Para Perawan Cantik Dijadikan Budak Seks Muslim, Yang Menolak Akan Dibakar Hidup-hidup
TRIBUNNEWS.COM — Kebrutalan kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) terhadap kaum hawa kembali terbongkar.
Anggota Sekjen PBB untuk Kejahatan Seksual, Zainab Bangura, membeberkan anggota ISIS kerap menelanjangi tawanan gadisnya dan melakukan tes keperawanan.
Lalu, para gadis tersebut dikirimkan ke tempat pelelangan budak setelah gerilyawan ISIS menyerang desa serta membunuh sanak keluarganya.
ISIS memilih perawan yang paling cantik di antara para wanita yang ditangkap, lalu mengirimnya ke Suriah untuk dijadikan budak seks.
Sadisnya, jika menolak, gadis tersebut akan dibunuh, termasuk salah satunya yang dibakar hidup-hidup karena ogah menjadi budak seks ISIS.
Bangura melanglangbuana ke Suriah, Irak, Turki, Lebanon dan Yordania untuk berbicara dengan wanita—terutama dari minoritas Yazidi—yang menjadi korban kejahatan seksual ISIS.
Tawar menawar sengit biasanya terjadi saat lelang budak, dimana para gadis tersebut dijual dengan kondisi telanjang.
“Pemimpin ISIS adalah yang pertama memilih, lalu kemudian para bawahannya,” ujar Bangura seperti dilansir Mirror.
Pemenang lelang biasanya mengambil tiga atau empat gadis, lalu menjualnya kembali setelah mereka bosan.
“Kami mendengar, salah seorang gadis diperdagangkan sebanyak 22 kali. Pemimpin ISIS menulis namanya di tangan gadis tersebut. Ini menunjukkan bahwa gadis tersebut adalah properti miliknya,” kata Bangura.
Beberapa dari wanita tersebut mengalami depresi karena tidak bisa kabur.
Mereka pun memilih untuk mengakhiri nyawa dengan gantung diri menggunakan selendang.
Karena itu pula, di sejumlah lokasi, para pemerkosa dari ISIS melarang para wanita tersebut memakai selendang.
Bangura juga bercerita tentang seorang gadis yang dibakar hidup-hidup karena menolak untuk melayani kebutuhan seks brutal para pemiliknya.
Sementara itu, menurut Amnesty, ISIS telah melakukan pembersihan etnis, membunuh warga sipil dan memperbudak orang lain sehingga membuat sejumlah korbannya beranggapan bahwa mereka lebih baik mati dari tetap hidup tetapi diperbudak.
“Banyak dari mereka yang ditahan sebagai budak seksual adalah anak-anak, anak-anak perempuan berusia 14, 15 tahun atau bahkan lebih muda,” kata Donatella Rovera, penasihat senior Amnesty dalam sebuah pernyataan.
Lembaga itu mengatakan bahwa banyak dari para pelaku merupakan petempur ISIS atau orang-orang yang menjadi pendukung kelompok itu.
Seorang gadis 19 tahun bernama Jilan bunuh diri karena takut dirinya akan diperkosa, kata Amnesty yang mengutip keterangan kakak gadis itu.
Seorang gadis lain yang ditahan bersamanya tetapi kemudian berhasil melarikan diri membenarkan keterangan tersebut.
Gadis yang selamat itu mengatakan dirinya dan yang lain diberi pakaian yang tampak seperti kostum tari dan diberitahu untuk mandi lalu memakai baju-baju itu.
“Jilan bunuh diri di kamar mandi. Dia melukai pergelangan tangannya dan gantung diri. Dia sangat cantik. Saya pikir dia tahu dia akan dibawa pergi oleh seorang pria dan itulah sebabnya dia bunuh diri,” ujar gadis tersebut.
Seorang mantan tawanan lainnya mengatakan kepada Amnesty bahwa dia dan adiknya mencoba bunuh diri agar bebas dari pernikahan paksa, tetapi dihentikan untuk melakukan itu.
“Kami mengikat syal di leher dan saling menarik sekencang yang kami bisa, sampai saya pingsan… Saya tidak bisa berbicara selama beberapa hari setelah itu,” kata Wafa (27 tahun) kepada kelompok hak asasi itu.
Amnesty Internasional juga menceritakan kisah gadis 16 tahun bernama Randa, yang diculik bersama keluarganya dan diperkosa seorang pria yang usianya dua kali usia gadis itu.
“Sangat menyakitkan apa yang mereka lakukan terhadap saya dan keluarga saya,” kata Randa.
Rovera mengatakan, “Penderitaan fisik dan psikologis para perempuan yang mengalami kekerasan seksual yang mengerikan itu merupakan bencana. Banyak dari mereka telah disiksa dan diperlakukan sebagai budak. Bahkan mereka yang berhasil melarikan diri tetap saja sangat trauma.” ⦁
Anggota Sekjen PBB untuk Kejahatan Seksual, Zainab Bangura, membeberkan anggota ISIS kerap menelanjangi tawanan gadisnya dan melakukan tes keperawanan.
Lalu, para gadis tersebut dikirimkan ke tempat pelelangan budak setelah gerilyawan ISIS menyerang desa serta membunuh sanak keluarganya.
ISIS memilih perawan yang paling cantik di antara para wanita yang ditangkap, lalu mengirimnya ke Suriah untuk dijadikan budak seks.
Sadisnya, jika menolak, gadis tersebut akan dibunuh, termasuk salah satunya yang dibakar hidup-hidup karena ogah menjadi budak seks ISIS.
Bangura melanglangbuana ke Suriah, Irak, Turki, Lebanon dan Yordania untuk berbicara dengan wanita—terutama dari minoritas Yazidi—yang menjadi korban kejahatan seksual ISIS.
Tawar menawar sengit biasanya terjadi saat lelang budak, dimana para gadis tersebut dijual dengan kondisi telanjang.
“Pemimpin ISIS adalah yang pertama memilih, lalu kemudian para bawahannya,” ujar Bangura seperti dilansir Mirror.
Pemenang lelang biasanya mengambil tiga atau empat gadis, lalu menjualnya kembali setelah mereka bosan.
“Kami mendengar, salah seorang gadis diperdagangkan sebanyak 22 kali. Pemimpin ISIS menulis namanya di tangan gadis tersebut. Ini menunjukkan bahwa gadis tersebut adalah properti miliknya,” kata Bangura.
Beberapa dari wanita tersebut mengalami depresi karena tidak bisa kabur.
Mereka pun memilih untuk mengakhiri nyawa dengan gantung diri menggunakan selendang.
Karena itu pula, di sejumlah lokasi, para pemerkosa dari ISIS melarang para wanita tersebut memakai selendang.
Bangura juga bercerita tentang seorang gadis yang dibakar hidup-hidup karena menolak untuk melayani kebutuhan seks brutal para pemiliknya.
Sementara itu, menurut Amnesty, ISIS telah melakukan pembersihan etnis, membunuh warga sipil dan memperbudak orang lain sehingga membuat sejumlah korbannya beranggapan bahwa mereka lebih baik mati dari tetap hidup tetapi diperbudak.
“Banyak dari mereka yang ditahan sebagai budak seksual adalah anak-anak, anak-anak perempuan berusia 14, 15 tahun atau bahkan lebih muda,” kata Donatella Rovera, penasihat senior Amnesty dalam sebuah pernyataan.
Lembaga itu mengatakan bahwa banyak dari para pelaku merupakan petempur ISIS atau orang-orang yang menjadi pendukung kelompok itu.
Seorang gadis 19 tahun bernama Jilan bunuh diri karena takut dirinya akan diperkosa, kata Amnesty yang mengutip keterangan kakak gadis itu.
Seorang gadis lain yang ditahan bersamanya tetapi kemudian berhasil melarikan diri membenarkan keterangan tersebut.
Gadis yang selamat itu mengatakan dirinya dan yang lain diberi pakaian yang tampak seperti kostum tari dan diberitahu untuk mandi lalu memakai baju-baju itu.
“Jilan bunuh diri di kamar mandi. Dia melukai pergelangan tangannya dan gantung diri. Dia sangat cantik. Saya pikir dia tahu dia akan dibawa pergi oleh seorang pria dan itulah sebabnya dia bunuh diri,” ujar gadis tersebut.
Seorang mantan tawanan lainnya mengatakan kepada Amnesty bahwa dia dan adiknya mencoba bunuh diri agar bebas dari pernikahan paksa, tetapi dihentikan untuk melakukan itu.
“Kami mengikat syal di leher dan saling menarik sekencang yang kami bisa, sampai saya pingsan… Saya tidak bisa berbicara selama beberapa hari setelah itu,” kata Wafa (27 tahun) kepada kelompok hak asasi itu.
Amnesty Internasional juga menceritakan kisah gadis 16 tahun bernama Randa, yang diculik bersama keluarganya dan diperkosa seorang pria yang usianya dua kali usia gadis itu.
“Sangat menyakitkan apa yang mereka lakukan terhadap saya dan keluarga saya,” kata Randa.
Rovera mengatakan, “Penderitaan fisik dan psikologis para perempuan yang mengalami kekerasan seksual yang mengerikan itu merupakan bencana. Banyak dari mereka telah disiksa dan diperlakukan sebagai budak. Bahkan mereka yang berhasil melarikan diri tetap saja sangat trauma.” ⦁
Sumber: TRIBUNNEWS.com
No comments:
Post a Comment