Saksi Hidup Kerusuhan Mei 1998 Dosen TRISAKTI
By
Posted on February 19, 2016
RepublikHotNews – Saya sudah berjanji untuk mengangkat terus kasus kerusuhan mei 1998, sampai tragedi ini kembali di usut sampai tuntas, hari ini saya ingin menulis artikel dari seseorang saksi sejarah di kerusuhan mei 1998 langsung saja, berikut isi artikel nya.
Saksi Hidup Kerusuhan Mei 1998 ( Pemerkosaan Gadis Tionghoa besar-besaran)
Kebetulan yang menjadi saksi sejarah ini adalah ayah saya sendiri karna beliau merupakan dosen penguji di fakultas kedokteran trisakti. Sekaligus dokter yang berpraktik di rumah sakit cipto mangunkusumo. jadi menurut saya, ayah saya ini merupakan saksi sejarah dari peristiwa kerusuhan mei 1998. inilah beberapa kesaksian dan hipotesis ayah saya.
Tidak ada yang dapat membantah bahwa peristiwa kerusuhan mei 1998 berkait dengan kasus Trisakti 1998 yang terjadi sehari sebelumnya. Banyak ahli atau orang awam yang berpendapat bahwa peristiwa
Trisakti yang menyebabkan terjadinya peristiwa ini tetapi ada pula yang berpikir lain, peristiwa ini merupakan design besar dan Trisaksi menjadi salah satu bagian darinya. Apapun itu, yang jelas peristiwa ini tidak terjadi dengan begitu saja, pasti ada penyebabnya.
Trisakti yang menyebabkan terjadinya peristiwa ini tetapi ada pula yang berpikir lain, peristiwa ini merupakan design besar dan Trisaksi menjadi salah satu bagian darinya. Apapun itu, yang jelas peristiwa ini tidak terjadi dengan begitu saja, pasti ada penyebabnya.
Sebenarnya, jika kita cermati, Kerusuhan Mei’ 98 telah dimulai sejak 2 Mei 1998 di Medan,Sumatera utara. Saat itu, terjadi demontrasi mahasiswa yang berakhir bentrokan. Peristiwa ini kemudian berlanjut hingga tanggal 4, Sekelompok pemuda melakukan dan pembakaran di beberapa titik/daerah di Medan. Massa yang berada disekitarnya terpancing untuk melakukan perusakan beberapa bangunan dan menyerang apart keamanan. Saat itu, sentimen anti polisi berkembang sehingga beberapa kantor dan pos polisi menjadi sasaran amuk massa. Mahasiswa berusaha mengendalikan situasi tetapi gagal karena telah meluas.
Setelah peristiwa Trisaksi terjadi, Jakara menjadi kota yang mencekam. Jauh hari sebelumnya, isu bahwa akan terjadi kerusuhan besar sudah santer di kampung-kampung. ” Saya sudah dengar sih beberapa hari sebelumnya kalau mo ada kerusuhan, tapi nggak kebayang anak saya jadi korban” ungkap salah satu ibu korban di bilangin Klender. Demikian halnya dengan isu yang berbau anti cina mulai terdengar beberapa minggu sebelumnya, Walaupun hanya dari mulut ke mulut. Isu-isu tersebut disebarkan oleh orang yang tidak dikenal dan bukan berasal dari kampung tersebut.
Keesokan hari setelah terjadinya penembakan terhadap mahasiswa di Trisaksti, bilangan Splipu mulai “panas” dengan aksi yang dilakuka oleh massa yang tidak dikenal. Mereka mulai melakukan pelemparan dan pembakaran ban di jalan. Aksi yang serupa terjadi di beberapa daerah dalam waktu yang serempak. Sekitar pukul 10.00 – 13.00 Cipulir, Salemba, Jatiegara, Klender, Tangerang, Cikini, Slipi, Pasar Minggu dan Tanah Abang mulai terjadi pelemparan yang dilakukan oleh sekelompok remaja berpakaian sekolah.
Menurut data dari Tim Relawan untuk kemanusiaan (TRK) dan diperkuat hasil penyelidikan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), kelompok tersebut sangat sulit di identifikasi namun mempunyai banyak kesamaan, yaitu:
- Berpakaian seragam sekolah
- Berbadan Tegap
- Rambut Cepak
- Memakai sepatu boot (Militer) dengan wajah sangar
- mempersiapkan berbagai perlengkapan kerusuhan seperti batu, cairan pembakar dan alat pembakar
Mereka ditempatkan dengan menggunakan alat transportasi seperti truk dan kendaraan bermotor lainnya.
Pola kerusuhan yang terjaid adalah setelah melakukan pelemparan, mereka kemudian melakukan perusakan beberapa toko yang dilanjutkan dengan melakukan penjarahan sambil berteriak mengajak massa lainnya untuk masuk. massa – masyarakat yang menonton kemudian ikut melakukan penjarahan. beberapa barang di keluarkan kemudian dibakar oleh sekelompok orang. Setelah massa tersebut mulai masuk, kelompok yang tadi memulai kemudian mundur dan menghilang. Di beberapa daerah seperti pasar minggu dan Klender, Pembakaran dilakukan oleh kelompok yang tidak dikenal tersebut dengan menyiramkan bensin dan kemudian membakarnya.
Peristiwa ini terus berlangsung hingga tanggal 15, dimana terjadi juga peristiwa perkosaan dan pelecehan seksual terhadap perempuan yang mayoritas berasal dari etnis Tionghoa. Peristiwa ini tidak dapat dipaparkan karena data yang dimiliki saat ini masih sangat minim dan sangat sensitif. Namun, bukan berarti bahwa peristiwa ini tidak terjadi atau tidak dapat dibuktikan.
Aparat keamanan yang sebelumnya begitu “tegas” menindak setiap aksi yang terjadi, seperti menghilang saat terjadinya peristiwa ini. Konsentrasi aparat keamanan terlihat di daerah Menteng. Cilangkap dan beberapa wilayah Sudirman. Terdapat beberapa fakta yang membuktikan bahwa terjadi penarikan pasukan ke Mabes Tni dan pasukan bantuan dari luar Jakarta tidak langsung diturunkan untuk mengamankan kota. Kerusuhan ini tampak seperti dibiarkan terjadi tanpa ada usaha untuk mencegahnya.
Korban
Pada kerusuhan Mei, Tim Relawan untuk kemanusiaan (TRK) mencatat korban yang jatuh berjumlah 1.190 orang akibat terbakar, 27 orang akibat senjata/ dan lainnya, 91 luka-luka. Angka diatas belum termasuk korban kekerasan seksual di beberapa kota.
Inilah hipotesis ayah saya
- Sebelum kerusuhan MEI 1998: Soeharto telah memerintahkan menantunya Prabowo untuk membereskan aktivis2 dari mahasiswa, LSM, dll yang telah merongrong wibawanya.
- Prabowo melaksanakan dengan melakukan penculikan, intimidasi, dan pembunuhan para aktifis dan mahasiswa ” militan ” itu, dilaksanakan oleh pendukung setia nya seperti : Kivlan Zein ( dijuluki Mayjen ” Kunyuk” oleh Gus Dur), Muchdi, Sjafrie Syamsuddin, Zakky Makarim, dll. Didukung oleh Feisal Tandjung.
- Sampai pada puncaknya Demonstasi gabungan oleh mahasiswa Trisaksti yang sangat menghujat Soeharto dengan tulisan2 di tembok2 kampus, jembatan layang Grogol ( “Soeharto anjing”, “koruptor bangsa”, “Gantung Soeharto”, dll).
- Soeharto habis kesabarannya sehingga menyuruh Wiranto dan Prabowo “membereskan” mahasiswa Trisakti dan menghentikan demonstari mereka dengan segala cara.
- Wiranto dan Prabowo menyusun rencana untuk menghentikan demonstari mahasiswa dengan cara: pertama- tama Soeharto harus ke luar negeri dulu (Mesir) agar dia punya alibi di mata internasional, bahwa bukan dia penggagas-nya, lalu mereka menyiapkan sniper / penembak jitu di jembatan layang Grogol yang menyamar sebagai Brimob dan menembak beberapa mahasiswa Trisaksi yang sedang berdemo di kampus – dilaksanakan tanggal 12 Mei 1998
- Besoknya (tgl 13 Mei 1998) dilaksanakan kerusuhan terbatas sekitar Trisaksi / Daan Mogot dan Kyai Tapa dengan memakai preman2, pasukan Tidar (drop put Akabri yang direkrut Prabowo) yang menyamar memakai baju seragam SMA dan jaket almamater Trisakti membakar pom bensin dan toko-toko ( lihat laporan Tim Relawan dan TGPF). Mereka sebelumnya sudah berteriak2 memanggil mahasiswa2 di dalam kampus untuk bergabung ke jalan, namun ditolak oleh mahasiswa ( menurut kesaksian mahasiswa2 ). Berikutnya pos2 polisi dibakar juga beberapa buah, untuk membuktikan bahwa ” mahasiswa/rakyat” membalas dendam atas “kebringasan polisi menembak mahasiswa”.
- Pos – pos polisi juga dibakar ( polisi yang sudah tahu, telah mengungsi dan membiarkan pos nya kosong) untuk menamkan kepercayaan bahwa “mahasiswa dan masyarakat membalas dendam atas tertembaknya mahasiswa Trisakti”.
- Direncanakan setelah itu kerusuhan dipadamkan dengan korban yang cukup besar (nyawa dan harta benda), sehingga segala demonstrasi mahasiswa akan dilarang secara hukum karena mahasiswa demonstran itu ” telah mengakibatkan ekses kerusuhan”. dan kehancuran aset dan kehilangan nyawa manusia.
- Pada saat itu Prabowo mempunyai rencana / agenda tersendiri untuk mencapai cita2nya untuk menjadi Pangab dan menggeser Wiranto.
- Hal ini sudah direncanakan jauh2 hari namun saat itulah yang paling tepat dilakukan, bersama – sama dengan geng – nya seperti yang di sinyalir oleh Gus Dur sebagai ” otak kerusuhan” berinisial ES ( Eggy Sudjana), As (Adi Sasono), Fadli Zon, Gogon ( Ahmad Soemargono – KISDI), dll.
- Prabowo segera menghimpun anak buahnya pasukan Tidar, pncak silat Kisdi, preman2 Cengkarang, Tanah Abang, Pemuda Pancasila, dll untuk melaksanakan proyeknya berupa pembakaran Glodok building, Harco, Orion Plaza dan sekitarnya juga diperluas sampai ke Mall2 di seluruh Jakarta disertai pembakaran hidup2 lebih dari 1.000 orang untuk mendramatisasi keadaan yang kacau,
- Pemerkosaan terhadap perempuan2 etnik Cina dilakukan untuk “Shock Therapy” agar sebagian besar orang Cina kabur ke luar negri atau bersembunyi. Juga agar jika ada saksi mata orang Cina yang masih hidup, dapat diancam (karena sebagian data2 dirinya, KTP diambil), dipermalukan dll. Setelah itu jika mereka takut kembali, aset-asetnya dapat disita
- Setelah Prabowo nantinya ” berkuasa” akan diterapkan sistem ekonomi rasialis/diskriminatif ala Malaysia, karena dianggap ” Masyarakat juga membenci orang2 Cina yang menguasai ekonomi”. Beberapa minggu sebelumnya mereka telah beraudiensi ke UMNO ( berdasarkan berita surat kabar akhir april 1998). bukan kebetulan jika “kerusuhan rasialis” yang di rekayasa UMNO/Mhathir adalah tanggal 13 Mei 1969! (berdasarkan tulisan Duncan Campbell, “When Mobs Turn On The Merchants”). Setelah itu mereka bisa memelihara beberapa oknum pengusaha cina dan suku2 lainnya yang mau berkolaborasi (KNN) dengan mereka.
- Tujuan lain Prabowo dengan memperluas kerusuhan adalah untuk mendiskreditkan Wiranto agar dianggap tidka becus oleh Soeharto dalam mengisolasikan kerusuhan sehingga Wiranto diturunkan dan diganti Prabowo yang seolah-olah melalui anak buahnya Sjafrie Sjamsuddin (Pangdam V Jaya waktu itu) berhasil mengatasi situasi di hari ke – 4 dengan berkeliling naik panser.
Wiranto yang ada pada waktu kerusuhan tidak mendapat pasukan segera mengontak anak buah setia nya Djaja Suparnam dari Kodam Siliwangi untuk mensuplai pasukan, dan terbang ke Malang. Sjafrie S telah mengacak-acak keberadaan pasukan Kodam V dan sebagian di suruh berdiam di markas, sementara pasukan Kostrad dibawah kendali Prabowo, sehingga tidak cukup suplai pasukan bagi Wiranto untuk memadamkan kerusuhan yang telah “merembet ke seluruh Jakarta”.
- Soeharto pulang dari Mesir dan langsung memanggil mereka.
- Namun situasi sudah keburu memanas di mana gabungan kekuatan mahasiswa telah bergerak menduduki gedung DPR / MPR
- Ketua MPR Harmoko “berkhianat” bersama-sama dengan wakil2nya (Syarwan Hamid, dll) menganjurkan Soeharto agar turun tahta. Dia sakit hati karena rumahnya di Solo juga dibakar.
- Wiranto berusaha membela dengan mengatakan itu adalah pendapat pribadi Harmoko bukan sebegai ketua MPR.
- Mahasiswa2 dan banyak lagi LSM lain mengultimatum akan mengadakan demonstrasi besar2an tgl 20 mei 1998.
- Para mentri kabinet mengancam akan mengundurkan diri jika Soeharto terus bertahan.
- Presiden Clinton kemungkinan besar menelpon/mengultimatum Soeharto agar segera turun tahta sebelum terjadi pertumpahan darah yang hebat antara mahiswa dan tetara. (Menurut siaran radio BBC dan Hong Kong yang di pantau pada hari itu). Dengan menyiapkan armada VII nya untuk merapat ke Tanjung Priok.
- Soeharto menyerah dan mengundurkan diri setelah Habibie & Wiranto meyakinkan dia untuk membela dia dan keluarganya jika dia mundur.
- Mahasiswa2 dan Demonstran2 lainnya dibersihkan, kemungkina oleh Wiranto/Habibie dari gedung MPR/DPR dengan memakai Pemuda Pancasila, Pecnak Silat KISDI, preman yang bersenjatakan golok dan di-back up oleh Kostrad. “beruntung”, Marinir menetralisir keadaan dengan ” membantu mengawal” mahasiswa keluar komplek MPR/DPR, dengan alasan Soeharto telah lengser keprabon.
- Wiranto yang telah mengetahui apa yang terjadi dan telah mengkonsolidasikan kekuatan/pasukannya, sangat marah dengan Prabowo dan mengadakan deal/kesepakatan dengan Habibie untuk menyingkirkannya dan mencopot jabatannya sebegai Pangkostrad saat itu juga.
- Prabowo marah dan mengepung istana dan meminta Habibie untuk meninjau ulang keputusannya ( lihat wawancara Habibie dengan koran Jerman Der Spriegel), namun Habibie tetap membela Wiranto.
- Mamiek sangat marah dengan Prabowo dan menudingnya ” kamu pengkhianat jangan injak rumah saya lagi!” pada waktu ada pertemuan keluarga.
- Sejak itu Prabowo diasingkan oleh keluarganya dan Wiranto, Sehingga kabur Ke Jordania menemui teman akrabnya Pangeran (waktu, Sekarang Raja) Jordania.
- Prabowo pernah mau pulang pada akhir tahun 1998, namun di sindir Gus Dur: “Jangan Pulang, nanti digebuki preman – preman Cengkarang” maksudnya preman2 Cengkareng yang dipakai juga buat melakukan kerusuhan itu mungkin akan menagih janji ( mungkin belum dibayar atau banyak teman2nya yang dibunuh setelah misi memperkosa, menjarah, membunuhnya, selesai).
- Sekarang dengan jatuhnya Wiranto, Prabowo merasa lebih aman, dan mau mencuci namanya dengan menerbitkan buku.
Lihat betapa rumit permasalahannya dan melibatkan begitu banyak orang. Sehingga memang tidak mudah untuk mengadili Prabowo, karena dia bisa-bisa “menyanyi”/ mengaku, dan ujung2 nya Soeharto, Wiranto, Feisal Tandjung dll bisa terkena juga.Berikut ini adalah isi artikel nya… biarlah anda yang menilai cerita kisah tersebut.. yang saya ambil dari cerita ini dan sangat saya sesalkan kenapa harus ada korban apakah pantas sebuah kursi ke presiden diperebutkan sampai harus mengorbankan manusia tidak berdosa dan wanita korban pemerkosaan harus menanggung dampak nya sampai akhir hidupnya.menurut saya, Walaupun pemimpin negara ,Apabila terbukti bersalah harus di adili… Perbuatan salah harus ada hukumannya.