Friday, September 16, 2016

Penulis Injil

Penulis Injil

Apakah biografi-biografi Yesus dapat dipercaya ?
Pengantar :
Apakah kita memiliki kesaksian dari siapapun yang secara pribadi berinteraksi dengan Yesus, yang mendengarkan ajaran-ajaran-Nya, yang melihat mujizat-mujizat-Nya, yang menyaksikan kematian-Nya, dan bahkan mungkin yang berjumpa dengan-Nya setelah apa yang diduga keras sebagai kebangkitan-Nya?
Apakah kita memiliki catatan dari para `jurnalis` abad pertama yang mewancarai saksi-saksi mata, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sukar, dan dengan tepat mencatat apa yang secara sangat teliti mereka putuskan benar?
Seberapa baik laporan-laporan ini akan bertahan menghadapi penelitian cermat para skeptis?
Wawancara Lee Strobel dengan Craig L. Blomberg, Ph.D. :
Claig Blomberg, secara luas dianggap sebagai salah satu pakar terkemuka dalam biografi-biografi Yesus, yang disebut sebagai keempat Injil. Ia memperoleh gelar doktornya dalam Perjanjian Baru dari Aberdeen University di Skotlandia. Ia selanjutnya melayani sebagai seorang rekanan periset senior di Tyndale House, di Cambridge University, Inggris, dimana ia adalah bagian dari sebuah kelompok sarjana internasional elit yang menghasilkan karya tentang Yesus yang disambut sangat baik.
Selama dua belas tahun terakhir, ia menjadi seorang profesor dalam Perjanjian Baru di Denver Seminary yang amat disegani. Buku-buku Blomberg, termasuk: The Historical Reliability of the Gospels; Jesus and the Gospels; Interpreting the Parables; How Wide the Divide? dan penjelasan-penjelasan Injil Matius dan 1 Korintus. Ia juga membantu mengedit jilid keenam dari Gospel Perspectives, yang menguraikan mujizat-mujizat Yesus secara panjang-lebar, dan ia menjadi rekanan penulis Introduction to Biblical Interpretation. Ia memberikan kontribusi beberapa bab tentang kehistorisan ke empat Injil kepada buku Reasonable Faith dan buku pemenang penghargaan Jesus Under Fire. Keanggotannnya meliputi: Society for the Study of the New Testament, Society of Biblical Literature, dan The Institute for Biblical Research.
Saksi-saksi Mata Atas Sejarah
Coba beritahu saya, apakah benar-benar mungkin untuk menjadi seseorang yang berpikir pintar serta kritis dan tetap percaya bahwa keempat Injil ditulis oleh orang yang nama-namanya telah dilekatkan ke kitab-kitab tersebut ?
Penting untuk mengakui bahwa ke empat Injil memang tanpa nama. Namun kesaksian yang seragam dari gerekan mula-mula adalah bahwa:
– Matius, juga dikenal sebagai Lewi, si pemungut cukai dan salah satu dari dua belas murid, adalah penulis Injil pertama dalam Perjanjian Baru.
– Yohanes Markus, yang menyertai Petrus, adalah penulis Injil yang kita sebut Markus.
– Lukas, yang dikenal sebagai ‘tabib yang dikasihi’ Paulus, menulis Injil Lukas serta Kisah Para Rasul.
Seberapa seragamnya kepercayaan bahwa mereka adalah para penulisnya ?
Tidak diketahui satu saingan pun bagi ketiga Injil ini. Rupanya itu sama sekali tidak dipersoalkan. Tetapi tidak adakah seorang pun yang akan memiliki motivasi untuk berbohong dengan menyatakan bahwa orang-orang ini menulis ketiga Injil tersebut, padahal sebenarnya mereka tidak?
Tidak.
Ingat, mereka adalah karakter-karakter yang tidak mungkin ditunjuk untuk itu.
Markus dan Lukas bahkan tidak termasuk dalam ke dua belas murid. Matius memang, namun sebagai seorang pemungut cukai yang dibenci, ia pasti akan menjadi karakter yang paling tidak terkenal, selain Yudas Iskariot, yang mengkhianati Yesus.
Bandingkan ini dengan apa yang terjadi ketika injil-injil apokripal (tidak sah), yang penuh khayalan, ditulis lama sesudah itu. Orang-orang memilih figur-figur yang terkenal dan patut dicontoh sebagai penulis fiktifnya: Filipus, Petrus, Maria, Yakobus. Nama-nama itu jauh lebih berbobot, daripada nama-nama: Matius, Markus, dan Lukas.
Jadi tidak akan ada alasan untuk menghubungkan kepenulisan kepada ketiga orang yang lebih kurang dihormati ini jika tuduhan itu benar.
Bagaimana dengan Yohanes ?
Ia amat sangat menonjol. Ia bukan saja salah satu dari ke dua belas murid, melainkan juga salah satu dari tiga orang yang paling dekat dengan Yesus, bersama Yakobus dan Petrus. Ya, itu merupakan satu perkecualian. Dan yang menarik, Yohanes adalah satu-satunya Injil yang dipertanyakan dalam hal kepenulisannya.
Apa sebenarnya yang dipermasalahkan ?
Nama penulis tidaklah diragukan, tentu saja Yohanes. Pertanyaannya adalah: apakah itu Yohanes sang Rasul atau Yohanes yang berbeda ?
Kesaksian seorang penulis Kristen bernama Papias, bertanggal sekitar 125M, merujuk kepada Yohanes sang Rasul dan Yohanes yang lebih tua. Tidak jelas konteksnya apakah ia berbicara tentang seseorang dari dua sudut pandang atau berbicara tentang dua orang yang berbeda.
Namun kesaksian awal selebihnya dengan suara bulat menyepakati bahwa Yohanes sang rasullah, anak Zebedeus, yang menulis Injil.
Menyelidiki hal-hal yg spesifik mari kembali ke Markus, Matius, dan Lukas :
Bukti spesifik apa yang Anda miliki bahwa mereka adalah penulis Injil  ?
Kesaksian tertua, dan mungkin terpenting, berasal dari Papias, yang pada sekitar tahun 125M secara spesifik menegaskan bahwa Markus telah dengan teliti dan akurat mencatat pengamatan-pengamatan saksi mata Petrus.
Ia berkata Markus ‘tidak membuat kesalahan’ dan tidak memasukkan ‘pernyataan palsu apapun’. Dan Papias berkata bahwa Matius juga telah memelihara ajaran-ajaran Yesus secara demikian.
Kemudian Irenaeus, menulis sekitar tahun 180M, memperkuat kepenulisan tradisional: “Matius menerbitkan Injilnya sendiri di antara orang-orang Yahudi dalam bahasa mereka sendiri, selagi Petrus dan Paulus memberitakan Injil di Roma dan mendirikan gereja di sana.
Setelah kepergian mereka, Markus, murid dan penafsir Petrus, memberikan sendiri kepada kami tulisan berisi pokok-pokok khotbah Petrus.
Lukas, pengikut Paulus, mengumpulkan Injil yang diberitakan gurunya dalam sebuah buku.
Kemudian Yohanes, murid Tuhan, yang juga bersandar di dada-Nya, menuliskan Injilnya sementara ia tinggal di Efesus di Asia”.
Jika kita dapat meyakini bahwa keempat Injil ditulis oleh: – Matius dan Yohanes, murid-murid Yesus – oleh Markus, yang menyertai rasul Petrus – oleh Lukas, si Sejarawan, yang menyertai Paulus, dan semacam jurnalis abad pertama, kita dapat menjadi yakin bahwa peristiwa-peristiwa yang mereka catat didasarkan pada kesaksian saksi mata secara langsung maupun tak langsung ?.
Tepat sekali.
Misteri Q Para sarjana sering merujuk kepada apa yang mereka sebut Q, yang mewakili kata bahasa Jerman Quelle, atau ‘sumber’. Karena kemiripan bahasa dan isi, telah diasumsikan secara tradisional bahwa Matius dan Lukas menggunakan Injil Markus yang telah ditulis lebih dulu dalam menuliskan Injil mereka sendiri. Sebagai tambahan, para sarjana berkata bahwa Matius dan Lukas juga memasukkan beberapa material dari Q misterius ini, material yang tidak ada di dalam Markus.
Sebenarnya, apakah Q ini ?
Itu tidak lebih dari suatu hipotesis. Dengan sedikit perkecualian, itu hanyalah perkataan-perkataan atau ajaran-ajaran Yesus, yang mungkin sekali dulu pernah menjadi sebuah dokumen yang berdiri sendiri dan terpisah.
‘Dulu’ adalah suatu gaya sastra yang umum untuk mengumpulkan perkataan-perkataan dari guru-guru yang dihormati. Q mungkin adalah sesuatu seperti itu. Jika Anda memisahkan material dari Q saja, Anda mendapatkan gambaran Yesus seperti apa? Anda harus tetap mengingat bahwa Q adalah suatu kumpulan perkataan, dan dengan demikian itu tidak memiliki kisah yang akan memberi kita suatu gambaran tentang Yesus yang lebih bulat sepenuhnya.
Meskipun demikian, Anda mendapati bahwa Yesus membuat pernyataan yang kuat, sebagai misal: bahwa Ia adalah hikmat yang menjelma menjadi manusia dan Ia adalah Dia, melalui siapa Tuhan akan menghakimi manusia; entah mereka mengakui-Nya atau menyangkal-Nya.
Sebuah buku kesarjanaan penting, baru-baru ini telah mengajukan pendapat bahwa jika Anda memisahkan semua perkataan Q, seseorang sebenarnya memperoleh gambaran yang sama tentang Yesus – seorang yang membuat pernyataan-pernyataan berani tentang diri-Nya sendiri – sebagaimana yang Anda dapati dalam keempat Injil secara umum.
Tidakkah Ia akan terlihat sebagai seorang pembuat mujizat?
Sekali lagi Anda harus mengingat bahwa Anda tidak akan mendapatkan banyak cerita mujizat sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, karena itu biasanya ditemukan dalam kisah, dan Q terutama adalah suatu daftar perkataan.
Namun sebagai contoh: Lukas 7:18-23 dan Matius 11:2-6, bahwa Yohanes Pembaptis mengirim utusan-utusan-Nya untuk bertanya pada Yesus apakah Ia benar-benar Kristus, sang Mesias yang mereka nanti-nantikan. Yesus menjawab pada intinya, ‘Katakanlah padanya untuk mempertimbangkan mujizat-mujizat-Ku. Katakan padanya apa yang telah kamu lihat: yang buta melihat, yang tuli mendengar, yang timpang berjalan, yang miskin telah mendengar kabar baik yang diberitakan kepada mereka.’
Jadi dalam Q terdapat suatu kesadaran akan pelayanan mujizat-mujizat Yesus.
Mengapa Matius sebagai saksi mata atas Yesus memasukkan bagian dari suatu Injil yang ditulis oleh Markus, yang semua orang setuju bahwa ia bukanlah seorang saksi mata ?
Jika Injil Matius benar-benar ditulis oleh seorang saksi mata, Anda akan berpikir bahwa ia pasti mengandalkan pengamatannya sendiri.
Itu hanya akan masuk akal jika Markus memang mendasarkan laporannya pada ingatan kesaksian mata Petrus. Petrus adalah seorang yang berada dalam kalangan terdekat Yesus dan secara pribadi dapat melihat dan mendengar hal-hal yang tidak dilihat dan didengar murid-murid lain. Jadi akan masuk akal bagi Matius, bahkan meskipun ia adalah seorang saksi mata, untuk mengandalkan versi Petrus tentang peristiwa-peristiwa sebagaimana yang diteruskannya melalui Markus.
Perspektif Unik Yohanes Dapatkah Anda menjelaskan perbedaan antara Injil-injil sinoptik (Matius, Markus dan Lukas) dengan Injil Yohanes ?
Yah, memang Yohanes lebih berbeda daripada mirip dengan sinoptik. Hanya sedikit kisah-kisah utama dalam tiga Injil lain yang muncul dalam Yohanes, meskipun perubahan-perubahan itu kelihatan jelas jika seseorang membaca sampai pada minggu terakhir Yesus. Sejak titik itu, paralel-paralel selanjutnya jauh lebih mirip.
Kelihatannya juga terdapat suatu gaya bahasa yang sangat berbeda. Dalam Yohanes, Yesus menggunakan peristilahan yang berbeda, ia berbicara dalam khotbah-khotbah yang panjang, dan kelihatannya terdapat suatu Kristologi (studi atas karya dan pribadi Yesus Kristus) yang lebih tinggi, yakni pernyataan-pernyataan yang lebih langsung dan blak-blakan bahwa Yesus adalah satu dengan Bapa; Tuhan sendiri; Jalan, Kebenaran, dan Hidup; Kebangkitan dan Hidup.
Apa yang menjelaskan perbedaan-perbedaan tersebut?
Selama bertahun-tahun, asumsinya adalah bahwa Yohanes mengetahui semua yang ditulis oleh Matius, Markus dan Lukas, dan ia melihat bahwa semuanya itu tidak perlu diulangi lagi, jadi secara sadar ia memilih untuk memberi tambahan kepada mereka.
Baru-baru ini telah diasumsikan bahwa Yohanes, sebagian besar tidak bergantung pada ketiga Injil yang lain, yang dapat menjelaskan tidak hanya pilihan-pilihan material yang berbeda, melainkan juga perspektif-perspektif yang berbeda tentang Yesus.
Pernyataan-pernyataan Yesus yang Paling Berani :
Terdapat beberapa perbedaan teologis dalam Yohanes.
Apakah mereka pantas disebut kontradiksi-kontradiksi ?
Tidak, karena hampir setiap tema atau perbedaan utama dalam Yohanes, dapat Anda temukan paralelnya dalam Matius, Markus, dan Lukas.
Yohanes membuat pernyataan-pernyataan yang sangat eksplisit tentang Yesus sebagai Tuhan, yang beberapa di antaranya berhubungan dengan fakta bahwa ia menulisnya lebih belakangan daripada yang lain dan mulai membumbui banyak hal. Dapatkah Anda menemukan tema ketuhanan ini dalam sinoptik (Injil Matius, Markus, dan Lukas) ?
Ya, saya dapat.
Pikirkan kisah Yesus berjalan di atas air, temukan dalam Matius 14:22-33 dan Markus 6:45-5.   Sebagian besar terjemahan bahasa Inggris menyembunyikan bahasa Yunaninya dengan mengutip : Yesus berkata, ‘Aku ini, jangan takut ! (Fear not, it is I)’.    Sebenarnya, bahasa Yunaninya secara harafiah mengatakan, ‘Jangan takut, Akulah Aku (Fear not, I am)’.
Kedua kata terakhir ini identik apa yang Yesus katakan dalam Yohanes 8:58, ketika Ia mengambil bagi diri-Nya sendiri nama ilahi ‘Aku (adalah Aku)’, yang merupakan cara Tuhan mengungkapkan diri-Nya sendiri kepada Musa dalam semak-semak yang terbakar dalam Keluaran 3:14. Jadi Yesus mengungkapkan diri-Nya sendiri sebagai Dia yang memiliki kuasa ilahi atas alam, yang sama seperti Yahweh, Tuhan yang dikenal dalam Perjanjian Lama.
Contoh lain ?
Sebagai contoh, gelar Yesus yang paling umum bagi diri-Nya sendiri dalam tiga Injil pertama adalah ‘Anak Manusia’. ‘Anak Manusia’ terutama tidak merujuk pada kemanusiaan Yesus. Sebaliknya itu adalah kiasan langsung pada Daniel 7:13-14 “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya.
Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.”
Jadi lihat pada apa yang Yesus lakukan dengan menerapkan istilah ‘Anak Manusia’ kepada diri-Nya sendiri. Ini adalah seorang yang mendekati Tuhan sendiri dalam hadirat sorgawi-Nya, dan diberi kekuasaan serta dominion universal.
Berikut ini komentar sarjana lain, Willian Lane Craig, yang telah membuat pengamatan serupa: “’Anak Manusia’ sering dianggap mengindikasikan kemanusiaan Yesus, persis seperti refleks ‘Anak Allah’ mengindikasikan ketuhanan-Nya.
Sebenarnya, kebalikannyalah yang benar.
Anak Manusia adalah seorang figur ilahi dalam kitab Daniel di Perjanjian Lama yang akan datang pada akhir jaman untuk menghakimi manusia dan memerintah selamanya. Akibatnya, pernyataan sebagai Anak Manusia akan menjadi suatu pernyataan ketuhanan.”
Sebagai tambahan, dalam Injil sinoptik, Yesus menyatakan akan mengampuni dosa-dosa (Markus 2:5,9,10; Matius 9:6; Lukas 5:20), dan itu adalah sesuatu yang hanya Tuhan yang dapat melakukannya. Yesus menerima penyembahan (Matius 2:11; Matius 14:33; Matius 28:9; Lukas 24:52).
Yesus berkata, ‘Barangsiapa mengakui Aku, Aku akan mengakuinya di hadapan Bapa di Sorga’ (Matius 10:32; Markus 8:38; Lukas 12:8).
Penghakiman terakhir didasarkan reaksi seseorang kepada siapa? Manusia biasa ini? Tidak, itu akan menjadi suatu penyataan yang arogan. Penghakiman terakhir didasarkan pada reaksi seseorang pada Yesus sebagai Tuhan.
Seperti yang dapat Anda lihat, ada semua jenis material dalam sinoptik (Injil Matius, Markus, dan Lukas) tentang ketuhanan Kristus, yang kemudian sekedar menjadi lebih eksplisit dalam Injil Yohanes.
Agenda Teologis ke Empat Injil :
Tidakkah fakta bahwa Yohanes menulis dengan suatu kecenderungan teologis yang lebih besar berarti bahwa material historisnya mungkin telah dicemari dan demikian menjadi kurang dapat dipercaya ?
Saya tidak percaya bahwa Yohanes lebih teologis. Ia hanya memiliki kumpulan penekanan-penekanan teologis yang berbeda.
Matius, Markus, dan Lukas masing-masing memiliki sudut-sudut teologis yang sangat berbeda yang ingin mereka soroti: – Matius, teolog yang mencoba memahami hubungan antara Kekristenan dengan Yudaisme. – Markus, ingin menunjukkan Yesus sebagai budak yang menderita. – Lukas, teolog dengan perhatian pada mereka yang miskin dan masalah sosial.
Anda dapat membuat daftar yang panjang mengenai perbedaan penekanan teologis antara: Matius, Markus, dan Lukas. Tetapi tidakkah motivasi-motivasi teologis itu menimbulkan keraguan akan kemampuan dan kemauan mereka untuk secara akurat melaporkan apa yang terjadi?
Apakah tidak mungkin bahwa agenda teologis mereka akan mendorong mereka untuk mengubah dan memutarbalikkan sejarah yang mereka catat ?
Dalam dunia kuno, gagasan untuk menulis sejarah yang tidak memihak dan obyektif sekedar untuk mencatat peristiwa-peristiwa secara kronologis, tanpa tujuan ideologis apapun, tidak pernah terdengar.
Tidak seorangpun menulis sejarah jika tidak terdapat suatu alasan untuk belajar dari itu.
Saya kira Anda berkata bahwa itu membuat segalanya menjadi patut dicurigai.
Ya, pada suatu tingkat memang. Namun jika kita secara masuk akal dapat merekonstruksi sejarah yang akurat dari semua jenis sumber-sumber sejarah kuno lainnya, kita seharusnya mampu melakukannya dari ke empat Injil, bahkan meskipun mereka juga ideologis.
Berikut ini ada sebuah paralel modern, dari pengalaman komunitas Yahudi, yang mungkin dapat menjelaskan apa yang saya maksudkan. Beberapa orang, biasanya untuk tujuan-tujuan anti-Semitik (Semitik: bangsa-bangsa yang berbahasa Semit, umumnya dipakai untuk mengacu pada bangsa Yahudi), menyangkal atau mengecilkan kengerian Holocaust (usaha pemusnahan orang-orang ras Yahudi di Eropa oleh Nazi sebelum dan selama Perang Dunia II).
Namun para sarjana Yahudilah yang menciptakan museum-museum, menulis buku-buku, memelihara artifak-artifak, dan mendokumentasikan kesaksian saksi mata Holocaust.
Nah, mereka memiliki suatu tujuan yang sangat ideologis, yakni: untuk memastikan agar kekejaman semacam itu tidak akan pernah terjadi lagi, namun mereka juga menjadi orang-orang yang paling setia dan obyektif dalam melaporkan kebenaran sejarah.
Kekristenan juga berdasar pada pernyataan-pernyataan historis tertentu bahwa Tuhan secara unik memasuki ruang dan waktu dalam pribadi Yesus dari Nazaret (dikenal dari Nazaret karena Yesus pernah tinggal di sana), sehingga ideologi yang diupayakan oleh orang-orang Kristen untuk dikembangkan itu memerlukan karya historis yang sehati-hati mungkin.
Berita-berita Hangat dari Sejarah :
Beberapa sarjana berkata bahwa ke empat Injil ditulis begitu jauh setelah legenda mengembangkan dan mengubah peristiwa-peristiwa yang akhirnya dituliskan, mengubah Yesus dari sekedar seorang guru yang bijak menjadi Anak Allah yang mitologis.
Apakah itu merupakan hipotesis yang masuk akal, atau adakah suatu bukti yang bagus bahwa ke empat Injil dicatat lebih awal dari itu, sebelum legenda dapat sepenuhnya mengubah apa yang pada akhirnya dicatat ?
Penanggalan standar oleh para sarjana, bahkan dalam kalangan yang sangat liberal, adalah Markus pada tahun 70-an, Matius dan Lukas pada tahun 80-an, dan Yohanes pada tahun 90-an.
Tapi dengar: itu masih tetap dalam masa kehidupan banyak saksi mata kehidupan Yesus, termasuk saksi mata yang memusuhi yang akan berperan sebagai pengoreksi jika ajaran-ajaran yang salah tentang Yesus disebarluaskan.
Secara konsekuen, tanggal-tanggal untuk ke empat Injil ini benar-benar tidak semuanya selambat itu. Sebenarnya, kita dapat membuat suatu perbandingan yang sarat informasi.
Dua biografi Alexander Agung yang paling awal ditulis oleh Arrian dan Plutarch, lebih dari 400 tahun setelah kematian Alexander Agung pada tahun 323SM. Walaupun demikian, para sejarawan menganggap bahwa secara umum keduanya patut dipercaya.
Ya, material legendaris tentang Alexander memang berkembang seiring berlalunya waktu, namun itu hanya dalam abad-abad setelah kedua penulis ini.
Dengan kata lain, kisah Alexander terpelihara cukup utuh selama 500 tahun pertama, material legendaris mulai muncul selama 500 tahun sesudahnya.
Jadi entah apakah keempat Injil dituliskan 60 atau 30 tahun setelah kehidupan Yesus, jumlah waktunya dapat diabaikan menurut perbandingan ini.
Itu hampir bukan merupakan isu. Secara intuitif kelihatan jelas bahwa semakin singkat celah antara sebuah peristiwa dan saat ketika itu dicatat dalam tulisan, semakin berkurang kemungkinan bahwa tulisan-tulisan itu akan menjadi legenda atau memori-memorin yang salah.
Anda mengindikasikan bahwa Anda percaya keempat Injil ditulis lebih awal daripada tanggal-tanggal yang Anda sebutkan.
Ya, lebih awal.
Kita dapat menguatkannya dengan memperhatikan kitab Kisah Para Rasul, yang ditulis oleh Lukas. Kisah Para Rasul rupanya belum selesai ditulis. Paulus adalah figur sentral dalam kitab itu, dan ia berada dalam tahanan rumah di Roma. Dengan laporan itu, kitab tersebut secara mendadak terputus.
Apa yang terjadi pada Paulus ?
Kita tidak menemukannya dalam Kisah Para Rasul, mungkin karena kitab itu ditulis sebelum Paulus dihukum mati. Itu berarti Kisah Para Rasul tidak dapat diberi tanggal lebih lama daripada 62M. Dengan menetapkan demikian, kita kemudian dapat bergerak mundur dari situ.
Karena Kisah Para Rasul merupakan yang kedua dari sebuah karya yang terdiri dari dua bagian, kita tahu bagian yang pertama, Injil Lukas, pasti telah ditulis lebih awal dari itu.
Dan karena Lukas memasukkan bagian-bagian dari Injil Markus, itu berarti Markus ditulis bahkan lebih awal lagi.
Jika Anda memberikan waktu mungkin satu tahun bagi tiap-tiap kitab tersebut, Anda akan mendapat hitungan akhir bahwa Injil Markus ditulis tidak lebih lama dari sekitar tahun 60-an, mungkin bahkan pada akhir tahun 50-an. Jika Yesus dihukum mati tahun 30 atau 33, kita membicarakan suatu celah maksimum sebesar kurang lebih 30 tahun.
Berbicara secara historis, khususnya dibandingkan dengan Alexander Agung, itu seperti suatu berita kilat. Memang, itu mengesankan, menutup celah antara peristiwa-peristiwa kehidupan Yesus dan penulisan keempat Injil sampai pada titik dimana itu dapat diabaikan oleh standar-standar historis.
Kembali ke Awal :
Seberapa awal kita dapat memberi tanggal pada kepercayaan-kepercayaan mendasar kepada pendamaian Yesus, kebangkitan-Nya, dan hubungan-Nya yang unik dengan Tuhan ?
Penting untuk diingat bahwa kitab-kitab Perjanjian Baru tidak disusun berdasarkan urutan kronologis. Ke empat Injil ditulis setelah selesainya hampir seluruh surat-surat Paulus, yang pelayanan menulisnya barangkali dimulai pada akhir tahun 40-an. Kebanyakan surat-surat utamanya muncul selama tahun 50-an.
Kita menemukan bahwa Paulus memasukkan beberapa pernyataan kepercayaan, pengakuan-pengakuan iman, atau himne-himne dari gereja Kristen paling awal. Ini semua kembali ke bangkitnya gereja sesudah kebangkitan.
Pernyataan kepercayaan yang paling terkenal mencakup Filipi 2:6-11, yang berbicara tentang Yesus dalam ‘rupa Allah’, dan Kolose 1:15-20, yang mendeskripsikan Yesus sebagai ‘gambar Allah yang tidak kelihatan’, yang menciptakan segalanya dan melalui siapa segala sesuatu diperdamaikan dengan Allah dengan ‘mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.’
Semua itu tentu saja penting dalam menjelaskan apa yang diyakini orang-orang Kristen paling awal tentang Yesus.
Namun barangkali pernyataan kepercayaan paling penting dalam istilah-istilah Yesus yang historis adalah 1 Korintus 15, dimana Paulus menggunakan bahasa teknis untuk mengindikasikan bahwa ia sedang menyampaikan tradisi oral ini dalam bentuk yang relatif pasti. “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul.” ( I Korintus 15:3-7)
Dan inilah intinya. Jika Penyaliban terjadi seawal tahun 30, pertobatan Paulus terjadi sekitar tahun 32.
Dengan segera Paulus diantar ke Damaskus, di mana ia bertemu dengan seorang Kristen bernama Ananias dan beberapa murid lainnya. Pertemuan pertamanya dengan para rasul di Yerusalem akan terjadi kira-kira tahun 35. Pada suatu waktu di sana, Paulus diberi pernyataan kepercayaan ini, yang telah dirumuskan dan digunakan dalam gereja mula-mula.
Kini, Anda telah memiliki fakta-fakta kunci tentang kematian Yesus untuk dosa-dosa kita, ditambah sebuah daftar rinci berisi semua orang kepada siapa Ia menampakkan diri dalam wujud kebangkitan, semuanya bertanggal kembali dalam 2 sampai 5 tahun dari peristiwa-peristiwa itu sendiri.
Itu bukan mitologi yang lebih lambat dari 40 tahun atau lebih sesudahnya, seperti pendapat Armstrong. Suatu pembuktian yang bagus bisa dibuat untuk mengatakan bahwa orang Kristen mempercayai Kebangkitan yang, meskipun belum dituliskan, dapat diberi tanggal dalam 2 tahun setelah peristiwa itu sendiri terjadi.
Saya tak dapat menyangkal pentingnya bukti itu.
Itu meredam tuduhan bahwa Kebangkitan – yang disebut oleh orang-orang Kristen sebagai penegasan ketuhanan Yesus – hanyalah sekedar konsep mitologis yang berkembang setelah periode waktu yang panjang, sementara legenda-legenda mengubah laporan para saksi mata kehidupan Kristus.
Sumber : Lee Strobel, Pembuktian Atas Kebenaran Kristus, Penerbit Gospel Press : 021-74709281
====================================================
NB: Tulisan ini dikutp dari : Pemuda Kristen.com dengan judul ” Bukti Saksi Mata Injil ”
Baca juga tulisan di blog ini :  Penulis injil ini

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...