Thursday, August 4, 2016
Muhammad di Medina: Nabi Menjadi Bandit
Para imigran (Muslim yang berhijrah dari Mekah ke Medinah pada tahun 622 M) sangat banyak jumlahnya dan beberapa dari mereka harus tidur di mesjid yang baru dibangun di Medinah. Hidup sangat keras saat itu. Pada malam hari mereka harus berbagi selimut dan makanan hanya ada sedikit. Wabah demam yang menyerang banyak penduduk kota itu membuat hidup semakin sulit bagi orang-orang beriman. Bukan ini yang dijanjikan pada mereka. Untuk mendorong mereka pergi/hijrah,
Muhammad berkata kepada mereka, “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui” (Sura 16:41). Jika ia tidak dapat memenuhi janjinya dalam dunia ini, bagaimana para pengikutnya dapat memercayainya soal akhirat? Ilustrasi: Muslim melaksanakan hijrah pada tahun 622 Masehi Nabi Menjadi Bandit Muhammad bergabung dengan Ansar (Para Penolong, orang-orang beriman di Yathrib) dan para imigran (mereka yang menyertainya dari Mekkah) dan memerintahkan kaum Ansar untuk memenuhi kebutuhan dan mengurus sesama mereka orang Muslim Mekkah. Beberapa dari mereka bahkan berbagi istri. Bukhari meriwayatkan sebuah hadith yang mengatakan, “Ketika 'Abdur-Rahman bin 'Auf datang ke Medinah, rasul Allah membuat ikatan persaudaraan antara dia dengan Sad ArRabi’ yang adalah seorang kaya, Sad berkata, ‘Aku akan membagi harta milikku menjadi dua bagian antara aku dan engkau, dan aku mempunyai dua istri; lihatlah di antara mereka siapa yang kau sukai agar aku menceraikannya dan engkau dapat menikahinya’”.1 Namun, para imigran sangat banyak jumlahnya dan beberapa dari mereka harus tidur di mesjid yang baru dibangun di Medinah. Hidup sangat keras saat itu. Pada malam hari mereka harus berbagi selimut dan makanan hanya ada sedikit. Wabah demam yang menyerang banyak penduduk kota itu membuat hidup semakin sulit bagi orang-orang beriman. Bukan ini yang dijanjikan pada mereka. Untuk mendorong mereka pergi/hijrah, Muhammad berkata kepada mereka, “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui” (Sura 16:41). Jika ia tidak dapat memenuhi janjinya dalam dunia ini, bagaimana para pengikutnya dapat memercayainya soal akhirat? Para imigran patah semangat. Di Mekkah mereka mempunyai keluarga yang akan menerima mereka dengan tangan terbuka. Godaan untuk melarikan diri sangatlah besar. Lu’ay adalah orang pertama yang lari kembali ke Mekkah. Hamzah membuat syair berikut ini untuknya: Lu'ayy, janganlah menaati mereka yang menipumu , Kembalilah kepada Islam dan jalan yang mudah, karena aku takut penghukuman akan dijatuhkan padamu Dan engkau akan menjerit dalam penyesalan dan derita. Ia sedang berbicara mengenai hukuman yang akan dihadapi para pengkhianat di tangan orang Muslim. Para pemimpin bidat tidak dapat mentolerir pembelot. Muhammad mengeluarkan ayat yang memerintahkan para pengikutnya untuk membunuh siapapun yang berpikir untuk melarikan diri. “Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya,” (Sura 4:89). Walau telah mengeluarkan ancaman itu, ia masih harus memberi makan para pengikutnya. Ia telah berjanji pada mereka bahwa jika mereka mengikutinya maka ia akan membuat mereka berkemenangan dan mereka akan “memangsa orang-orang Arab bersamanya”. Inilah saatnya mewujudkan apa yang telah diimpikannya. Penyerangan Hamzah Enam bulan setelah kedatangannya, segera setelah dimulainya musim karavan berangkat ke Syria, ia mengutus Hamzah dan 30 orang imigran untuk menyerang karavan besar yang datang dari Mekkah. Karavan itu dipimpin Abul Hakam dijagai olah 200 orang yang kuat. 1 Bukhari: 5: 58: 125 Abul Hakam sudah bersiap menghadapi orang Muslim dan ketika ia melihat mereka ia mengatakan kepada orang-orangnya untuk menghancurkan mereka dan membuat mereka menjadi makanan untuk burung bangkai. Ia dihentikan oleh para sahabatnya. Seorang bernama Majdi mengatakan padanya untuk membiarkan mereka pergi karena mereka adalah saudara dan sepupu-sepupu mereka dan dengan menumpahkan darah, mereka akan menyakiti diri sendiri. Hamzah membuat sebuah puisi mengenai insiden itu dan sambil menggambarkan orang Muslim sebagai korban, ia menulis: Semua yang kita lakukan adalah menggabungkan kebaikan dan keadilan dan memanggil mereka kepada Islam. Tetapi mereka tidak menerimanya, dan mereka memperlakukannya sebagai olokolok. Mereka tidak berhenti sehingga aku sukarela menyerang mereka atas perintah rasul. Gerakan pertama di bawah benderanya, tidak terlihat sebelum aku. 2 Berdasarkan syair ini, ekspedisi Hamzah adalah penyerangan pertama dalam Islam. Alasan penyerangan ini bukanlah membela diri, seperti yang diklaim oleh para apologis Islam modern, tetapi karena kaum Quraish telah menolak Islam dan memperlakukannya sebagai gurauan. Ini juga hanyalah alasan. Dengan alasan ini Muhammad ingin mengklaim legitimasi moral untuk perbuatan yang merupakan perampokan jalanan semata. Motivasi sesungguhnya dibalik semua serangan Muslim senantiasa adalah jarahan, sementara agama selalu dijadikan alasan. Tanggapan puitis Abul Hakam terhadap Hamzah juga tidak mainmain. Ia menulis: Aku takjub terhadap penyebab kemarahan dan kebodohan, Dan terhadap orang-orang yang mengobarkan pertikaian dengan kontroversi dusta, Yang meninggalkan jalan para leluhur kita. Orang-orang mulia dan berkuasa, Mereka datang pada kita dengan dusta untuk mengacaukan pikiran kita, Tetapi dusta mereka tidak dapat membingungkan orang pandai. Kami berkata kepada mereka, “Wahai kaum kami, janganlah bertikai dengan sesamamu, Pertengkaran itu sangatlah bodoh. Karena jika kamu melakukannya, para wanitamu akan menangis, Meratap dalam musibah dan dukacita. Jika kamu menghentikan apa yang kamu lakukan, Kami adalah sepupumu, dapat dipercayai dan baik. Ketika mereka selalu ingin bertikai, dan semua perbuatan mereka adalah jahat. 3 2 Ibn Ishaq 284 Puisi-puisi ini memperlihatkan sikap kedua belah pihak. Orang Muslim menunjukkan sikap agresif dan kesiapan untuk menumpahkan darah kerabat non Muslim mereka, sedangkan orang Quraysh berjuang untuk menghindari penumpahan darah, mengingatkan musuh mereka bahwa pertikaian ini hanyalah sebuah kebodohan. Penyerangan Ubayda ibn Harith Penyerangan kedua dipimpin Ubayda ibn Harith ibn al-Muttalib, dengan 60 orang dari para imigran berusaha menyerang sebuah karavan Mekkah, dan lagi, menyadari bahwa mereka kalah jumlah, mereka kembali tanpa menyerang. Dalam penyerangan ini dikisahkan bahwa Sa’d ibn Abu Waqqas menembakkan panah yang pertama dalam Islam. Untuk mengingat penyerangan ini, Abu Bakr membuat sebuah puisi. Berikut adalah petikan syairnya: Seorang nabi yang benar datang pada mereka dan mereka memberinya dusta, Dan berkata, ‘Kamu tidak akan tinggal di antara kami’. Aku bersumpah, aku bukanlah orang yang bersumpah palsu, Jika mereka tidak segera bertobat dari kesalahan mereka, Pasukan pemberani akan turun atas mereka, Yang akan membuat para wanita tidak bersuami. Yang akan meninggalkan orang mati, dengan burung-burung pemakan bangkai di sekelilingnya. 3 ibid Penyerangan Sa’d ibn Abi Waqas di Kharrar Penyerangan ketiga dipimpin Sa’d ibn abi Waqas di Kharrar. Ia diutus untuk menyerang dan menjarah karavan Quraysh yang dijadwalkan untuk lewat disana. Mereka bersembunyi pada siang hari dan berjalan pada malam hari. Setelah 3 malam perjalanan mereka mencapai sumur-sumur Kharrar karavan tersebut sudah pergi dan mereka kembali ke Medinah. Penyerangan Abwa Pada bulan ke-12 setelah hijrahnya, Muhammad menyerang Abwa, dan ia ikut dalam penyerangan itu. Abwa adalah tempat dimana Aminah wafat dan dikuburkan. Tidak ada peperangan yang terjadi karena orang-orang Abwa telah mendapat peringatan dan Muhammad pun mundur. Ia kembali ke Medinah setelah 15 hari absen. Penyerangan Bowat Pada bulan ke-13 Hijra, bersama dengan semua imigran, Muhammad berangkat ke Bowat, kira-kira 4 malam perjalanan dari Media di jalan menuju Suriah, untuk merampok sebuah karavan orang Mekah yang terdiri atas 2500 unta dan 100 orang pria. Ibn Sa’d mengatakan para penyerang terdiri dari 200 orang. Saya meragukan jika angka ini tepat. Tak ada imigran pria sebanyak itu pada masa itu di Medina. Ketika ia mencapai Bowat, karavan itu sudah lewat dan karena itu ia pun pulang. Penyerangan Kurz ibn Jabir Di bulan yang sama, Muhammad mengajak semua orang-orangnya untuk bersama-sama merampok kawanan ternak Kurz ibn Jabir, tapi ia tak dapat mencapainya dan kembali pulang dengan tangan hampa. Ibn Sa’d mengatakan alasan untuk ekspedisi ini adalah karena Kurz telah mencuri sejumlah kambing milik orang Medina. Ibn Ishaq dan Tabari tidak menyebutkan hal ini. Mengapa Ibn Sad merasa perlu untuk berbohong? Itu ia lakukan karena Kurz bukan berasal dari suku Quraysh. Ekspedisi ini sederhananya adalah sebuah perampokan dan Ibn Sa’d mencoba membuatnya terlihat sebagai sesuatu yang sah untuk dilakukan, yaitu dengan mempresentasikannya sebagai sebuah peperangan di jalan Allah melawan orang kafir. Kendati orang-orang Muslim awal punya standar moral yang sangat rendah, para apologet masih mencoba untuk membela kejahatan keji yang dilakukan nabi mereka dengan mengatakan bahwa hal itu adalah sebuah perampokan yang dapat diterima. Pada saat itu, orang-orang yang telah melakukan hijrah itu sangat miskin. Mereka tak punya kambing. Kawanan ternak itu pun bukanlah milik suku Ansar, sementara tak seorangpun dari mereka yang mendampingi Muhammad dalam melakukan ekspedisi itu. Dalam ketujuh penyerangan pertama, hanya orang-orang yang melakukan hijrah-lah yang mengambil bagian. Penyerangan Dhul Ashira Penyerangan keenam terjadi di bulan ke-16 Hijra. Kali ini, disertai dengan 150 orangorangnya, Muhammad berangkat untuk menyergap dan merampok karavan Mekah lainnya yang sedang berjalan menuju Suriah. Karavan ini terdiri dari 30 unta yang mereka tunggangi secara bergantian. Setelah 9 malam berjalan, mereka pun mencapai Dhul Ashira, tapi kemudian menyadari bahwa karavan ini telah lewat dan karena itu mereka pun akhirnya pulang. Bahkan setelah begitu banyak kegagalan yang membuktikan kalau Muhammad itu tidak dituntun oleh Tuhan dan bahwa ia tak memiliki pengetahuan akan hal-hal yang tersembunyi, kebanyakan dari para pengikutnya tidak meninggalkannya. Saya percaya pastilah banyak dari mereka yang pernah memikirkan hal itu, tapi di sebuah lingkungan dengan kontrol mutlak, orang-orang beriman ini takut untuk mengekspresikan keraguraguan mereka terhadap satu sama lain. Meskipun demikian, fakta bahwa sang penguasa itu telanjang tidak menyelamatkan nonMuslim. “Jika Muhammad adalah seorang nabi sejati,” sebagaimana hasil observasi al-Kindi, seorang apologet Kristen pada permulaan abad ke-9, kepada teman Muslimnya, “pastilah ia bukan seorang yang tak tahu apa-apa; sebab salah satu tanda dari seorang nabi sejati adalah menyingkapkan yang tidak diketahui.” Bahkan penyerangan-penyerangan yang dilaksanakan oleh Muhammad sendiri bukan sesuatu yang menguntungkan, sebab ia kehilangan barang rampokannya dan mundur dengan terhina. “Silahkan engkau menilainya sendiri,” kata Al Kindi,”apakah Muhammad adalah seorang nabi, sebagaimana yang kamu katakan. Dan apa urusan antara para nabi dengan barang rampokan dan jarahan perang? Mengapa ia tidak membatalkan penyerangan dan berhenti berperilaku sebagai bandit dan pencuri? Coba beritahukan kepadaku dimanakah perbedaannya antara Tuan mereka dan Babek Khurramy, yang tindakannya menimbulkan kesedihan luar biasa bagi tuan kami, Panglima orang Beriman, (al mamun), dan bencana bagi banyak umat manusia?4 Saya mengetahui dengan baik bahwa engkau tak sanggup menjawab hal ini. Dan bahwa hal itu terus terjadi di sepanjang hidup Tuan-mu, bahkan hingga kematiannya. Jika sebuah karavan lemah, maka ia menyerangnya, merampok dan membunuh orang-orang dalam karavan itu; tapi jika karavan itu kuat, maka ia akan mundur dan melarikan diri.5 Berdasarkan laporan Ibn Sa’d, Muhammad melakukan 27 kali penyerangan secara pribadi dan memerintahkan 27 kali penyerangan, dimana ia tidak turut serta.6 Penyerangan dimana ia turut ambil bagian dikenal sebagai ‘ghazwa’ dan yang ia tidak turut ambil bagian disebut ‘saria’. Kedua kata ini punya arti yang sama yaitu ‘penyerbuan’, ‘penyerangan’ atau ‘serangan mendadak’.
4 Babak Khorram Din adalah seorang pemberontak Persia yang meningkatkan standar pemberontakan melawan kaum Abbasid di tahun 202 Hijrah, dan hampir saja berhasil merebut Iran dari tangan mereka. Ia dikhianati oleh seorang teman Iran dan secara brutal dibunuh oleh kekalifahan Abbasid.
5 Buku ‘The Apologi’ dari al Kindi, hal. 46. Abdul Masih ibn Ishaq an Kindi adlaah sebuah pseudonim di pengadilan al Mamun, yang memperdebatkan Islam dengan seorang teman Muslimnya, dengan jaminan dari Kalifah bahwa ia tidak akan dilukai. 6 Tabaqat, v. 2, p. 1
sumber: https://buktidansaksi.com/files/Resources/articles/Muhammad/Muhammad%20di%20Medina%20-%20Nabi%20Menjadi%20Bandit.pdf
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment