Hari Raya YHWH: Shavuot (Pentakosta) – Pewahyuan dan Buah Roh
Hari Raya Shavuot (“Tujuh Minggu” atau “Pentakosta“) menandai puncak dari penebusan (pembebasan), yang kadang-kadang disebut Atzeret Pesach, atau “Perhimpunan Paskah.” Karena peristiwa Eksodus dari Mesir dimaksudkan untuk menuju kepada pewahyuan di Gunung Sinai, tujuan Paskah sesungguhnya adalah diberikannya Torah kepada bangsa Yahudi. Elohim membawa orang-orang Yahudi keluar dari Mesir supaya mereka dapat menjadi umat kesayangan-Nya, kudus dan dipisahkan dari budaya pagan (penyembahan berhala) di sekeliling mereka. Bahkan, seluruh hari-hari Raya YAHWEH berhubungan dengan peristiwa ini, termasuk hari-hari raya musim gugur Yom Teru’ah (Peniupan Sangkakala atau Rosh Hashanah), Yom Kippur (Pendamaian) dan Sukkot (Pondok Daun).
Menurut rabbi-rabbi bijak Yahudi: Bulan baru Nisan menandai permulaan waktu kudus, Paskah memperingati pengorbanan Anak Domba Paskah, hari pertama Roti Tidak Beragi memperingati Eksodus dari Mesir, hari ketujuh Roti Tidak Beragi memperingati menyeberangi Laut Merah, menghitung Omer memperingati hari-hari sebelum pemberian Torah di Gunung Sinai, dan Shavuot (Pentakosta) memperingati pemberian Torah tepat tujuh minggu sesudah Eksodus (pada tanggal 6 Sivan). Bahkan, Shavuot (Pentakosta) di Gunung Sinai kadang-kadang dianggap sebagai hari kelahiran Yudaisme.
Latar Belakang Alkitab tentang Shavuot (Pentakosta)
Kitab Keluaran memberitahu bagaimana Musa diutus Elohim ke Mesir untuk menjadi pembebas Israel. Firaun, tentu saja, tidak mengindahkan permohonan Musa untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan mereka, dan kemudian panggung dipersiapkan bagi terjadinya peperangan antara Elohim Israel melawan dewa-dewa Mesir.
Keluaran 12:12 (ILT) Maka Aku akan melintas di Tanah Mesir pada malam itu. Dan Aku akan memukul setiap anak sulung di Tanah Mesir, mulai dari manusia bahkan sampai ternak. Dan ke atas semua ilah (Ibrani: elohim; dewa-dewa) Mesir Aku akan menjatuhkan penghakiman. Akulah YAHWEH!
Sesudah demonstrasi-demonstrasi berulang dari kemuliaan dan kekuasaan YAHWEH, Elohim mengatakan kepada Musa bahwa Dia akan mendatangkan tulah terakhir dan mengerikan yang akan menyebabkan Firaun mengalah dan membiarkan orang-orang Israel pergi. Semua anak-anak sulung di tanah itu akan dibunuh – kecuali mereka yang menjalankan ritual-ritual yang Elohim sebut Paskah.
YAHWEH memerintahkan bahwa pada tanggal 10 Nisan, kepala setiap rumah tangga harus memilih seekor anak domba jantan muda yang tidak bercacat untuk dipersembahkan sebagai korban bagi YAHWEH. Pada sore hari tanggal 14 Nisan (erev Pesach), seorang anggota keluarga harus menyembelih anak domba itu (disebut korban pesach) dan melumurkan sebagian darahnya di semua tiga sisi kusen pintu, atas, kanan dan kiri. Anak domba itu kemudian dipanggang dan dimakan dengan roti tidak beragi (yaitu, matzah) dan maror (sayuran pahit). Makanan ini harus dikonsumsi “dengan tergesa-gesa” karena orang-orang Israel akan memulai Eksodus mereka keesokan harinya (15 Nisan). Lebih jauh YAHWEH memerintahkan bahwa hanya matzah (roti tidak beragi) yang boleh dimakan selama seminggu sesudah makan Paskah (dari tanggal 15-22 Nisan), mungkin untuk memperingati ketergesa-gesaan saat mereka meninggalkan Mesir.
Pada tengah malam 15 Nisan, YAHWEH membunuh semua anak-anak laki-laki sulung dari orang-orang yang tidak melumurkan darah anak domba itu di tiang-tiang pintu rumah mereka (orang-orang Yahudi yang percaya dalam YAHWEH “dilewati” (pesakh) oleh Malaikat Maut atau “Sang Penghancur.” Selengkapnya baca: Kebenaran Peristiwa Eksodus Diteguhkan oleh Dokumen Historis Mesir Kunodan Papyrus Ipuwer: Tulisan Mesir Kuno tentang Peristiwa Tulah-tulah Eksodus).
Firaun dan sebagian besar Mesir bangkit di tengah malam, meratapi kematian anak-anak mereka, dan memohon orang-orang Israel untuk pergi meninggalkan Mesir. Eksodus besar dari Mesir akhirnya dimulai! Segera sesudah 430 tahun di Mesir (Keluaran 12:40-1,51, tapi dihitung dari kelahiran Ishak) lebih dari 600.000 laki-laki dewasa, bersama istri-istri dan anak-anak mereka, pergi dengan membawa harta benda emas dan perak yang telah diberikan orang-orang Mesir kepada mereka.
Segera sesudah orang-orang Yahudi pergi meninggalkan Mesir, sebuah Tiang Awan Berapi muncul di hadapan mereka, memimpin mereka dari Rameses ke Sukkoth dan kemudian mengarah ke selatan menuju padang gurun (Keluaran 13:20-21). Tetapi Firaun dan tentaranya segera menyadari bahwa orang-orang Yahudi tidak akan pernah kembali dan memutuskan untuk mengejar dan memperbudak mereka sekali lagi (Keluaran 14:4). Enam hari kemudian, pada 12 Nisan, orang-orang Israel terjebak dengan tentara Mesir di belakang mereka dan Laut Suf (gelagah) di hadapan mereka. Tiang Awan bergerak ke belakang orang-orang Israel dan berdiri di antara mereka dan orang-orang Mesir. Musa kemudian mengulurkan tongkatnya di hadapan laut dan secara ajaib itu terbelah sehingga orang-orang Yahudi dapat berjalan melintasinya. Ketika orang-orang Yahudi telah menyeberang semuanya, orang-orang Mesir berusaha mengikuti mereka, namun Musa kembali mengulurkan tongkatnya dan air lautan berbalik ke atas mereka sehingga tentara yang mengejar itu tenggelam.
Tiga hari kemudian, pada 24 Nisan, orang-orang Israel tiba di Marah, di mana airnya pahit. Musa melemparkan beberapa kayu ke dalam air dan itu menjadi mayim chayim – air manis yang baik untuk diminum (Keluaran 15:22-26). Sebulan kemudian, orang-orang Yahudi mengeluh bahwa mereka kekurangan makanan, tapi Elohim mengirim manna untuk memberi mereka makan (Keluaran 16). Menariknya, jumlah manna yang dikumpulkan setiap hari disebut Omer (homer). Belakangan, orang-orang Yahudi mulai menetap di Rephidim, dekat Gunung Sinai, tapi sekali lagi tidak ada air. Musa diperintahkan untuk membawa para tua-tua ke sebuah batu karang di Sinai dan memukulnya dengan tongkatnya untuk mengeluarkan air secara ajaib (Keluaran 17:1-7). Sementara orang-orang Yahudi berkemah di Rephidim, orang-orang Amalek (keturunan Esau) tiba-tiba menyerang mereka. Israel memenangkan pertempuran, namun Elohim memerintahkan mereka agar tidak pernah melupakan musuh-musuh mereka (Keluaran 17:9-16).
Setelah 45 hari di padang gurun, pada bulan baru Sivan, orang-orang Yahudi sampai di padang gurun Sinai dan berkemah di dekat gunung tempat Musa pertama kali diutus Elohim (Keluaran 19:1). Selama minggu-minggu sebelumnya, orang-orang Yahudi semakin lama semakin sadar akan YAHWEH dan karena itu semakin lama semakin siap menerima perintah (Torah) dari Dia sebelum memasuki Tanah Perjanjian.
Musa naik ke atas gunung, dan di sana Elohim memerintahkan dia untuk mengatakan kepada para pemimpin bahwa jika mereka mau mematuhi YAHWEH dan memelihara perjanjian-Nya, maka mereka akan menjadi “kerajaan imam-imam” YAHWEH dan “bangsa yang kudus”. Sesudah menyampaikan pesan ini, orang-orang Israel menanggapi dengan menyatakan, “Kol asher diber Adonai na’aseh” (“semua yang telah difirmankan YAHWEH akan kami lakukan”). Musa kemudian kembali ke gunung dan diperintahkan untuk memerintahkan umat Israel untuk menguduskan diri mereka sebelum YAHWEH turun ke atas gunung dalam tiga hari. Orang-orang harus menjauhkan diri dari kesenangan duniawi dan tidak boleh menyentuh (di bawah ancaman hukuman mati) batas-batas gunung itu. “Bersiaplah untuk hari yang ketiga, karena pada hari yang ketiga YAHWEH akan turun ke atas Gunung Sinai di depan mata seluruh umat.”
Tradisi para rabbi mengatakan bahwa Torah sesungguhnya diberikan pada hari keenam Sivan, Shabbat sesudah bulan baru Sivan pada tahun itu (yang menjadikan bulan baru Sivan jatuh pada hari Senin [Shabbat 86b]).
Pada pagi Shabbat pada hari keenam Sivan, tepat tujuh minggu sesudah Eksodus, seluruh anak-anak Israel berkumpul di kaki Gunung Sinai, di mana YAHWEH turun di tengah-tengah guntur, petir, asap mengepul, api, dan tiupan shofar yang dahsyat suaranya. YAHWEH kemudian menyatakan dasar perilaku moral yang dipersyaratkan bagi orang-orang Israel, Sepuluh Perintah Elohim.
Suara shofar semakin kencang dan keras sampai-sampai kengerian mencekam hati umat Israel. Lalu YAHWEH berkata, “Akulah YAHWEH, Elohimmu, yang membawa kamu keluar dari Mesir.” Sementara YAHWEH mulai mengucapkan perintah kedua, orang-orang mulai tersungkur ketakutan dan memohon kepada Musa untuk menjadi “perantara” atau mediator mereka di hadapan Elohim. Orang-orang Israel kemudian berdiri jauh-jauh, sementara Musa sendirian mendekat kepada kegelapan yang tebal di mana Elohim berada.
Sebagai mediator perjanjian, Musa kemudian menyampaikan kepada orang-orang Israel semua firman YAHWEH dan orang-orang Israel menanggapi serempak, “Kol hadevarim asher diber Adonai na’aseh“, yang artinya “semua firman yang telah dikatakan YAHWEH akan kami lakukan.” Dia menuliskan kata-kata perjanjian (sefer habrit), membangun sebuah mezbah di kaki Gunung Sinai dengan dua belas pilar (satu untuk setiap suku Israel), dan memerintahkan pengorbanan kepada YAHWEH untuk dilakukan. Ia mengambil darah korban dari persembahan, menyiramkan setengahnya di atas mezbah, dan membacakan perjanjian kepada orang-orang. Orang-orang Israel meratifikasi perjanjian dengan kata-kata “kol asher diber Adonai na’aseh ve’nishma” (“semua yang difirmankan YAHWEH akan kami lakukan dan taati”). Sesudah mendengar ratifikasi mereka, Musa mengambil separuh bagian lain dari darah korban dan menyiramkannya ke atas orang-orang Israel dengan berkata, “Lihatlah darah perjanjian yang telah YAHWEH buat dengan kamu seturut dengan semua kata-kata ini.”
Selanjutnya, Musa, Harun (dan anak-anaknya Nadav dan Avihu), dan tujuh puluh tua-tua Israel naik ke Gunung Sinai untuk makan “makanan pengesahan perjanjian” antara klal Yisrael (seluruh Israel) dan YAHWEH. Di sanalah para penatua memandang kemuliaan menakjubkan dari Elohei Yisrael (Elohim Israel), yang di bawah kaki-Nya ada “lantai safir, seperti surga dalam kecemerlangannya” (Keluaran 24:9-11).
Setelah kembali dari gunung bersama para tua-tua, YAHWEH memerintahkan Musa untuk kembali ke atas untuk menerima luchot ha’even (tablet-tablet/loh batu) yang bertuliskan Sepuluh Perintah Elohim (Keluaran 24:12). Dia tetap berada di atas gunung selama 40 hari 40 malam belajar Torah sementara orang-orang Israel menunggunya di perkemahan di bawah (Keluaran 24:13-18).
Midrash Tentang Loh-loh Batu
Menurut midrash Yahudi, lempengan-lempengan batu terbuat dari safir biru sebagai simbol surga dan takhta Elohim, yang ditulisi oleh “jari Elohim” (Keluaran 31:18). Huruf-huruf Ibrani dikatakan sepenuhnya melubangi menembus batu (Keluaran 32:15), yang merupakan mujizat, karena bagian dalam dari beberapa huruf Ibrani (seperti “ס” Samekh dan “ם” Mem akhir) “melayang” di tempatnya. Lebih lanjut, meskipun huruf-huruf itu benar-benar melubangi menembus batu, kedua sisi tampak normal (yaitu, “punggung” tablet terlihat sama persis seperti bagian depan – Shabos 104a).
Tradisi Yahudi menyatakan bahwa huruf Ibrani yang digunakan adalah Ketav Ashurit (huruf Ibrani klasik yang digunakan dalam Kitab Suci hari ini), dan bukan Ketav Ivri yang lebih tua (yang belakangan dituliskan (oleh Elohim) pada set kedua dari tablet-tablet yang dipahat Musa sesudah dia menghancurkan set tablet yang asli). Midrash lain mengatakan bahwa tablet-tablet ini “mengangkat berat mereka sendiri,” memungkinkan Musa membawa mereka menuruni gunung.
Midrash Yahudi terkenal lainnya mengatakan bahwa pada mulanya YAHWEH menawarkan Torah kepada masing-masing dari 70 bangsa-bangsa, namun tidak ada yang menerimanya tanpa terlebih dahulu bertanya apa isinya itu. Sesudah mendengar berbagai perintah, masing-masing bangsa membuat alasan atau lainnya supaya tidak menerimanya (misalnya, Elohim menawarkan Torah kepada orang-orang Ishmael, namun mereka menolak tawaran tersebut karena ada larangan mencuri, sedangkan praktik perdagangan mereka membutuhkan itu).
Elohim akhirnya berpaling kepada bangsa Israel, yang berkata, “Kol asher diber Adonai na’aseh” (“semua yang difirmankan YAHWEH akan kami lakukan”). Perhatikan sesuatu yang luar biasa di sini: Tidak seperti bangsa-bangsa lain, Israel memilih Torah sebelum mengetahui apa isinya: na’aseh ve’nishma (Keluaran 19:8). Bahkan, sesudah Musa menjelaskan sejauh mana tuntutan Torah, seluruh orang Israel berkata, “Kol asher diber Adonai na’aseh ve’nishma” (“semua yang difirmankan YAHWEH akan kami lakukan dan taati”) (Keluaran 24:7). Hati orang-orang Yahudi tanpa ragu mengatakan “Ya” kepada YAHWEH seperti anak kecil yang mempercayai ayahnya yang penuh kasih sayang … (halevai – semoga kita semua hidup seperti itu!).
Latar Belakang Agrikultural – Yom HaBikkurim
Ketika orang-orang Yahudi mulai menetap di Tanah Perjanjian, makna Shavuot diubah menjadi hari raya pertanian yang merayakan pemeliharaan YAHWEH bagi umat-Nya. Dalam kitab terakhir Torah, Musa menceritakan kembali sejarah dan hukum-hukum yang diberikan kepada orang-orang Yahudi dan mengingatkan mereka untuk secara setia merayakan Paskah (Ulangan 16:1-7), Roti Tidak Beragi (Ulangan 16:8), Penghitungan Omer (Ulangan 16:9), dan Shavuot:
Ulangan 16:9-11 (ILT) Tujuh pekan engkau harus menghitung bagimu; sejak dimulainya penyabitan pada gandum yang belum dituai, engkau harus mulai menghitung tujuh pekan itu. Dan haruslah engkau merayakan hari raya Tujuh Pekan (Ibrani: shavua) bagi YAHWEH, Elohimmu, menurut ukuran persembahan sukarela dari tanganmu, yang akan engkau berikan sesuai dengan apa yang YAHWEH, Elohimmu, memberkatimu. Dan haruslah engkau bersukacita di hadapan YAHWEH, Elohimmu, …
Kata Ibrani “sheva” artinya ‘tujuh,’ “shavu’ah” artinya ‘minggu’ atau ‘pekan,’ dan “shavu’ot” artinya ‘tujuh minggu’ atau ‘pekan pekan.’ Tepat tujuh minggu sesudah panen jelai pertama adalah Hari Raya Shavuot (“tujuh minggu”), satu dari tiga hari raya ziarah dimana orang-orang Yahudi harus datang ke mishkan (tempat kudus, dan belakangan Bait Suci) untuk mempersembahkan buah sulung panenan musim semi mereka di hadapan YAHWEH. Karena Shavuot terjadi pada hari ke-50 setelah Paskah, penerjemah bahasa Yunani dari Torah menyebut hari ini “Pentakosta.”
Buah sulung dari panenan disebut bikkurim, dan merujuk secara khusus kepada Shivat Ha’minim, tujuh spesies buah-buahan dari Tanah Perjanjian: Gandum, jelai, anggur, buah ara, buah delima, buah zaitun, dan kurma (Ulangan 8:8). Begitu seorang petani Yahudi melihat tanda pertama buah menjadi masak di ladang atau kebunnya, dia akan mengikatkan tali atau pita di sekelilingnya dan menetapkannya sebagai bikkurim.
Kemudian ia akan memetik buah ini, memasukkannya ke dalam keranjang anyaman emas dan perak (orang miskin memakai keranjang anyaman dari dahan pohon willow yang dikelupas) dan berangkat ke mishkan (tempat kudus, atau belakangan ke Bait Suci di Yerusalem) untuk Hari Raya Shavuot. Karena ini merupakan hari raya ziarah, prosesi besar orang-orang Yahudi lainnya akan membawa keranjang-keranjang mereka di jalan, menyanyikan lagu-lagu pujian yang sukacita. Mereka akan menempatkan keranjang-keranjang mereka di atas lembu-lembu yang dihias dengan karangan bunga dalam sebuah parade besar ke Yerusalem! Saat para peziarah melintasi berbagai kota di sepanjang perjalanan, mereka akan disertai oleh yang lain-lainnya (Ulangan 26:1-3).
Di mishkan (atau Bait Suci), setiap keluarga akan mempersembahkan keranjang buah-buahan kepada seorang kohen (imam) untuk diletakkan di hadapan mezbah sambil membacakan bagian berikut dari kitab Ulangan:
Bapakku dahulu adalah seorang Aram yang hendak binasa. Dan dia pergi ke Mesir dengan sedikit orang saja, dan tinggal di sana dan menjadi bangsa yang besar, kuat, dan banyak jumlahnya. Dan orang Mesir menindas kami, menganiaya kami, dan memberi pekerjaan budak yang berat kepada kami.
Kemudian kami menangis kepada YAHWEH, Elohim leluhur kami, dan YAHWEH mendengar suara kami, melihat kesengsaraan kami, pekerjaan kami yang berat, dan penindasan terhadap kami. Lalu, YAHWEH membawa kami keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung, dan dengan ancaman yang dahsyat, dengan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat. Dan Dia telah membawa kami ke tempat ini, dan telah memberikan negeri ini, suatu negeri yang berlimpah dengan susu dan madu.
Dan sekarang, lihatlah, aku telah membawa buah sulung dari hasil tanah yang telah Kauberikan kepadaku, ya, YAHWEH. Dan engkau harus menempatkannya di hadapan YAHWEH, Elohimmu, dan engkau harus sujud di hadapan YAHWEH, Elohimmu. Ulangan 26:5-11 (ILT)
Avodah Imamat – Shtei HaLechem
Dalam avodah imamat (ibadah) di mishkan (belakangan di Bait Suci), hitungan mundur 49 hari sampai hari raya Shavuot disebut Sefirat Omer (“Menghitung Omer”), setiap hari sebuah ucapan berkat spesial dibacakan dengan menyebutkan secara tepat berapa hari lagi sebelum mencapai klimaks di hari ke-50 – Yobel dari hari-hari!
Sama seperti contoh panenan jelai pertama diayunkan di hadapan mezbah selama Hari Raya Buah Sulung, maka pada Hari Raya Shavuot contoh panenan gandum yang pertama dibawa kepada para imam, dipanggang menjadi dua roti beragi (shtei halechem), dan kemudian diayunkan (tenufah) di hadapan mezbah sebagai ritual penutup dari musim ini. Ini adalah satu-satunya waktu ketika roti beragi digunakan oleh para imam untuk avodah (lihat Imamat 2:11).
Shavuot berbeda dengan Paskah yang membutuhkan roti tidak beragi (matzah), karena dua roti yang dibuat dari buah sulung panenan gandum dipanggang dengan chametz (ragi) sebelum “diayunkan” di hadapan YAHWEH (Imamat 23:15-20). Ada beberapa ketidakpastian di antara para rabbi bijak Yahudi mengenai arti penggunaan ragi yang dilarang (Imamat 2:11), meskipun secara profetik ini adalah gambaran “satu manusia baru” (terdiri dari orang Yahudi dan non Yahudi) di hadapan mezbah dari YAHWEH (Efesus 2:14).
Sementara Bait Suci masih berdiri, Shavuot (bersamaan dengan Paskah dan Sukkot), adalah satu dari tiga hari raya ziarah (shalosh regalim) ketika orang-orang Yahudi akan datang ke Yerusalem untuk mengorbankan hasil panenan mereka yang pertama. Setelah Bait Suci dihancurkan pada tahun 70 M, aspek agrikultural Shavuot tidak bisa lagi dilaksanakan, dan rabi-rabi bijak Talmud belakangan menghubungkan kembali hari raya ini dengan pemberian Torah di Gunung Sinai selama bulan Sivan (Keluaran 19:1).
Shavuot kemudian disebut Z’man mattan torateinu – “Waktu Pemberian Torah.” Sampai hari ini, sudah menjadi kebiasaan untuk menjalankan Shavuot dengan terjaga sepanjang malam belajar Torah. Sementara kebiasaan ini (disebut tikkun leil shavu’ot) itu indah, hukum Yahudi melarang menyakiti atau menyiksa diri pada hari raya, jadi jika Anda lelah atau tidak merasa baik keesokan harinya, lebih baik tidur saja. Sebuah tikkun (urutan) menyajikan petikan-petikan kecil dari setiap kitab Tanakh dan demikian juga traktat-traktat dari Talmud.
Kronologi Pemberian Torah
Ada hubungan antara Paskah, Menghitung Omer, dan hari raya Shavuot yang berakar pada tindakan-tindakan penebusan YAHWEH Elohim Israel. Menurut berbagai sumber Yahudi, kronologi dasar pemberian Torah di Sinai adalah sebagai berikut:
1 Nisan – Permulaan Tahun Kudus.
Pada 1 Nisan, dua minggu sebelum Eksodus, YAHWEH menunjukkan Musa bulan baru dan memulai kalender Ilahi lunar. Ini disebut Rosh Chodashim.
15 Nisan – Paskah.
Dua minggu kemudian, pada hari Kamis, Elohim siap untuk membebaskan orang-orang Israel dari perbudakan mereka di Mesir. Awal petang itu orang-orang Israel melaksanakan Seder Pesach (makan Paskah) dan melumurkan darah anak domba pada tiang-tiang pintu mereka. Pada tengah malam 15 Nisan, YAHWEH mengirim tulah kesepuluh atau yang terakhir kepada orang-orang Mesir, membunuh semua anak-anak sulung mereka. Ini adalah titik akhir bagi Firaun dan Israel “diizinkan” meninggalkan Mesir. 600.000 laki-laki dewasa (ditambah wanita dan anak-anak dan banyak “orang-orang campuran”) meninggalkan Mesir dan memulai perjalanan ke Sinai di bawah pimpinan Musa.
18 Nisan – Firaun Mengejar.
Tiga hari sesudah Eksodus, dan meskipun tulah-tulah dan kehancuran yang menimpa Mesir, Firaun memobilisasi tentaranya dan mengejar orang-orang Yahudi untuk membawa mereka kembali. Mungkin ini karena Firaun menyadari bahwa “tiga hari raya bagi YAHWEH” di padang gurun merupakan pelarian permanen Israel dari cengkeramannya.
20 Nisan – Firaun menjepit orang-orang Israel.
Tentara Firaun menjepit orang-orang Yahudi di hadapan Laut Suf. Kemuliaan Shekhinah YAHWEH mengintervensi dan menghalangi mereka dari menyerang.
21 Nisan – Laut Terbelah.
Keesokan harinya YAHWEH memerintahkan Musa untuk memerintahkan orang-orang Israel untuk berjalan menuju ke tepi laut. Nachshon ben Aminadav dari suku Yehuda adalah orang pertama yang terjun ke laut; air terbelah, dan “anak-anak Israel berjalan melintasi tanah kering di tengah lautan.” Ketika orang-orang Mesir berusaha mengikuti mereka, air berbalik kembali dan menenggelamkan mereka. Orang Israel merayakan pembebasan mereka dengan “Nyanyian di Laut” untuk memuji YAHWEH.
24 Nisan – Shabbat pertama dirayakan.
Dua hari kemudian orang Israel tiba di Marah dimana mereka menerima perintah untuk melaksanakan Shabbat.
15 Iyyar – Manna diberikan.
Satu bulan setelah Eksodus, Elohim menyediakan roti dari surga (manna) yang memelihara bangsa Israel selama tahun-tahun pengembaraan mereka melalui padang gurun. Mengingat pemberian makanan secara ilahi ini, perintah untuk tidak mengumpulkan manna pada hari Shabbat diulangi kembali (pada 22 Iyyar).
23 Iyyar – Air dari Batu Karang.
38 hari setelah Eksodus, orang-orang Israel tiba di Rephidim, sebuah wilayah padang gurun. Orang-orang mengeluh bahwa mereka akan mati kehausan namun YAHWEH memerintahkan Musa untuk memukul batu karang dengan tongkatnya untuk mengeluarkan air.
1 Sivan – Tiba di Sinai.
Orang-orang Israel akhirnya tiba di padang gurun Sinai (Keluaran 19:1) di mana Musa pada mulanya diutus. Perhatikan bahwa pertanyaan apakah bulan baru Sivan (Rosh Chodesh Sivan) jatuh pada hari Minggu atau Senin tidak diputuskan (Talmud, Shabbat 86b).
2 Sivan – Hari Pembedaan, “Yom HaMeyuchas”.
Pada hari ini Musa naik ke Gunung Sinai dan Elohim menyuruhnya untuk mengatakan kepada orang-orang Israel: “Engkau akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam-imam dan bangsa yang kudus” (Keluaran 19:2-7).
3-5 Sivan – Tiga hari persiapan.
Pada 3 Sivan, YAHWEH memerintahkan Musa untuk “menetapkan batas-batas” (hagbalah) bagi orang-orang di sekitar gunung untuk persiapan pemberian Torah tiga hari kemudian (Keluaran 19:9-15).
4 Sivan – Musa menulis Torah.
Menurut midrash, pada 4 Sivan Musa menuliskan 68 pasal pertama Torah, dari Kejadian 1:1 sampai pada peristiwa pemberian Torah dalam Keluaran 19. Ini nampaknya tidak mungkin, namun demikian ini adalah bagian dari tradisi Yahudi.
5 Sivan – Perjanjian ditawarkan.
Pada 5 Sivan Musa membuat perjanjian dengan orang-orang Yahudi di kaki Gunung Sinai dimana orang-orang menyatakan, “Semua yang telah difirmankan YAHWEH, akan kami lakukan dan dengarkan” (Keluaran 19:8;24:7).
6 Sivan – Pemberian Torah.
Pada 6 Sivan, tepat tujuh minggu sesudah Eksodus, YAHWEH menyatakan diri-Nya di Gunung Sinai. Seluruh Israel (600.000 kepala keluarga dan anggota keluarga mereka) mendengar YAHWEH mengucapkan dua perintah yang pertama dari Sepuluh Perintah Elohim. Sesudah pewahyuan awal ini, Musa naik kembali ke Sinai selama 40 hari, untuk menerima bagian Torah selanjutnya. Tanggal ini persis bertepatan dengan Hari Raya Shavuot.
Kontroversi Omer dan Tanggal Shavuot
Belakangan, setelah orang-orang Israel menetap di Tanah Perjanjian, Shavuot mulai memiliki makna lain. Berbeda dengan mo’edim (hari-hari raya) lainnya yang tanggalnya disebutkan di dalam Torah, Shavuot tidak memiliki tanggal yang jelas namun harus disimpulkan dari Imamat 23:11 dan 23:15: “Dan sejak hari dimana kamu membawa persembahan Omer – sehari setelah hari Shabbat – kamu harus menghitung tujuh minggu.” Frase kunci adalah “mi-machorat ha-shabbat,” “sehari setelah Shabbat.” Apakah ungkapan ini merujuk pada hari Minggu atau mungkin pada hari Shabbat Paskah?
Kontroversi ini bukan tidak signifikan, karena Shavuot adalah satu dari tiga mo’edim (waktu yang ditetapkan) di mana semua laki-laki Israel diperintahkan secara langsung untuk hadir di hadapan YAHWEH di Yerusalem (Keluaran 23:14-17). Karena tanggal Shavuot tergantung pada hari pertama Omer, mulai menghitung pada hari yang salah akan menyebabkan hari raya akan dilaksanakan pada waktu yang salah. Akhirnya, tiga sudut pandang utama berkembang mengenai makna ungkapan “setelah hari Shabbat”:
- Tzaddukim (orang-orang Saduki) percaya bahwa kata “Shabbat” digunakan dalam arti biasa, sebagai hari ketujuh dalam seminggu, dan karena itu memulai penghitungan mundur pada hari Minggu pertama setelah Paskah (Talmud: Menachot 65). Sekarang karena Shavuot terjadi 7 minggu kemudian, ini menyiratkan bahwa itu juga jatuh pada hari Minggu. Apalagi, karena hari Paskah dalam minggu bervariasi sepanjang tahun-tahun, tanggal Shavuot juga bervariasi.
- Perushim (orang-orang Farisi), di sisi lain, percaya bahwa “sehari setelah Shabbat” tidak menunjuk kepada Shabbat mingguan, tetapi kepada hari pertama Paskah (yang adalah shabbaton atau hari larangan bekerja), dan karena itu mulai menghitung keesokan harinya, yaitu hari setelah Paskah (yang juga merupakan hari kedua Roti Tidak Beragi). Hal ini didukung dalam Yosua 5:11-12 ketika Israel pertama kali memasuki tanah itu dan memakan buah sulungnya. Dan karena Paskah selalu jatuh pada 15 Nisan, ini menetapkan tanggal tetap bagi Shavuot 49 hari kemudian pada tanggal 6 Sivan.
- Orang Karaite menolak kedua metode ini, namun mengandalkan pada penampakan bulan baru (Rosh Chodesh) dan munculnya berkas gandum pertama untuk menentukan bulan Aviv dan Hari Raya Buah Sulung, secara berturutan. Setelah pelaksanaan ini, persembahan ayunan dari buah sulung kemudian akan dipersembahkan di Bait Suci pada hari setelah Shabbat mingguan, dan baru kemudian hitungan mundur 49 hari hingga Shavuot dimulai. Oleh karena itu, karena kemunculan berkas jelai pertama tidak dapat dipastikan, tanggal Shavuot tidak bisa diketahui dengan pasti.
Secara historis, posisi orang Farisi berlaku dalam tradisi Yahudi, dan kalender rabbi modern menandai Shavuot pada tanggal tetap 6 Sivan (bulan Mei/Juni), tepatnya 49 hari setelah hari kedua Paskah (16 Nisan). Hal ini sesuai dengan kesaksian sejarawan abad pertama Josephus dan Philo, yang keduanya menyatakan bahwa “hari setelah hari Shabbat” yang berarti hari setelah hari raya Shabbat.
Shavuot dan Pernikahan
Dalam Talmud, Shavuot disebut sebagai “hari pernikahan” antara Elohim dengan orang-orang Yahudi, antara surga dan bumi (Paskah dianggap sebagai waktu “pertunangan” Israel atau “perjanjian” dengan Elohim). YAHWEH adalah chatan (mempelai pria) surgawi yang berkata, “Terimalah Aku”; orang-orang Yahudi mewakili kallah (pengantin wanita) yang terkasih; dan Torah mewakili ketubah (perjanjian nikah).
Sebuah midrash mengatakan bahwa Gunung Sinai terangkat di atas kepala orang-orang Yahudi seperti chuppah (kanopi atau penudung pernikahan) ketika orang-orang Yahudi pertama kali mendekat untuk mendengar Sepuluh Perintah Elohim (yaitu, pelaksanaan seremoni tersebut). Tradisi Sephardik benar-benar mengucapkan ketubah pada hari raya Shavuot untuk memperingati pernikahan mereka dengan YAHWEH.
Sama seperti mempelai wanita yang dengan penuh semangat menghitung hari-hari antara pertunangan dan pernikahannya, demikianlah Israel menghitung hari-hari antara Paskah dan Shavuot, ketika mereka dipersatukan dengan Elohim melalui penerimaan mereka akan Torah.
Nama-nama untuk Shavuot
Karena ini adalah hari raya dengan banyak sisi, Shavuot diberi nama-nama berbeda dalam Kitab Suci dan dalam tradisi Yahudi:
Chag Shavuot (“Hari Raya Tujuh Minggu”); kata Ibrani sheva artinya “tujuh,” shavu’ah artinya “minggu” atau “pekan,” dan Shavuot artinya “tujuh minggu” atau “pekan pekan.” Keluaran 34:22; Ulangan. 16:10
- Chag Hakatzir (“Hari Raya Penuaian”). Keluaran 23:16
- Yom Habikkurim (“Hari Buah Sulung”). Bilangan 28:26 (jangan dikelirukan dengan Hari Raya Buah Sulung (Imamat 23:9-12)).
- Bikkurei Ketzir Chittim (“Buah sulung dari panen gandum”). Keluaran 34:22
- Yom HaKahal (“Hari Perkumpulan Raya”). Ulangan 18:16
- Z’man Mattan Torateinu. “Waktu pemberian Torah”
Minhagim (Tradisi-tradisi) Kontemporer Yahudi
Karena para rabbi bijak Yahudi mengidentifikasikan Shavuot sebagai Z’man Mattan Torateinu, waktu yang memperingati pemberian Torah di Gunung Sinai, maka semua aktivitas dan tradisi tentang penerimaan Torah menjadi lazim selama masa ini. Menurut midrash, jiwa setiap orang Yahudi hadir di dalam generasi pertama Israel yang meninggalkan Mesir, dan oleh karena itu setiap orang Yahudi “hadir” di Sinai saat perjanjian itu diberikan. Oleh karena itu, pada Hari Raya Shavuot orang Yahudi menegaskan kembali komitmen mereka terhadap perjanjian Musa dan cara hidup orang Yahudi. Selama ibadah-ibadah sinagoga, semua orang berdiri pada saat Sepuluh Perintah Elohim dibacakan, dan semua orang meratifikasinya dengan mengucapkan, “Kol asher dibber Adonai na’aseh ve’nishma“:
Karena anak-anak dianggap sebagai warisan YAHWEH, adalah hal yang lazim terjadi pada upacara-upacara konfirmasi Yahudi untuk diadakan di sinagoga. Pada saat ini, orang-orang dewasa muda mengikatkan diri mereka kepada Talmud Torah (belajar Torah) dan keputusan untuk hidup sebagai seorang Yahudi.
Beberapa tradisi Shavuot lainnya termasuk mendekorasi rumah dan sinagoga dengan tanaman hijau, mengonsumsi makanan olahan susu dan manis-manis (sebagai contoh “susu dan madu,” seperti kue keju), dan terjaga sepanjang malam Shavuot untuk mempelajari Torah (tikkun leil shavu’ot).
Pembacaan Alkitab Waktu Shavuot
Pembacaan Alkitab berikut ini secara tradisional diwajibkan selama Hari Raya Shavuot:
Erev Shavuot | 5 Sivan |
Torah | Tikkun Leil Shavuot |
Shavuot 1 | 6 Sivan |
Torah | Keluaran 19:1-20:23, Bilangan 28:26-31 |
Haftarah | Yehezkiel 1:1-28; 3:12; Rut |
Brit Chadashah | Yohanes 1:32-34; Matius 3:11-17; Kisah 2:1-21, 37-41 |
Shavuot 2 | 7 Sivan |
Torah | Ulangan 14:22-16:17; Bilangan 28:26-31 |
Haftarah | Habakuk 3:1-19; Rut |
Brit Chadashah | Kisah Rasul 2:1-13 |
Tikkun Leil Shavuot
Di antara orang-orang Yahudi ultra Orthodox, ada kebiasaan untuk terjaga sepanjang malam sebelum Hari Raya Shavuot membaca bagian-bagian pilihan dari semua kitab-kitab Tanakh dan juga traktat-traktat Talmud. Tradisi ini, yang disebut tikkun leil shavuot, “perbaikan untuk Malam Shavuot,” dimaksudkan untuk memperbaiki (tikkun) kesalahan karena tidak siap untuk menerima Torah pada pagi hari tanggal 6 Sivan. “Kami tetap terjaga untuk menunjukkan bahwa, tidak seperti kondisi bapa leluhur kami yang berat tertutup di Sinai, tidak perlu membawa kami kepada penyadaran-penyadaran kami, kami siap untuk menerima Torah.” Antologi ayat-ayat dari Tanakh dan Talmud disebut (Shavuot) “Tikkun.”
Perlu dicatat bahwa tradisi ini terutama didasarkan pada tradisi Kabbalah yang sangat baru, karena beberapa mistik Yahudi rupanya percaya bahwa surga “terbuka” untuk menerima pemikiran, pembelajaran, dan doa-doa orang-orang yang tetap terjaga pada hari peringatan pemberian Torah di Sinai, sedangkan mistik lainnya menyamakan kewaspadaan ini dengan waktu-waktu antisipasi atau persiapan sebelum ritual pernikahan …
Megillat Ruth – Kitab Rut
Megillat Rut, Kitab Ruth, dibaca di sinagoga saat ini, karena peristiwa-peristiwa yang diceritakan terjadi pada saat panen musim semi (menghubungkannya dengan aspek agrikultural Shavuot), dan Ruth adalah gambaran kesediaan penerimaan gaya hidup Yahudi (menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa Sinai).
Ruth adalah seorang wanita Moab, seorang non-Yahudi yang beralih kepada iman Yahudi dan menjadi bagian dari garis keturunan Raja Daud dan Messias Yeshua melalui cinta seorang goel, atau sanak penebus:
Sebagai goel (sanak penebus), Boaz adalah seorang pria kaya dari suku Yehuda yang menikahi pengantin wanita non-Yahudi (Goyim). Nama Boaz artinya “di dalam Dia ada kekuatan,” sebuah gambaran dari Mashiach Yeshua, keturunannya yang lebih besar, yang juga menebus bagi diri-Nya sendiri untuk menjadi mempelai wanita, orang-orang dari antara bangsa-bangsa lain (Goyim).
Bangsamu akan menjadi bangsaku dan Elohimmu akan menjadi Elohimku.
Kedatangan Ruach HaKodesh
Selama zaman Bait Suci, Shavuot dilaksanakan sebagai hari raya agrikultural, meskipun rabbi-rabbi bijak Yahudi juga mengenalinya sebagai waktu untuk memperingati pemberian Torah di Gunung Sinai. Sebagai salah satu dari tiga hari raya ziarah, orang-orang Yahudi dari seluruh dunia akan datang ke Yerusalem untuk merayakan dan menegaskan kembali komitmen mereka terhadap perjanjian Musa.
Dan demikianlah prakteknya ketika Elohim membebaskan “umat yang sesungguhnya” dimana Hari Raya Shavuot hanyalah “contoh dan bayangan”. Karena Brit Chadashah (Perjanjian Baru) mengungkapkan bahwa Shavuot adalah puncak dari rencana Elohim bagi pembebasan kita melalui Yeshua, Anak Domba Elohim yang benar (Seh Elohim). Penghitungan mundur menuju Shavuot mewakili pemberian Perjanjian Baru yang dinanti-nantikan umat manusia, karena pada hari inilah Ruach HaKodesh (Roh Kudus) diberikan untuk melahirkan Gereja Elohim.
Dengan jamahan Ilahi, pada hari itu orang-orang Yahudi dari seluruh dunia berkumpul di Yerusalem untuk menegaskan kembali komitmen mereka terhadap perjanjian Musa, Roh Kudus turun ke atas Israel untuk menawarkan janji Perjanjian Baru kepada semua orang yang akan percaya (Kisah Para Rasul 2:1-42). Perjanjian baru ini membuat Torah menjadi persoalan hati, yang ditulis oleh Roh Elohim, yang menghasilkan kehidupan yang berbuah-buah di dalam pujian Elohim.
Sama seperti kebangkitan Yeshua mewakili Buah Sulung dari orang-orang yang telah mati (1 Korintus 15:20) dan memenuhi ritual profetik mengayun-ayunkan Omer pada Hari Raya Buah Sulung, maka pemberian Roh Kudus kepada gereja menggenapi persembahan ayunan roti gandum pada Hari Shavuot.
Shavuot menandai saat ketika Elohim masuk ke dalam perjanjian dengan bangsa Yahudi. Selama Shavuot pertama di Sinai, Elohim memulai perjanjian Musa dan memberikan Torah dalam bentuk tertulis, namun pada waktu Shavuot di Zion, setelah kebangkitan Yeshua, Elohim mendirikan Perjanjian Baru ketika Dia menulis Torah di dalam hati para pengikut Yeshua.
- Shavuot di Gunung Sinai kadang-kadang dianggap sebagai hari dimana Yudaisme lahir. Shavuot di Yerusalem (Gunung Zion) adalah hari dimana gereja lahir ketika Roh Kudus dicurahkan ke atas para pengikut Mashiach.
- Di Gunung Sinai, Sepuluh Perintah Elohim ditulis di atas lempengan-lempengan batu oleh “jari Elohim” (Keluaran 31:18), namun di Gunung Zion, Torah ditulis pada loh-loh hati oleh Roh Elohim (2Korintus 3:3; Ibrani 8:10).
- Sama seperti orang-orang Israel dinyatakan sebagai umat pilihan Elohim pada Hari Raya Shavuot dengan pemberian Torah, maka Gereja dinyatakan sebagai umat pilihan Elohim pada Hari Raya Shavuot setelah kenaikan Mashiach ke surga sebagai Pengantara Perjanjian yang Lebih Baik (Ibrani 8:6). Kira-kira 3000 orang yang ditambahkan kepada gereja pada hari itu merupakan buah sulung dari umat Elohim yang telah ditebus.
- Dalam tradisi Yahudi, Shavuot dibandingkan dengan suatu pernikahan, karena pada Hari Raya Shavuot, perjanjian antara Elohim dengan orang-orang Yahudi dimeteraikan di Gunung Sinai. Gereja disebut Kallat Mashiach – Pengantin Messias (Wahyu 21:2,9), dan kita dengan sangat rindu menantikan perjamuan kawin yang akan datang (Wahyu 19:9).
Shavuot dan Rapture
Ada sebagian orang yang percaya bahwa Hari Raya Shavuot berhubungan (secara eskatologis) dengan “rapture” gereja, yaitu doktrin bahwa para pengikut Yeshua sang Messias akan “diangkat” (Yunani: harpazo; ditangkap, dibawa secara paksa, direnggut, direbut) (1 Tesalonika 4:17; Yohanes 14:3; 1 Korintus 15:51-52). Apalagi, Shavuot menandai hari penyataan yang hebat dan dramatis, dengan tanda-tanda api dan suara tiupan shofar surgawi yang dahsyat, waktu yang ditetapkan ketika Musa pertama kali naik untuk menerima wahyu dari Sinai dan belakangan, Roh Kudus turun ke atas para pengikut Messias dari Zion.
Oleh karena itu, Shavuot menandai penggenapan Paskah yang mencapai puncaknya dalam tujuan penebusan (pembebasan) kita yang penuh pesona … Baik Yahudi maupun non-Yahudi (Goyim) “diayun-ayunkan” di hadapan YAHWEH (seperti yang dilambangkan oleh shtei ha-lechem, dua roti), yang mewakili “satu manusia baru” atau “Kallat Mashiach,” pengantin wanita Messias, atau jemaah dari orang-orang yang dipanggil keluar dari setiap suku dan bahasa untuk menjadi bagian dari kerajaan surgawi Elohim.
Meskipun tentu saja tidak ada yang tahu hari atau jam kedatangan Yeshua, Messias kita (Matius 24:36; Kisah 1:7), ada petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam Alkitab mengenai kondisi dunia sebelum kedatangan-Nya kembali, dan Yeshua sendiri memberi perumpamaan-perumpamaan, memperingatkan kita untuk menantikan Dia (Matius 24:2-14; 25:1-13). Rasul Paulus mengatakan bahwa para pengikut YAHWEH dapat mengetahui “waktu” kembalinya Messias, dan memperingatkan bahwa Dia akan datang “sebagai pencuri di malam hari” (1 Tesalonika 5:2-6).
Lebih jauh, Paulus lebih dulu memperingatkan kemunculan kefasikan di seluruh dunia (2 Timotius 3:1-7) dan bahkan kemurtadan gereja yang “dilembagakan” (1 Timotius 4:1-3). Kitab Suci menubuatkan datangnya Satu Pemerintahan Dunia, bangkitnya Messias kejahatan (Anti-Kristus), penganiayaan terhadap orang-orang benar dan kudus, pembangunan kembali Bait Suci, Masa Kesengsaraan Besar yang akan datang, dan seterusnya.
Lukas 21:28 (ILT) Namun ketika hal-hal ini mulai terjadi, tegaklah dan angkatlah kepalamu sebab penebusanmu sedang mendekat.”
Tujuan Akhir Torah
Yeremia 31:33 (ILT) “tetapi ini akan menjadi perjanjian yang Aku ikat dengan keluarga Israel, setelah hari-hari itu,” firman YAHWEH, “Aku akan meletakkan torah-Ku di dalam batin mereka, dan Aku akan menuliskannya di dalam hati mereka, dan Aku akan menjadi Elohim mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.
Catatan Tentang Isru Chag
Hari sesudah penutupan Hari Raya Shavuot dikenal sebagai Isru Chag, “mengikat hari raya” (dari Mazmur 118:27). Hal ini dirayakan sebagai setengah hari raya, ketika permohonan Tachanun (biasanya dibacakan setelah hari Amidah mingguan) dihilangkan dari ibadah pagi dan sore hari.
YAHWEH itu Elohim; Dia telah memberi kita terang; mengikat persembahan hari raya ke tanduk-tanduk mezbah dengan tali-tali.
El Adonai yaiyaer lanu isru-chag, b’avotim ad-karnot ha-mizbe’ach.
Pada zaman Bait Suci, Isru Chag adalah hari dimana para peziarah akan meninggalkan Yerusalem untuk memulai perjalanan mereka pulang. Menurut Talmud, melaksanakan Isru Chag sebagai hari raya, sama seperti mempersembahkan korban di atas mezbah di Bait Suci (Sukkah 25b).
No comments:
Post a Comment