikul dosa) ditolak oleh Muslim. Padahal disini Muslim lupa bahwa Yesus samasekali bukan orang berdosa (Lukas 1:35, QS.19:19). Hanya sosok yang tanpa dosa yang dating dari Atas yang dapat menolong memikul atau menebus dosa orang lain dibumi.
Dan itulah misi sentral Yesus –salvation plan– untuk apa Ia datang kedunia, dan untuk apa Dia diberi nama YESUS (YESHUA = Yahweh Menyelamatkan). Yesus sengaja datang dengan sukarela dari Atas, demi “memikul”/menyelamatkan umatNya dari dosa dunia! (Mat.1:21; Luk 19:10). Nabi Yahya menyaksikan pula hal yang satu ini: “Lihatlah Anak domba Elohim (Sang Kurban), yang menghapus dosa dunia”(Yoh.1:29). Sebaliknya, Muslim jarang sekali bertanya kepada dirinya, “Apa misi pokok Isa Al-Masih diutus kedunia? Apa hasil kesudahannya?” Ingat Isa dihadirkan dengan pendampingan Nabi Yahya, dan diberi segudang kuasa mukjizat sampai-sampai mirip kuasa Allah sendiri, namun misinya berakhir dengan kegagalan total! Bukankah misinya terputus, dan Isa terpaksa diraibkan Allah kesisiNya dengan diam-diam (dengan menipu semua saksi-mata!) demi menghentikan penganiayaan Isa lebih lanjut serta membatalkan penyalibannya? (QS.4:157-158, 3:54).
Dosa  itu supra destruktif, melebihi yang disangkakan orang kebanyakan. Setiap dosa pada dasarnya berdampak menjalar kemana-mana. Tidakkah Anda melihat tatkala Adam berdosa, maka bahkan dampaknya juga “menjalar” kepada Tuhan yang harus “repot” berurusan, sedikitnya menuntut pertanggungan jawab atas keberdosaannya? Bahkan dalam lingkaran keluarga Anda-pun; tatkala sang bapak yang berbuat dosa (zinah, maling, dusta, bunuh, kekerasan dsb), akibatnya pasti akan berdampak kepada istri dan anak2nya, bahkan berdampak pada komunitas-nya dst. Dan ketika pemimpin bangsa yang berbuat dosa, maka bangsa turut bersalah (Imamat 4:3)? Jadi bagaimana kalau Khalifah Bumi yang satu-satunya itu berbuat dosa?

Ada juga orang banyak berpendapat bahwa manusia itu diciptakan lemah pada dasarnya, sehingga cenderung berbuat dosa. SALAH! Tuhan yang sempurna menciptakan rangkaian “design, produk dan sistim” alam semesta yang sempurna. Itu dikatakan Tuhan Alkitab sampai 6 kali BAIK, dan disudahi dengan SUNGGUH AMAT BAIK! Awas, dosa manusia bukan berasal dari hasil penciptaan Tuhan Sempurna atas manusia yang “tidak sempurna (lemah)”, melainkan karena Free-Will bebas yang Tuhan berikan sempurna kepada Adam-Hawa itu telah dipakai salah menurut hawa-nafsunya. Ini yang membawa pencemaran gen, yang bernatur cenderung untuk berbuat dosa, dan terus berdosa, menjadikannya berwatak-dosa, dan menjadi “hamba dosa” seperti yang kita saksikan setiap harinya.
Maka kini kita bisa menjawab dari mana sejarah penderitaan, kejahatan dan pembunuhan manusia berasal muasal (Qabil membunuhi Habil), yang mana tidak akan terjawab jikalau tadinya manusia Adam dan Hawa Muslim sudah terampuni dosanya — clean and clear—turun kedunia sebagai khalifah yang tidak bercacat berdosa dan beranak pinak banyak!

SETELAH MENGHUKUM ADAM…
Sesudah semua pihak dihukum, segera tampak bahwa Tuhan dalam murkaNya kepada Adam dan Hawa, namun dalam kasihNya Dia tetap tidak membiarkan mereka berdua diusir keluar tanpa pembekalan dan harapan untuk masa depan hidupnya. Tuhan tidak ingin melihat Adam-Hawa pergi dari Eden dengan menyandang cawat-daun yang mereka buat sendiri. Dalam kasihNya yang tak berkesudahan, cawat abal-abal itu secara simbolik digantikan Tuhan dengan cawat-sejati, made by God himself, yaitu pakaian yangdibuat dari kulit. Artinya ada satu kurban pertama yang sudah disembelih untuk dipakai (kulitnya) sebagai penutup malu (dosa):
“Dan Yahweh Elohim membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka… Lalu Yahweh Elohim mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil” (Kej.3:21). Sayang Quran hanya mempersoalkan cawat daun-daunan surga, tetapi mengosongkan cawat-kulit yang lebih penting yang Tuhan berikan sendiri kepada Adam dan Hawa.
Pertanyaan: tidakkah Anda melihat bahwa pembekalan cawat-kulit ini adalah sebuah sikap dan tindakan Tuhan yang super aneh disinii? Jelas ini bukan sebuah tindak penyelamatan fisikal kepada mereka, sebab tanpa cawat apapun, Adam-Hawa tetap akan mampu bertahan hidup. Tetapi inilah ekspresi lanjutan dari refleksi salvation-plan yang Tuhan siapkan secara bertahap bagi umat manusia lewatprinsip kurban “penumpahan darah”. Keseluruhan tahapannya yang dimulai dengan kerumitan dalam perlambangannya kini mulai diperjelas secara bertahap disepanjang sejarah kenabian hingga terlihat pada akhirnya ‘Apa dan Siapa’ yang Tuhan maksudkan dalam RANCANG PENYELAMATAN, Salvation-Plan bagi manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Plan dahsyat  yang Tuhan design sendiri dan persiapkan sejak awal kemanusiaan! Kini mari kita jabarkan tahapannya secara berturut-turut.
SALVATION PLAN
Apa yang Allah SWT rancangkan atau janjikan bagi Adam-Hawa Muslim ketika kedua insan ini digelincirkan dari surga untuk masuk kebumi yang asing itu? Tidak ada! Mereka walau sudah minta ampun dan diampuni Allah, namun tetap digelincirkan /diusir keluar (Bukhari 4.55. no.621; QS.2:36,38; 20:117, 123). Dengan kendaraan apa mereka digelincirkan dari surga, dan bagaimana? Bisa hidupkah organ surgawi tadinya lalu masuk mendadak kedunia jasadiah? Bisa dibayangkan betapa bingungnya mereka menghadapi perubahan hidup yang Allah lemparkan begitu saja kepada Adam tanpa pembekalan dan janjiNya!
Bandingkan dengan Tuhan Alkitab, yang walau  mengusir Adam –Hawa dari Taman Eden, namun  masih melakukannya SAMBIL MENJANJIKAN SATU SALVATION PLAN untuk semua keturunan Adam kelak, yaitu seorang Mesias yang akan dilahirkan dari keturunan Hawa akan meremukkan kepala siular-setan (Kej.3:15). Dan berbareng dengan itu, Tuhan masih mencopoti cawat-daun Adam dan Hawa untuk digantikan dengan Cawat Kulit made by God Himself! 
Kasih dengan Salvation Plan yang dahsyat  ini akan kita kupas panjang lebar disini menurut tahapan-tahapannya.
adam2-1
(1).Tahap Menengking Setan: 
Seperti yang sudah diterangkan diatas, Tuhan menjanjikan kedatangan seorang Anak Manusia dari keturunan Hawa yang akan mengadakan penghancuran terhadap setan. Tumitnya sendiri akan terkorban (penumpahan darah). Dan ini adalah awal covenantTuhan kepada umat manusia, sebagai refleksi dari “universal salvation plan-Nya” yang dahsyat, demi menyelamatkan manusia yang sudah tervonis mati, tatkala memakan buah-larangan di Taman Eden.
(2). Tahap Adam dan Hawa, sesaat sebelum dikeluarkan dari Eden:
Adam2-2
Ketika berdosa, Adam-Hawa tersentak dari kesadaran baru tentang ketelanjangan. Mereka malu dan coba-usaha menutup malu dengan menyematkan daun-daun pohon ara pada auratnya. Tuhan tidak berkenan akan usaha-diri dalam menutupi dosa. Cawat daun tidak akan membawa mereka sampai kemana. Seperti sudah dikatakan diatas, maka lambang penutupan rasa malu (berdosa) itu dilakukan oleh Tuhan sendiri dengan menganugerahkan (Cuma-Cuma) kepadanya pakaian kulit-binatang. Ini merujuk kepada kurban darah binatang yang pertama-tama telah ditumpahkan (Kejadian 3:7 versus 21).  Usaha self-defence Adam untuk menutup dosa-malunya dengan pelbagai amal-baik manusia (yang disimbolkan oleh anyaman cawat daun-daunan) adalah tidak memadai dimata Tuhan. Tidak ada usaha manusia dan amal-pahala sendiri yang dapat menyelamatkan mereka dari maut (neraka). Berbuat amal-baik tidak akan mampu mengusir sakit-penyakit, apalagi  menghidupkan maut/kematian. Uang dan sedekahan tidak bisa membeli nyawa.  Jadi bagaimana amal-pahala Anda dapat membeli sorga?
“Balas jasa pahala” apakah yang dapat manusia sumbangkan bagi Tuhan, selain dosa dan kenajisannya? (Kejadian 6:5; Mazmur 51). Sebab harta dan keberadaan yang kita nikmati ini semuanya berasal dari Tuhan. Dan dipercayakan pengelolaanya kepada kita saja. Maka apabila kita kini beramal dan memberi zakat dan sedekah, kita sesungguhnya belum melakukan sesuatu yang layak-pahala.Tuhan tidak pernah mau disuap oleh manusia, dan sesungguhnya Ia tidak butuh segala persembahan dunia. (lihat 1 Tawarikh 29:14). Ia membutuhkan persembahan hati dan welas-asih, dalam iman yang sepenuhnya, Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Elohim, lebih dari pada korban-korban bakaran” (Hosea 6:6).  
 (3). Tahap Kain and Habel  (Kabil dan Habil di Quran): 
Tuhan hanya menerima kurban binatang persembahan Habel dan menolak persembahan hasil tanaman Kain. Dan persembahan Habel dengan prinsip penumpahan darah ini disebutkan dalam Kitab Kejadian 4:3-7, dan persembahan itu pula yang Quran diam-diam maksudkan (QS.5:27).
(4) Tahap Abraham
Tuhan tambah memperjelas prosedur “salvation plan-Nya” dengan memakai kisah Abraham yang pada awalnya diperintahkan untuk mempersembahkan anaknya sebagai kurban, namun berakhir dengan penyelamatan sang anak oleh TEBUSAN anak domba (kurban penumpahan darah) yang Tuhan sediakan sendiri
(Kejadian 22, dan QS.37:107).                                                                   
Adam2-3
Disini kembali kita menyaksikan keanehan Tuhan kita yang Mahakasih namun kok “gila-darah” memerintahkan Abraham untuk penyembelihan anaknya sendiri sebagai kurban? Itu pasti bukan sebuah perintah hukum, juga bukan sekedar untuk men-test iman Abraham (sebab Tuhan toh sudah tahu imannya), melainkan sebuah ilustrasi ilahi yang amat penting dan perlu diperkenalkan kedunia. Yaitu demi menyingkapkan “salvation-plan-Nya” yang perlu diketahui oleh setiap umat manusia. Dan itulah gambaran sebuah tebusan dosa dimasa depan dengan pengucuran darah korban yang maha-agung. Maha-Agung? YA!

Disitu Abraham sempat bernubuat: Elohim yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagiNya (Kej.22:8). Dan Quran mengatakan: Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (QS.37:107). Sembelihan yang besar ini jelas bukan dimaknakan kepada fisik kurban yang berukuran besar sebagaimana yang sering diplesetkan atau disalah fahami penafsir Quran (lihat catatan-kaki Terjemah Quran dari Depag) , melainkan suatu HARGA TEBUSAN yang bernilai sangat agung. Itu sebabnya kata yang dipakai disitu adalah AZHIIM, merujuk kepada nama Allah (Al-Asma`ul Husna) yang disebut juga sebagai 
“Al-Azhiim” (maha agung) dalam QS.2:225, 42:2.
Lihat, betapa Tuhan Elohim sendirilah yang menyediakan Sang Kurban Agung ini dengan Cuma-cuma, dan bukan hasil usaha manusia!Jelas ini melambangkan Kurban Penebus (Juru Selamat) yang Tuhan sediakan bagi anak manusia (anak Abraham), dan bukan dikesankan sebagai daging kurban yang dibagi-bagi dalam amal sedekah untuk  kaum miskin di hari Idhul Adha!
(5).Tahap Musa:
Muslim telah diberitahu ribuan kali bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang Esa, yang Tawhid. Namun ketawhidanNya tidak pernah disandingkan dengan sifat (dan karya!) Tuhan Yang Menyelamatkan. The God that saves! 

Tuhan mendeklarasikan jatidiriNya kepada Musa sbagai The Only God Savior, Tuhan Penyelamat-Satu-satunya, bukan hanya The Only God:
“Akulah TUHAN, Elohimmu, yang membawa engkau
keluar
 dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku…” 
(Kel.20:23)
Adam2-4
Musa bukan hanya mengajarkan Tuhan Yang Esa (atau Tawhid), tetapi terlebih-lebih Tuhan yang secara dahsyat menyelamatkan umatNya keluar dari perbudakan di Mesir. Tema Duet Ke-Esaan Tuhan & Kuasa Penyelamatan-Nya ini selalu ditampilkan oleh para nabi-nabi lainnya! Tak ada gunanya Anda percaya dan mengucapkan seribu kali dari mulut Anda bahwa “Tuhan itu Esa”, jikalau Anda tidak mempercayai Dia satu-satunya yang menyelamatkan Anda. Ingat bahwa Setan-pun percaya yang Tuhan itu SATU, TAWHID, dan mereka tetap setan! 
“Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar”(Yakobus 2:19).
Penyingkapan misteri “salvation plan” yang berazazkan penumpahan darah makin dipertegas oleh Tuhan sendiri kepada Musa yang mengharuskan umat Israel untuk mengadakan perayaan Paskah yang pertama kalinya. Yaitu antara lain dengan mengharuskan umatNyamelaburkan darah anak domba pada kedua tiang pintu serta ambang atas rumah mereka, demi terbebas dari malaikat maut yang akan mencabut setiap nyawa anak-anak sulung Mesir (yang tidak terlindung oleh tanda darah tsb). Setiap rumah yang pintunya berlumurkan darah akan diselamatkan dari kematian:  Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan ditengah tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir (Kel.12:13).
Inilah TULAH yang ke-10 dan yang terakhir yang YAHWEH nyatakan kuasaNya (lewat Musa) untuk menaklukkan perlawanan gigih raja Firaun! Akan tetapi sungguh aneh! Bahwa tulah yang paling dahsyat dan fundamental ini kembali dikosongkan dari Quran dengan menyatakan bahwa Mukjizat Musa hanya sampai 9 buah:
Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah mukjizat yang nyata” (QS.17:101). Jadi mukjizat Musa atau Tulah dahsyat apakah yang ke-9 itu sehingga Firaun yang begitu tegar-tengkuk bisa ditaklukkan Musa Muslim dan menyerah? Dan Quran diam seribu bahasa, dengan kehilangan otoritasnya…. Ia lari dari fakta-ilahi dan bersembunyi dibalik dongeng yang kabur dan kontradiktif! Quran hanya berhasil mencatat perkara yang remah-remah dari kisah Alkitab, sambil membuang hal-hal yang justru paling doktrinal, seumpama isyu KESELAMATAN!

Padahal, sejarah dunia dan setiap orang Yahudi terus mengingat dan merayakan kemenangan hari Paskah itu hingga sekarang! Dan lebih jauh lagi, umat Israel diperintahkan untuk memperdamaikan/mensucikan dirinya dengan Tuhan atas prinsip penumpahan darah korban, seperti yang tercantum dalam Kitab Imamat (17:11),
“Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa”.
sehingga ritual persembahan kurban selalu dilakukan dengan setia oleh orang-orang Yahudi hingga sekarang. Itulah sebabnya Paulus berkata, “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” (Ibrani 9:22). Tampak jelas sampai kepada orang bodohpun, bahwa setiap kisah Alkitab yang ada berkaitan dengan azaz kurban penumpahan darah (dalam Salvation Plan Tuhan), maka itulah yang selalu hendak dikosongkan oleh Quran. Ada apakah?
(6).Tahap Yohanes , akhirnya Nabi Yohanes bersaksi terbuka mengungkapkan kepada segenap banga Israel SIAPA yang Tuhan maksudkan dalam salvation-plan yang dirancangkanNya sejak kejatuhan Adam dalam dosa. Perhatikan bahwa Yohanes bukan bernubuat tentang seseorang Mesias yang akan datang kelak (yang nantinya mungkin masih bisa diperselisihkan siapa orang yang dimaksud dalam nubuat tsb), melainkan ia “menunjuk hidung” sang Mesias yang ada didekatnya! (bukan sosok “nabi” yang akan datang 600 tahun kemudian). Yohanes menunjuk dua kali siapa sosok dan jatidiri Sang Kurban itu sendiri, yaitu YESUS, sebagai Penebus dosa yang universal: 
“Lihatlah Anak Domba Elohim, yang menghapus dosa dunia”
“Dan aku telah melihatNya dan member kesaksian: Ia inilah Anak Elohim
(Yoh 1:29, 34). Anak Elohim, bukan Anak Maryam!
(7).Tahap Yesus Tak pelak lagi, semua misteri ini akhirnya diungkapkan tuntas oleh Elohim yang meng-inkarnasikan (nuzul) FirmanNya menjadi manusia Yesus. 
Ya Yesus yang menumpahkan darahNya diatas kayu salib. Ya, Yesus yang sengaja datang dari sorga untuk menjadi kurban tebusan yang terbesar, yang sejati, demi pengampunan dosa isi dunia, sekali untuk selamanya (Roma ps.5). Kini salvation-plan telah tergenapi sempurna, sekali untuk seterusnya.  Tidak diperlukan lagi kurban-kurban perlambangan (hewan) yang setiap kali harus diulang-ulang oleh para imam atau nabi untuk pengampunan dosa. Dan kembali, Quran paling getol menyembunyikan ujud penyelamatan Yesus dengan mengorbankan diri dikayu salib
Namun Yesus berkata konsisten dan bertubi-tubi:
“Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadiTEBUSAN bagi banyak orang”.

“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.  Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu” (Yoh 15:13).
“Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa (Markus 10:45, Matius 26:28).
Adam2-5
Disinilah Tuhan mewujudkan covenat-Nya yang pertama-tama kepada Adam 
dan Hawa, salvation-plan yang berazazkan penumpahan darah
yaitu “peremukan Setan pada kepalanya” (penaklukan kuasa dosa), yang diikuti dengan “peremukan Anak-Manusia pada tumitnya” (Yesus disalib tangan dan kakiNya) dengan korban pengucuran darah.
Karena dosa satu orang Adam, maka semua orang menjadi taklukan dosa yang mematikan, maka kini karena satu Mesias Penebus, semua orang percaya akan diselamatkan kembali (Roma ps.5). Kitab Wahyu membeberkan betapa Yesus telah membeli dengan membayar harga darahNya yang tunai, bagi penebusan umatNya: 
“Engkau telah disembelih dan dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Elohim dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.” (Why 5:9).
NB: Para pengkritik melontarkan kecaman seolah penebusan Yesus sangat terlambat sejak kejatuhan Adam. Namun mereka lupa bahwa semua orang terdahulu yang telah meninggal (yang belum mengenal Yesus) telah ditempatkan di alam Firdaus atau di alam-maut (belum dimasukkan ke sorga atau neraka kekal). Mereka ini bisa saja diadili menurut “salvation-plan” batiniah yang bisa mereka peroleh dari Roh Kudus yang ditanamkan kedalam hati nurani setiap manusia yang belum mengenal Darah Kurban (Yesus). Lihat Ibrani 10:16, “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka”.
Tak ada kekosongan waktu dimana penyelamatan Tuhan itu tidak hadir. Anak Adam sudah dikenakan lambang Cawat-Kulit Tuhan(Kej.3:21), yang melambangkan kehadiran penyelamatanNya disetiap waktu. Tinggal manusianya saja yang mau membukakan dirinya bagi the Savior atau tidak. Adapun waktu yang mereka jalani dialam akhirat itu sangat berbeda dengan waktu dunia kita (Mazm 90:4), dan itupun dipakai oleh Roh Yesus untuk memberitakan InjilNya kepada roh-roh dijaman purba yang belum mengenal DarahNya (1Pet.3:19-20). Kelak di Hari Penghakiman semua yang hidup dan yang mati akan dihakimi oleh Yesus kembali sebagai Hakim Agung (Kis 10:42).
Sebagai penutup, tahapan-tahapan pengungkapan ‘salvation-plan’ ini juga diperteguh dengan ratusan nubuat para nabi-nabi sebelum Yesus mewujudkannya didunia. Dan semuanya terpenuhi secara mencengangkan diluar akal (!)
Berbeda dengan mukjizat seketika yang umumnya dipakai para nabi  untuk  memperteguh kepercayaan orang akan kenabiannya (kecuali Muhammadyang tanpa mukjizat), namun nubuat justru dipakai Tuhan untuk menshahihkan se-shahih2-nya ucapan ilahi yang menggambarkan suatu event signifikan masa depan yang dipastikan akan terjadi. Ini dahsyat (!) dan hanya bisa terjadi karena Tuhan Sejati itu mahatahu dan maha-mengontrol masa depan. Sekali nubuat ilahiah tergenapi, maka sungguh tak ada alasan bagi kita manusia kerdil untuk dapat menolaknya lagi. Alasan baik apa yang tersisa bagi manusia untuk menafikan Salvation-Plan Ilahi yang tergenapi nubuat-nubuatnya sejak awal dunia diciptakan:
Dijanjikan kepada Adam. Diilustrasikan pada testing ‘Kurban Anak Abraham’. Disaksikan Musa dalam TULAH ke-10 kepada Firaun. Dirayakan Paskah Anak Domba. … Hingga kepada saksi-besi “tunjuk-hidung” dari Nabi Yahya kepada Yesus sebagai “Anak Domba Elohim yang menghapus dosa dunia”. Dan digenapi utuh oleh Yesus sendiri dihadapan ribu-ribuan saksi mata penyaliban Yesus, termasuk Maryam!
Maka adalah mengherankan bahwa Quran justru “menolaknya” secara sembunyi-sembunyi dengan mengosongkannya secara sistematis! Atau secara irrasional meng-antagoniskan fakta yang mutawatir (penyaliban Yesus di abad-1) dengan sebuah dan satu-satunya klaim kosong di abad ke-7, tanpa bukti dan NOVUM! (QS.4:157-158). Adakah satu pengadilan didunia yang bisa menerima GUGATAN QURAN ini yang diajukan sesudah 6 abad berlalu, dan tanpa bukti dan novum apapun?! Bukankah setiap pengadilan mensyaratkan adanya NOVUM – alat bukti terbaru yang baru berhasil ditemukan—untuk setiap Peninjauan Kembali atas keputusan hukumnya.
Itukah wahyu korektif Allah yang sempurna, atau bukti dari kehadiran sebuah spirit anti-salvation?
Kembali kepada judul artikel :
Adam yang dikutuk – Adam yang diselamatkan
, dan bandingkan kedua ayat penting yang merupakan hukum Tuhan yang paling pertama bagi umat manusia:
 KEPADA ADAM ALKITAB DIKENAKAN HUKUM PERDANA: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kej.2:16:17). 
Dengan turunan perkataan lain: UPAH DOSA IALAH MAUT. (Rm.6:23).
KEPADA ADAM MUSLIM DIKENAKAN YANG BERBEDA: Dan Kami berfirman:
“Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.
 (QS.2:35, 7:19).

Kedua Adam ini tinggalnya berbeda. Yang satu dibumi, di Taman Eden, yang lain disorga. Namun keduanya sama-sama jatuh dan mendurhakai Tuhannya.
Adam Alkitab tidak minta ampun, malah menyalahkan kiri-kanan. Dia dikutuk, dihukum/vonis  mati. Tapi kelak dia diselamatkan oleh kurban tebusan Mesias, sesuai dengan SALVATION PLAN yang Tuhan Elohim rancangkan bagi umat manusia. Dia ditandai dengan Cawat-Kulit dari Tuhan, sebuah anugrah keselamatan yang cuma-cuma.
Sebaliknya, Adam Muslim telah minta ampun disurga (tempatnya diciptakan), dan dia diberi ampunan. Tetapi tetap diusir kebumi, dan tetap ditandai dengan Cawat Daun buatan sendiri, lambang sebuah usaha-diri merajut amal-pahala demi mendapatkan keselamatannya. Ia tidak menerima salvation plan Allah dengan cuma-cuma, melainkan mulai dikenakan Hukum Mutlak Allah yang universal — “UPAH DOSA IALAH MAUT”– yang tadinya tertunda disurga bagi penghukuman Adam. Namun hukum tetap harus diaktifkan dibumi, lewat padanan kata-kata turunan dalam Quran Sura 19:71,

ÙˆَØ¥ِÙ†ْ Ù…ِÙ†ْÙƒُÙ…ْ Ø¥ِÙ„َّا ÙˆَارِدُÙ‡َا ۚ Ùƒَانَ عَÙ„َÙ‰ٰ رَبِّÙƒَ Ø­َتْÙ…ًا Ù…َÙ‚ْضِÙŠًّا

Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu.
Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan”.

Pertanyaan Serius,
Adam mana yang Anda inginkan untuk menjadi moyang kita? 
Adam yang dikutuk didunia, tapi diselamatkan diakhirat? 
ATAU, Adam yang diampuni di Sorga, tapi dijebloskan keneraka akhirat?

(BERSAMBUNG, ADAM SERI-3:
“Tuhan Cukup Mengampuni, Kenapa Harus Menebus?”)

Pilih Adam Muslim atau Adam Alkitab? (Seri 1)


Pilih Adam Muslim atau Adam Alkitab? (Seri 1)

Posted on Posted in Nabi-nabi
PILIH ADAM MUSLIM ATAU ADAM ALKITAB? (Seri 1)
By Miryam Ash

Islam menamakan agamanya sebagai terusan agama-agama langit – Yudaisme, dan Kristiani –yang menurunkan Taurat, Zabur, Injil, dan Quran. Dimana-mana didengungkan bahwa Islam tidak membeda-bedakan Allah, malaikat, Kitab-kitab, dan setiap nabi dari agama pewahyuan tersebut.
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya” (QS.2:285).
“Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya” (QS.2:136).
Disinilah awal dari segala penyanggahan dan perselisihan –-keluar dan kedalam— ketika Kalimat Allah ini tetap dianggap benar sementara orang dengan mudah dapat melihat dan merasakan bahwa Allah SWT, malaikatnya, Kitab dan para Nabi-Rasul-Nya berbeda hamper MENYELURUH dengan apa dan siapa-siapa yang telah ada sebelumnya!  Karena terlalu luas area perbedaan ini, maka paparan kita ini hanya difokuskan saja pada sosok ciptaan yang paling awal, yaitu ADAM dalam kaitannya dengan Penciptanya.
Baiklah! Dimana-mana umat beragama selalu mengklaim bahwa Tuhan mereka adalah Tuhan yang MahaKasih dan Penyayang. Namun anehnya, tidak ada Tuhan yang sungguh-sungguh membuktikan atau memperlihatkan dimana dan bagaimana Dia telah menunjukkan MAHA kasih-Nya yang paling pertama bagi umat-Nya! Tampaknya hanya Tuhan Alkitab sajalah yang mampu memperlihatkannya!
Tuhan Sejati itu kasih adanya, dan setiap hari Ia telah mengasihi umat manusia ciptaanNya yang paling berharga. Jadi, bilamana Adam dan Hawa dianggap sebagai generasi umat manusia yang pertama-tama, maka  demonstrasi mahakasih yang paling awal dari Tuhantentulah dan haruslah sudah dapat disaksikan orang secara terbuka dari kehidupan Adam dan Hawa itu sendiri. Yaitu tatkala mereka masih hidup dan berhubungan dengan Tuhannya  ditaman Eden. Kalau begitu, sederhana saja pertanyaan kita –sekaligus mentest kesejatian Tuhan– dimanakah hunjukan kasih paling awal yang Tuhan perlihatkan kepada Adam dan Hawa?
Orang secara gampangan akan berkata: “Bukankah Tuhan telah membuktikan MahakasihNya dengan segala fasilitas taman yang berkelimpahan untuk Adam-Hawa nikmati”? BUKAN! Itu bukan bukti mahakasih. Itu semua merupakan sarana dan prasarana umumyang istimewa yang Tuhan sediakan demi mendukung kelangsungan hidup bagi buah ciptaanNya. Itu adalah bagian dari hikmat dan kebaikan Tuhan yang selalu akan demikian. Namun Mahakasih Tuhan hanya akan tampak ketika Dia sampai memperlihatkan betapa Dia mengasihi khusus ciptaanNya sampai kepada titik dimana Dia “berkorban” secara pribadi!
Tatkala Adam hidup damai tentram di Taman Eden bersama dengan Hawa dan semua satwa binatang dan pohon-pohonan yang melimpah dengan buahnya, kita belum melihat curahan mahakasih Tuhan yang dahsyat. Sekalipun sewaktu-waktu TUHAN juga berjalan-jalan dalam taman tsb dan berbicara dengan Adam dan Hawa secara langsung, itu semua masih termasuk “manner” kepedulian yang amat menyenangkan, namun belum sampai berkorban secara pribadi. Dalam kebaikanNya yang sempurna, Dia juga memberi kebebasan sepenuh-penuhnya (free-will) kepada Adam-Hawa untuk melakukan apa saja, terkecuali larangan Tuhan yang satu-satunya, agar mereka jangan kena petaka. Mari kita perbandingkan kedua Kitab Suci berkenaan dengan Hukum Tuhan yang paling awal ini, yang pertama kali diturunkan kepada manusia pertama, Adam.
HUKUM KEPADA ADAM ALKITAB: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”(Kej.2:16:17).
HUKUM KEPADA ADAM MUSLIM: Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.
(QS.2:35, 7:19).
Itu adalah Hukum Tuhan yang paling pertama ditujukan kepada manusia. Bagus-bagus Tuhan telah memberikan free-will kepada manusia, tetapi  jelas itu bukan hukum kasih! Itu hukum tentang cara Adam harus bertanggung jawab atas anugerah free-will yang Tuhan berikan! Free-will disertai ancamanpetaka serius apabila melanggar larangan Tuhan yang satu-satunya dikala itu!  Disini kita masihbelum bisa melihat betapa Tuhan itu menyatakan Mahakasih-Nya dengan berkorban bagi Adam dan Hawa. Namun disini kita justru disodorkan perbedaan mencolok tentang hukum pertama dari Alkitab versus Quran bagi Adam,

MATI VERSUS ZALIM
Apa yang anda lihat beda kedua ayat tersebut?
  1. Adam Alkitab dilarang MAKAN buah terlarang.
  2. Adam Muslim dilarang MENDEKATI pohon terlarang.
  3. Bila Adam Alkitab makan apa yang Tuhan larangkan, maka ia langsung MATI.
  4. Bila Adam Muslim mendekati pohon tersebut ia akan menjadi ORANG ZALIM.
Hukum Pertama bagi manusia adalah teramat khusus dan penting. Ini menentukan hubungan dan hidup manusia selanjutnya dengan Tuhannya. Hukum pertama ini pasti harus sangat spesifik untuk bisa dipahami seorang Adam yang masih polos dan innocence. Tidak boleh dimaknai secara kabur ataupun komplex, apalagi meleset dan tidak akurat! Kalau begitu, pertanyaan yang segera bagi benak kita adalah: Apakah Adam Muslim disaat awal kehidupan yang polos begitu sudah bisa tahu apa maksudnya dengan “orang zalim” yang dikatakan di Quran? Adakah contoh dan suasana “orang zalim” bagi pengertian Adam waktu itu? Semua kita pasti meragukan kalau-kalau Adam dapat memahami kata Allah-nya …
Sebaliknya, Tuhan Alkitab mengatakan hal yang lain, yaitu ”Janganlah kaumakan buahnya… pastilah engkau mati. Ini adalah hukumvonis kematian seketika. Tidak main-main atau dienteng-entengkan, ini adalah hukuman paling serius dan terbesar, kiamat dan mematikan! Disini Adam pasti lebih paham tentang “orang mati” ketimbang “orang zalim”, karena “orang mati” bisa dipahaminya sebagai “tiada-berada”, sebab Adam tahu keberadaan dirinya dari yang TIADA, dan bahkan juga menyaksikan Hawa yang muncul dari TIADA. Maka Adam tahu merasakan bahwa ia akan dihukum paling berat sehingga terpisah dan “hilang” dari Tuhan Yang Mahakudus.Itulah kematian-rohani yang dialami Adam seketika ia berbuat dosa dengan makan buah larangan!  Dan hukum inilah yang terkenal dengan: “UPAH DOSA IALAH MAUT” (Roma 6:23). Akan dibicarakan dalam seri lanjutan.
Anda bertanya, kenapa bisa terjadi perbedaan begitu mencolok antara Alkitab dan Al-Quran, bahkan sudah dimulai dari sejak hukumNya yang pertama? Jangan salah! Hukum KETIADAAN atau hukum kematian-kekal ini sesungguhnya ada tercantum juga dalam Quran. Bagaimanapun, hukum “Upah dosa adalah maut” ini tidak bisa dihilangkan Allah, namun tampaknya itu ditunda Allah selama ribuan tahun, tidak dimunculkan dalam zaman dan konteks Adam untuk menghukum Adam. Ia baru muncul diabad ke-7 ketika Allah lewat Muhammad menyampaikan wahyu susulanNya yang menjadikan semua Muslim gerah dan sangat menggelisahkan. Disitulah Allah Swt akhirnya menetapkan bahwa semua Muslim – yang bertakwa maupun yang zalim—di dekritkan dan dipastikan harus turun keneraka (QS.19:71). “Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu.
Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.”
Dan nanti-nanti entah kapan Allah baru akan berurusan untuk menyelamatkan yang bertakwa (menurut ayat lanjutannya QS.19:72). Namun Allah tidak menjamin kapan penyelamatan itu akan dilakukanNya, malah Dia samasekali tidak berurusan dengan  SALVATION PLAN, rancangan penyelamatan bagi umatNya. Quran telah menetapkan bahwa nasib umat hanyalah kematian-neraka sebagai upah dosa. Dan selanjutnya ditentukan dengan wewenang Allah (yang tidak dijelaskan lagi), yang sewenangNya menyesatkan atau memberi petunjuk (QS.16:93, 14:4, 4:88).
Padahal kita diberitahu bahwa terbakar satu hari saja di-alam akhirat ibarat sama dengan terbakar 50 tahun dibumi dengan kelipatan panas yang tidak terkirakan!
MAHAKASIH-TUHAN ALIKTAB, DITUNJUKKAN KEPADA ADAM
Mari kita segera baca kisah kejatuhan Adam-Hawa di Taman Eden oleh penyesatan licin dari si Ular (iblis). Terjadilah kegentaran dan kengerian Adam-Hawa yang luar biasa, menanti hukuman dahsyat yang tak terbayangkan. Dan benar, Tuhan datang, namun bukan menghardik Adam dan Hawa keluar untuk mempertanggung-jawabkan apa yang telah mereka perbuat. Atau memerintahkan regu tembak para malaikat untuk mengeksekusi mereka. Kita justru tersendat menyaksikan betapa Tuhan habis-habisan menyertakan Kasih-Nya masuk kedalam alam suasana yang paling tragis, dimana Dia-lah yang seolah  “tercabik  meratapi” kejatuhan Adam-Hawa secara emosional ilahiah…
Ular itu berkata kepada perempuan itu:
“Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu:
“Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,  tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” 
Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu:
“Sekali-kali kamu tidak akan mati,  tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Elohim, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” 
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya,… Lalu ia … dan suaminyapun memakannya.
Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.

“Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Elohim,
yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk,
bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Elohim
di antara pohon-pohonan dalam taman.
Tetapi TUHAN Elohim memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya:
“Di manakah engkau?”
Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini,
aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”
Firman-Nya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yangKularang engkau makan itu?” Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku,
dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”
Kemudian berfirmanlah TUHAN Elohim kepada perempuan itu:
“Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu:
Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.”
 (Kejadian 3:1-13).
Tampak betapa Tuhan memanggil Adam dan Hawa dengan satu seruan yang paling dalam maknanya: “DIMANAKAH ENGKAU”?
Nah, pertanyaan sepenting ini telah disalah pahami oleh banyak pihak. Mereka mengkritik dan mengolok: “Lho, kok Tuhan bertanya dan tidak tahu dimana Adam & Hawa berada? Tuhan apakah itu? Bukankah Dia sendiri yang menempatkan Adam/Hawa ditaman Eden? Dan bukankah Dia  mahatahu dan tak perlu bertanya bego begitu?
Dan apa jawab kita?….
Para pencemooh itu lupa-diri sehingga menyesatkan diri sendiri secara konyol. Bilamana seseorang Anda sudah sangat tahu bahwa Tuhan itu mahatahu, maka seharusnya  Anda mencari makna ayat itu berdasarkan hakekat mahatahuNya, dan bukan mengada-adakan makna kutu-busuk yang selalu bisa diadakan secara konyol. Sejak kapan Tuhan dan manusia pernah dilarang untuk bertanya tentang apa yang telah diketahuinya?! Bukankah semuanya bebas bertanya atas hal-hal yang bahkan bukan untuk dijawab sekalipun, semisal,
Apa Kabar?,
Kau kira kau ini siapa?,
Anda gila?
Untuk apa hidup bersusah payah? dst…

Bahkan Injil memperlihatkan berpuluh pertanyaan dari Yesus sendiri yang tidak membutuhkan jawaban, namun yang setiapnya mengandung makna dan tujuan yang paling dalam:
“Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya”?
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar,
dengan apakah ia diasinkan”?
“Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?”
“Elohimku, Elohimku, mengapa Engkau meninggalkan Aku”?
“Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku”?
“Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal
kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan”? dll…
adam eve
DIMANAKAH ENGKAU, ADAM?
Maka pertanyaan inipun bukan pertanyaan biasa yang membutuhkan jawaban biasa. INI JUSTRU PERTANYAAN YANG LUAR BIASA! Ini bukan bertanya tentang lokasi Adam, posisi koordinat GPS dan sejenisnya. Ini juga bukan mengharapkan jawaban umum dari Adam: “Saya ada disini, dibalik pohon, Tuhan”.  Juga bukan pertanyaan tentang hal yang fisikal apapun, tetapi justru menyentuh kondisi rohani Adam yang paling dalam. Sungguh ini bukan pertanyaan tentang LOKASI, tetapi INVITASI. Undangan Tuhan agar Adam dan Hawa merespons tentang apa yang telah terjadi dengan diri mereka, yang berdampak pada hubungannya kini dengan Tuhannya…
Tuhan lebih tahu daripada siapapun! Tuhan justru bertanya disini dengan kepiluan dan kehancuran hatiNya yang terdalamDan inilah seruan, tangisan dan ratapan hancur hati yang tak terlukiskan dari sosok Pencipta atas kejatuhan mahkluk ciptaanNya yang paling dikasihiNya! Dan ini sekaligus merupakan pernyataan  CINTA-KASIH yang paling pertama dari Tuhan terhadap umat manusia!
Tangisan Kasih yang pertama karena Adam dan Hawa telah melanggar hukum satu-satunya yang dikenakan kepada mereka! Adam dan Hawa terhilang, namun Tuhan yang Mahakasih juga “merasakan kehilangan”! RatapanNya meng-ekspresikan emosi yang paling intens, “Adam, kau pulanglah kepadaKu …” yang mana bukan bertanya tentang titik berdirinya Adam saja, melainkan arah gerak jalannya Adam pada satu langkah berikutnya!
  • Tuhan Alkitab bertanya INTENS dan bertubi-tubi kepada Adam-Hawa, dengan satu maksud, agar mereka mengakui dosanya dan minta ampun:
    “Dimanakah engkau?”“Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang?
    Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” “
    Apa yang telah engkau perbuat?” Namun yang Tuhan harapkan, tidak dilakukan oleh Adam dan Hawa. Mereka menyalah-nyalahkan pihak lain…
  • Sebaliknya, Allah Quran tidak bertanya untuk mendapatkan jawaban Adam Muslim, melainkan langsung memurkai dan mendakwa Adam yang mendekati sang pohonnya (bukan melarang makan buahnya!), dengan berkata: “Bukankah Aku telah melarang kamu (mendekati) pohon itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu”(7:22). Maka Adam bertobat –-entah bagaimana ujud tobatnya– namun Allah menerima tobatnya (QS.2:37, 20:122).
  • Pertanyaannya menjadi serius: “Kapankah Allah Swt SUDAH menjelaskan larangan mendekati pohon atau memakan buahnya, serta menyatakan  syaitan itu sesungguhnya “musuh yang nyata” kepada Adam-Hawa? Tak ada ayat-ayat begitu sebelumnya di Quran! Allah hanya mendakwa Adam-Hawa, tetapi tidak memberikan peringatan sebelumnya, kecuali sesudahnya. Ini tiada lain dari sebuah keteledoran atau kesewenangan hukum keadilan dan kebenaran Allah yang tak bisa dipahami manusia, kecuali pasrah!
  • Bahkan Quran tidak menyebutkan sang Ular yang menggoda Adam-Hawa, melainkan Syaitan sendiri! Jadi dalam ujud dan rupa apakah syaitan telah menggoda dan menyesatkan mereka? Apakah ruh syaitan bisa berbicara begitu saja muka per muka dengan Adam dan Hawa yang ditempatkan di Sorga? (QS.2:35,7:19).
  • Bagaimanakah ruh syaitan itu bisa berkunjung balik kedalam Sorga (bukan Taman Eden seperti dalam Alkitab), padahal ia sudah terusir dari sana selamanya? (QS.7:18). Bagaimana reaksi Allah atas pemunculan syaitan seenaknya kesurga, wilayah kudusNya? Mungkinkah Allah bisa mengizinkannya?
  • Dan apa yang ditawarkan khusus oleh syaitan sehingga Adam-Hawa jadi lupa daratan, tergoda dan tersesat? Alkitab menjelaskan tawaran dusta si Ular adalah agar Adam-Hawa dapat menjadi seperti TUHAN (Kej.3:5). Tetapi Syaitan Islam menawarkan Adam untuk menjadi MALAIKAT atau kekal didalam surge (QS.7:20). Penawaran Syaitan ini jelas bodoh dan ngawur karena bukankah sebelumnya semua malaikat sudah diperintahkan Allah agar bersujud kepada Adam yang dianggap lebih berharkat? (QS.2:34). Jelas Adam akan curiga atau tidak tertarik samasekali atas tawaran rendahan syaitan itu!
O, Begitu luas dan menyeluruhnya perbedaan Adam Muslim yang dikisahkan oleh Muhammad ribuan tahun sesudah Adam Alkitab. Ayat2 Quran yang dipetikkan diatas, tentang samanya nabi dan rasul-rasul Allah sungguh  tak ada kebenarannya. Tetapi ada satu beda pokok yang paling sengit yang harus  diketahui oleh setiap umat Tuhan, Muslim atau non-Muslim.

PERBEDAAN PALING MENCOLOK
Ya! Adam-Hawa memang jatuh kedalam dosa. Itu dicatat baik dalam Alkitab dan Quran. Namun segera keduanya berbeda secara paling tajam. Alkitab seperti teks diatas mengatakan bahwa Adam tidak minta ampun. Dia melemparkan kesalahan-nya kepada Hawa, dan Hawa melemparkannya lagi kepada sang Ular sipenggoda (Kej.3:1-13). Meneruskan ayat hingga (Kej 14-19) tampak bahwa Tuhan Yang Mahakasih namun juga Mahaadil itu akhirnya harus menghukum dengan mengusirnya dari Taman Eden untuk memasuki dunia yang tidak ramah dan penuh  kesakitan dan susah payah. Namun penghukuman berat  ini masih dilakukan Tuhannya SAMBIL MENJANJIKAN SATU SALVATION PLAN untuk semua keturunan Adam kelak, yaitu seorang Mesias yang akan dilahirkan dari keturunan Hawa akanmeremukkan kepala siular-setan (Kej.3:15). Kasih dengan Salvation Planyang dahsyat  ini akan kita kupas panjang lebar nanti.
Kontra sebaliknya, Adam Muslim dikatakan sudah bertaubat dan sudah diterima Allah akan taubatnya, “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS2:37).
Sesudah pengampunan Allah Yang MahaPenyayang, mestinya semua keadaan kembali damai sebagai sediakala tanpa ada hukuman. Akan tetapi nyatanya tidak demikian! Walau sudah diampuni, namun Allah tetap mengusir Adam-Hawa dari sorga. Mereka malahan di turunkan kedunia dengan membawa dampak hukuman yang saling bermusuhan diantara keturunannya kelak,
“Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (QS.2:36; juga HS.Muslim33, no.6411).
Dan ini disusulkan kelak (akibat hukum “upah dosa ialah maut”) dengan dekrit masuk keneraka secara pasti (QS.19:71).
Jadi bagaimana sekarang? Adam manakah yang harus kita pilih? Dua kasus bertolak belakang yang paling mencolok, sehingga kita manusia harus mengambil sikap, dan tidak bisa ABSTAIN:
1. Pilih Adam yang diusir dan dihukum karena tidak minta ampun ketika itu, namun tetap dijanjikan salvation plan oleh Tuhan Yang Mahakasih. Ataukah
2. Pilih Adam yang sudah diampuni Allah, namun tetap diusir dan dihukum dengan dekrit yang memastikannya masuk neraka, tanpa salvation plan Allah?
Lebih dari itu, jikalau Adam Muslim diusir setelah diampuni, maka tidakkah Muhammad dan para Muslim lainnya juga bisa dikeluarkan Allah kelak dari Surga, walau sudah diampuni dan siap mau masuk kesurga tinggal selangkah lagi? Tampaknya ini sangat bisa terjadi walau tidak diharapkan. Soalnya sudah ada peneguhannya yang dicatatkan dalam Hadis Nabi yang shahih:
“Demikianlah, seseorang diantara kalian dapat melakukan hal-hal yang berpahala hingga kepada satu hasta lagi untuk masuk Firdaus, namun apa yang telah tertulis baginya (suratan Allah) akan menentukan perilakunya sehingga iapun mulai melakukan hal-hal jahat yangmensifati orang Neraka. Begitu pula sebaliknya seseorang diantara kalian dapat melakukan hal-hal jahat hingga kepada satu hasta lagi jaraknya dengan Neraka, namun apa yang telah tertulis menentukan perilakunya, sehingga ia mulai melakukan hal-hal yang mensifati orang Firdaus”
(HS. Bukhari 4:54:430).
Adam, Dimanakah Engkau Sesungguhnya Ditempatkan?Dua Kitab memberikan jawaban yang saling menentang: Disorga Islamkah (Quran Surat 2:35,7:19)  atau di Taman Eden dunia? (di Asyur Mesopotamia dekat sungai Tigris dan Efrat, Kitab Kejadian 2:13). Apa disorga Islam ada debu tanah dengan apa Adam diciptakan? Apa disorga dengan fisiologi badan yang sama seperti kita, lalu kemudian diturunkan  kebumi akan bisa hidup tanpa diubah fisik tubuhnya? Apalagi tingginya Adam disebut-sebut Muhammad (dan dipercaya oleh mayoritas Muslim) sebagai 60 hasta atau 30 meter, yang mana akan lebih rawan beradaptasi secara kosmologis?
adam
Banyak sekali firman Allah SWT tentang Adam (dan tentu saja semua Nabi-nabi lainnya) yang telah menjadi simpang siur, acak, tidak sinkron, membingungkan umat dan non-umat, atau sulit dicernakan akal sehat. Kita semua perlu berani berpikir kritis bahwa kalimat Allah itu seharusnya murni seperti yang Dia sifatkan sendiri: rapi, terperinci, dan mahateliti, tak ada yang dialpakan, tak ada keraguan didalamnya, yang keterjagaan-nya dijamin Allah sendiri dalam kitabim mubiin(QS.11:1; 6:59; 10:37; 15:9; Mazmur 18:31; 19:9).
Satu aspek, bila firman diacak melawan kodrat kronologi saja, itu sudah harus menjadi tanda lampu merah bagi sebuah kwalitas dan otentisitas Firman Allah. Kisah Adam Hawa –-bila itu wahyu Allah penyempurna yang terakhir— seharusnya ditempatkan dalam awal-awal pasal dan surat Quran. Atau setidaknya dihimpun dalam kesatuan SURAT ADAM misalnya. Dengan runut kronologis mengisahkan hal-hal yang jelas dan mengkoreksi kisah Adam Alkitab yang dianggap Muslim sudah disimpangkan oleh tangan-tangan setan (!?). Bukan malah menuangkan ayat secuil sana-sini yang diserakkan acak kedalam Surat-surat ke-2, lalu ke-7, ke-20 dan lainnya dalam himpunan Quran yang kacau.
Dengan sistim anti-kronologi seperti Quran sekarang ini, Allah sesungguhnya TELAH menurunkan FirmanNya secara tidak sempurna dan tidak efisien dalam DUA KALI kerja-pewahyuan-Nya. Yang pertama ketika diturunkan apa adanya menurut waktu yang berjalan, tetapi kemudian Jibril dan Muhammad perlu-perlunya ikut mengacak urutannya, sedemikian sehingga harus menyusun ulang “wahyu-Allah” secara SENGAJA melawan kronologi, acak, memasukkan ayat sisipan dan ayat nasikh (ayat pembatalan ayat terdahulu QS.16:101; 2:106), tanpa tema dan tanpa konteks! Bukti sisipan ayat yang runyam dan mencengangkan para pembaca Quran misalnya dapat dilihat pada Mukadimah Surat Yunus dalam Al-Quran Terjemahan Depag. Disitu Anda akan membaca sbb:
“Surat Yunus terdiri atas 109 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah kecuali ayat 40, 94, 95, yang diturunkan pada masa Nabi Muhammad saw.  Berada di Madinah”.
Menurut Ibn Abbas, malah juga termasuk ayat 96. Jadi? Apakah ini ujud keterjagaan Allah ataukah himpunan manusia yang kehilangan referensi?
Wallahu A’lam Bishawab.

Maka Para Pembaca Yang Budiman,
Bersukacitalah dengan paparan kritis obyektif ini! Kini paling tidak Anda secara sederhana sudah dapat mencirikan mana tuhan yang TUHAN, dalam 3 segi.
Satu, Tuhan Yang Mahakasih. Dua, Tuhan yang menyelamatkan.
Tiga, Firmannya, kisahNya tentang Adam-Hawa terasa lurus, otentik dan otoritatif, bukan ceplas-ceplos yang kusut dan nonsense.
1.Mahakasih Tuhan itu maha hadir sejak awal. Maka Ujud KasihNya harus betul-betul telah ditunjukkan kepada Adam-Hawa. Dia dengan sepenuh hatiNya telah memanggil Adam yang jatuh dalam dosa (agar pulang, minta ampun dan bertobat). Tuhan Yang Tuhan berkorban, tidak langsung mendakwa.
2.Walau Adam masih dalam keadaan berdosa, Tuhan Yang Tuhan tetap merancangkan Salvation Plan bagi keturunannya –semua umat manusia yang berdosa– agar semua yang datang kepadaNya boleh menerima keselamatan kekal (Luk.19:10). Tuhan mampu dan mau berkurban untuk misi penyelamatan ini (Yoh3:16; 1:29).
3.Kisah Adam dan Hawa ini sangat kuno, tak ada saksi-mata, hanya diketahui oleh Tuhan sendiri dan diilhamkan kepada NabiNya yang benar. Maka Dia akan menuangkan FirmanNya ini secara sangat khusus, lurus, dengan satu kali pewahyuan dan terasa benar keakal dan dihati, walau tanpa saksi mata. Otoritatif dan otensititas ilahiah harus terjaga.
Sebaliknya, kisah Adam-Hawa  yang terkusut, terkurung dalam ceceran potongan kisah acak, yang disisip dan dibatal, disusun ulang menjadi non-kronologis, saling kontradiksi telanjang, dan yang tak masuk akal… INI PASTI TIDAK MENGKOREKSI, MELAINKAN MENDISTORSI KALIMAT ILAHI !

Tuhan menjanjikan pelepasan dari budak kekusutan: 
Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:32).
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...