Penemuan baru yang luar biasa di Bukit Bait Suci memberikan bukti fisik arkeologis nyata untuk pertama kalinya bahwa Bait Suci Yahudi pernah berdiri di situ 2000 tahun yang lalu. Hal ini meresahkan klaim-klaim Arab Palestina, yang belakangan semakin didukung komunitas internasional, bahwa Bait Suci Yahudi itu tidak pernah ada.
Arkeolog dari Proyek Pengayakan Bukit Bait Suci, menyelamatkan artefak-artefak itu dari penghancuran di kompleks Bait Suci. Mereka telah menyelesaikan restorasi ornamen lantai ubin yang oleh para ahli dipercayai mendekorasi pelataran Bait Suci Kedua Yahudi. Proyek ini memberikan bukti nyata yang tak terbantahkan, didukung oleh teks-teks kuno dan sejarah mengenai keberadaan Bait Suci Yahudi di Bukit Bait Suci.
Secara keseluruhan, tim arkeolog telah mengungkap lebih kurang 600 batu-batu lantai ubin berwarna, dengan lebih dari 100 di antaranya positif berasal dari penanggalan periode Bait Suci Kedua Herodian (37-4 SM).
Pentingnya penemuan ini tak terbantahkan.
“Ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa arkeolog telah berhasil merestorasi elemen kompleks Bait Suci Kedua Herodian,” kata Zachi Dvira, salah satu pendiri dan direktur Proyek Pengayakan Bukit Bait Suci.
Proyek Pengayakan ini dimulai di Taman Nasional Lembah Tzurim pada tahun 2004 dalam usaha menyelamatkan artefak arkeologi apa pun dari kehancuran yang diakibatkan oleh proyek konstruksi illegal di Bukit Bait Suci yang dipimpin oleh Waqf Muslim Yordania yang menguasai Bukit Bait Suci.
Kehancuran artefak-artefak arkeologi yang tak tergantikan ini dianggap sebagai bagian dari usaha untuk menyangkal keberadaan Bait Suci Yahudi. Penyangkalan terhadap hubungan bangsa Yahudi dengan Bukit Bait Suci dimulai sejak Konferensi Tingkat Tinggi Camp David tahun 2000, ketika Pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat bersikeras bahwa “Bait Suci” adanya di dekat Shechem (Nablus), dan bukan di atas Bukit Bait Suci di Yerusalem.
Klaim ini telah dibawa sampai ke tingkat internasional hingga UNESCO meloloskan klaim awal bahwa Bukit Bait Suci adalah situs suci khusus Muslim. Klaim ini semakin santer Oktober 2015 ketika New York Times mempublikasikan artikel yang meragukan bahwa dua Bait Suci Yahudi benar-benar pernah ada.
Dr. Gabriel Barkay, salah satu pendiri dan direktur Proyek Pengayakan Bukit Bait Suci, ketika ditanya apakah restorasi yang pertama kali semacam ini merupakan bukti absolut keberadaan Bait Suci, dia menjawab, “Anda bertanya kepadaku apakah aku punya bukti bahwa air itu basah,” katanya, “Aku tidak perlu membuktikan apa pun. Aku menemukan fakta-faktanya.”
Dr. Barkay membandingkan penyangkalan akan keberadaan Bait Suci Yahudi seperti menyangkal terjadinya Holocaust. “Aku sendiri salah seorang yang selamat dari Holocaust, dan aku tidak perduli tentang orang-orang yang menyangkal apa yang aku ketahui benar. Mengenai Holocaust, kita ada bukti kamp-kampnya, kita punya bukti foto-foto dan film-filmnya, dan kita ada orang-orang yang selamat dari Holocaust,” katanya. Holocaust adalah pembantaian orang Yahudi oleh Nazi Jerman sebagai “Solusi Final” yang dilakukan pada Perang Dunia II, dengan jumlah korban jiwa mencapai 6 juta orang Yahudi, atau 1/3 total populasi orang Yahudi.
“Mengenai Bait Suci, kita punya Mishnah (Hukum Lisan), Perjanjian Baru, kita punya tulisan-tulisan Flavius Josephus (sejarawan Yahudi Romawi abad pertama). Kita punya segunung bukti-bukti arkeologi. Aku tidak mau menghubungkan dengan apa yang tidak lebih dari penyelewengan sejarah secara politis.”
“Ada orang-orang yang mendekati aku, khususnya dari Eropa, dan bertanya bukti apa yang aku miliki bahwa ada Bait Suci Yahudi. Aku katakan bahwa aku tidak punya bukti dan aku tidak tertarik dengan bukti,” kata Dr. Barkay. “Faktanya ada Bait Suci. Penemuan kami hanya menunjukkan kemuliaan Bait Suci yang dulunya ada.”
Berbicara mengenai bukti, ubin-ubin ini sangat sesuai dengan gambaran kompleks Bait Suci yang diberikan oleh sejarawan Josephus, yang melihat Bait Suci ini dengan matanya kepalanya sendiri. Dia menulis dalam karyanya “The Jewish Wars” bahwa pelataran Bukit Bait Suci seluruhnya dilapisi batu-batu berbagai bentuk dan warna-warni.”
Penemuan ini juga sesuai dengan literatur Talmud mengenai bangunan Bukit Bait Suci yang menggambarkan susunan marmer hijau, biru dan putih. Segmen-segmen ubin, yang sebagian besar diimpor dari Roma, Asia Kecil, Tunisia dan Mesir, dibuat dari potongan-potongan batu polesan warna-warni dalam berbagai bentuk geometri.
Bukti historis lain adalah bahwa gaya lantai ubin seperti ini konsisten dengan lantai-lantai yang ditemukan pada bangunan-bangunan kontemporer yang didirikan Herodes, sang pembangun Bait Suci Kedua. Lantai yang sama juga ditemukan di istana Herodes di Masada, Herodian, dan Yerikho, di antara yang lain-lainnya. Karakteristik kunci ubin Herodian adalah pada ukurannya, yang sesuai dengan ukuran kaki Romawi, kira-kira 29,6 cm.
Restorasi ini merupakan bukti dari teori yang menyatakan bahwa hamparan Bukit Bait Suci selama Bait Suci Kedua masih berdiri, dilapisi ornamen lantai ubin jenis khusus yang dinamai “opus sectile” dalam bahasa Latin, yang artinya “pekerjaan potongan-potongan.” Pemikiran ini dikemukakan pertama kali tahun 2007 oleh arkeolog Assaf Avraham, direktur Taman Nasional Tembok Yerusalem. Penemuan baru ini mengkonfirmasi hal tersebut.
“Sejauh ini, kami telah berhasil merestorasi tujuh desain potensial ubin yang megah yang menghiasi bangunan-bangunan di Bukit Bait Suci,” kata Frankie Snyder, anggota tim riset Proyek Pengayakan Bukit Bait Suci dan seorang ahli peneliti gaya lantai Herodian kuno, menjelaskan bahwa tidak ada lantai opus sectile di Israel sebelum zaman Raja Herodes. “Bagian-bagian ubin ini tersusun begitu sempurna hingga orang bahkan tidak bisa menyisipkan pisau tajam di antaranya.”
Dr. Barkay mengatakan bahwa penemuan ini bukan saja harta arkeologi, tapi juga jalan bagi bangsa Yahudi untuk berhubungan dengan tempat suci mereka, yang oleh generasi ini hanya bisa dibayangkan saja.
“Ini pertama kalinya kita dapat melihat dengan mata kepala kita sendiri kemegahan lantai yang menghiasi Bait Suci Kedua dan sekelilingnya 2000 tahun yang lalu,” kata Dr. Barkay.
“Mengenai Bait Suci yang dibangun Herodes, Talmud menyebutkan bahwa ‘Siapa pun yang belum melihat bangunan Herodes, belum pernah melihat bangunan indah dalam hidupnya’. Meskipun kita tidak mendapatkan kemurahan melihat Bait Suci ini dalam kemuliaannya, dengan penemuan dan restorasi ubin-ubin lantai khusus ini, kita sekarang dapat memiliki pengertian yang lebih mendalam dan penghargaan terhadap Bait Suci Kedua, meskipun hanya melalui satu karakteristik khusus ini saja.”
No comments:
Post a Comment