Pesan Alkitab Dalam Serangan Pembakaran Israel oleh Teroris
Sementara kebakaran mengamuk di sepanjang wilayah Karmel, akibat serangan pembakaran oleh teroris, sebagian orang Israel berpaling kepada Alkitab untuk memahami lebih dalam pelajaran apa yang didapat dari bencana kebakaran hebat ini.
Keadaan darurat nasional diumumkan sementara kebakaran dalam proporsi luar biasa mengancam keseluruhan wilayah Israel. Lebih dari 60.000 warga dievakuasi dari Haifa, sedangkan transportasi publik ditutup di beberapa wilayah. Beberapa rumah, apartemen-apartemen dan mobil-mobil habis dimakan api. Ratusan pemadam kebakaran berjuang mengendalikan keadaan ketika api tiba-tiba membakar ratusan titik terpisah, yang menunjukkan indikasi bahwa api ini dinyalakan secara sengaja. Yunani dan Siprus mengirimkan pesawat-pesawat pemadam kebakaran untuk membantu. Titik-titik api yang baru dinyalakan sekarang telah mengancam Yerusalem dan wilayah sekitarnya.
Kepala polisi Israel Roni Alsheich mengatakan hari Kamis siang bahwa terjadi “beberapa kasus pembakaran secara sengaja, dan banyak kasus yang bukan disengaja… Sepertinya ada motif nasional dalam beberapa kasus pembakaran.” Alsheich menambahkan, “Beberapa tersangka sudah ditangkap… Saya belum berpikir (pembakaran) ini terorganisir.”
Menteri Pendidikan Naftali Bennet tanpa keraguan, mengatakan kepada Channel 2 News bahwa kebakaran-kebakaran ini adalah “gelombang besar pembakaran… terorisme dalam pengertian mana pun.”
Malkah Fleisher, seorang penduduk Yerusalem asal Texas, tidak ragu lagi bahwa ini adalah serangan terhadap Israel, tapi dia memahami pelajaran yang lebih dalam dari tragedi ini. Sambil membuka Alkitabnya, dia menunjukkan hubungan jelas antara kebakaran yang terjadi sekarang ini dengan peristiwa yang dahulu sekali pernah terjadi di tempat yang sama, Gunung Karmel.
“Terbersit dalam pikiranku bahwa ini bukanlah pertama kalinya bangsa Israel menyaksikan api di Gunung Karmel,” katanya. Dalam postingnya di media sosial, Fleisher menyampaikan pesan kuat, membandingkan api yang mengamuk tak terkendali di Gunung Karmel hari ini dengan api kudus yang diturunkan Nabi Elia dari surga ketika dia berhadapan melawan imam-imam Ba’al.
1 Raja-raja 18:24 (ILT) Maka biarlah kamu memanggil nama elohimmu dan aku, aku akan memanggil Nama YAHWEH. Maka akan terjadi, elohim yang menjawab dengan api, dialah Elohim!” Seluruh rakyat menyahut dengan mengatakan, “Perkataan itu baik!”
“Hari ini, di tempat api kudus ini, musuh-musuh kita memakai api untuk melawan kita. Apakah ini pesan Ilahi bagi bangsa Israel? Aku bukan nabiah, aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya,” katanya. “Tapi aku tahu bahwa peperangan ini masih berlangsung antara Israel melawan musuh-musuh lahiriah maupun spiritual. Kiranya kita diberikan kemurahan untuk menyaksikan kehancuran mereka yang berusaha menghancurkan kita, dan juga mujizat hujan di Karmel.”
“Kita perlu mengingat nilai sesungguhnya Gunung itu dan hubungan purbakala kita dengannya, juga mengambil kesempatan untuk melakukan instrospeksi sementara pegunungan yang tercinta itu melawan api yang berusaha memusnahkannya. Peperangan untuk Gunung itu masih terus berlangsung. Ketika bangsa Yahudi mengetahui siapa diri mereka sebenarnya, dan mengapa mereka hidup di Har haKarmel (Gunung Karmel) – atau tempat mana pun di Israel – mereka akan punya keyakinan untuk melakukan apa yang benar. Jika kisah-kisah ini dapat menolong kita, maka itu semua sesungguhnya masih hidup.” (Karmel, dalam bahasa Ibrani artinya negeri taman yang berbuah lebat.)
Yishai Fleisher, juru bicara internasional untuk kota suci Hebron, juga memetik pelajaran mendalam sementara menyaksikan kobaran api yang dinyalakan musuh-musuh Israel.
“Tragedi sesungguhnya adalah bahwa teroris-teroris ini punya hubungan dengan alam dan tanah ini, tapi mereka memakainya untuk menghancurkan. Mereka tahu bahwa kondisi-kondisi, kekeringan dan angin kencang, sangatlah tepat untuk serangan semacam ini.” katanya.
“Jika kita lolos melalui api Holocaust (pembantaian Yahudi), pastilah kita tidak akan tenggelam karena semua ini,” kata Flesiher mengutip nabi Obaja.
Obaja 1:18 (ILT) Maka kaum keluarga Yakub akan menjadi seperti api, dan kaum keluarga Yusuf akan menjadi seperti kobaran api; dan kaum keluarga Esau akan menjadi seperti jerami, dan mereka akan menyala di antara mereka dan membakar mereka habis, dan seorang pun tidak akan ada yang terluput dari bani Esau, -karena YAHWEH telah berfirman-
“Api yang mereka nyalakan akan berbalik kembali, seperti yang difirmanan Elohim,” kata Fleisher.
Pembakaran telah menjadi senjata peperangan, sementara media-media sosial Arab dibanjiri ucapan selamat yang memuji-muji serangan pembakaran kepada Israel ini. Jerusalem Post melaporkan bahwa hashtag #Tel_Aviv_IsBurning menjadi hashtag Arab terpopuler di media-media sosial Arab pada Kamis pagi, sambil mengutip “Aturan pembatasan panggilan adzan Subuh oleh muazzin menggunakan corong pengeras suara” sebagai penyebab kebakaran yang mereka pandang sebagai pembalasan Allah kepada Israel.
Fleisher membandingkan kebakaran hutan-hutan ini dengan perbuatan orang-orang Filistin (Palestina) yang menimbun sumur-sumur Abraham dengan maksud untuk mengusir Ishak dari Tanah Perjanjian.
Kejadian 26:15 (TB) Segala sumur, yang digali dalam zaman Abraham, ayahnya, oleh hamba-hamba ayahnya itu, telah ditutup oleh orang Filistin dan ditimbun dengan tanah.
“Orang-orang Filistin juga butuh air. Tapi mereka begitu benci kepada Ishak, dan menyadari bahwa dia lebih kuat, tapi kebencian mereka kepadanya dan kepada Elohimnya, jauh lebih besar dari rasa sayang mereka kepada kehidupan. Bangsa Yahudi punya hubungan dengan negeri ini, tapi kita memakainya untuk membuat padang belantara menjadi taman yang subur. Pembakaran hutan-hutan oleh musuh-musuh Israel ini menjadikan jelas bahwa ini bukanlah perjuangan nasional. Mereka tidak ingin membangun. Mereka hanya ingin menyaksikan negeri ini terbakar.”
“Apa yang tidak mereka pahami adalah bahwa bangsa Yahudi selalu dan selalu bangkit kembali dari abu. Bangsa Yahudi sudah terbiasa dengan semuanya ini. Kita barusan mengembangkan sistem pemadam kebakaran yang lebih baik dan metode untuk menumbuhkan kembali hutan-hutan. Api kami adalah api penciptaan, pembangunan dan keluarga, menghubungkan Elohim kepada dunia,” tutup Fleisher.
Tzvi Fishman, seorang penulis Yahudi keturunan Amerika yang berhasil mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan Israel untuk Kreativitas dan Kebudayaan Yahudi, yang melakukan Aliyah ke Israel tahun 1984, sebelumnya adalah seorang penulis Hollywood yang berhasil.
Tzvi Fishman menanggapi pembakaran oleh musuh-musuh Israel ini dengan membuat pernyataan tegas, “Jawaban dari pertanyaan siapa pemilik Tanah Israel yang sesungguhnya sudah terjawab, tanpa perlu membuka Alkitab, menunggu voting PBB, atau membaca Deklarasi Balfour. Jawabannya ada pada pembakaran yang terjadi di seluruh Israel!”
Fishman melanjutkan dengan menceritakan kisah Raja Salomo dan dua orang perempuan yang menghadap kepadanya membawa seorang bayi. Masing-masing perempuan mengklaim bayi itu miliknya. Salomo memutuskan bayi itu dipotong jadi dua dan dibagi sama rata. Satu perempuan berontak dan menolaknya, sementara perempuan satunya tidak perduli bayi itu dipotong menjadi dua dengan pedang, asalkan perempuan pertama juga sama-sama tidak mendapatkan apa-apa. Dengan demikan menjadi jelas, bahwa perempuan ini bukanlah ibu bayi itu.
Demikian juga dengan kebakaran yang terjadi di seluruh Israel.
“Manusia mana yang dengan sengaja membakar negerinya sendiri, pegunungan yang hijau, hutan-hutan, pohon-pohon, dan batu-batu, sekaligus membinasakan binatang-binatang hutan yang tidak berdaya? Orang-orang Arab yang menyalakan api di seluruh negeri ini tidak punya rasa menyesal. Buat apa menyesal? Ini bukan negeri mereka. Buat apa mereka perduli? Mereka bukan ibu yang sesungguhnya,” tulis Fishman.
“Seorang bayi punya satu ibu, bukan dua. Sama seperti Perancis adalah milik orang Perancis, dan Spanyol adalah milik orang Spanyol, Tanah Israel adalah milik orang Yahudi. Pemikiran bahwa orang-orang Arab akan menjadi warganegara yang berbahagia di dalam Negara Yahudi adalah pemikiran yang keliru sejak semula. Mereka menginginkan seluruh negeri, dengan bahasa mereka sendiri, hari-hari raya mereka, dan kebudayaan mereka sendiri. Mereka menginginkan negeri ini “judenrein” (bersih dari orang Yahudi),” tambah Fishman.
Dia melanjutkan, “Membagi bayi menjadi dua tidak akan berhasil. Tidak perduli seberapa banyak Anda mencegah kekerasan, tidak perduli seberapa banyak instentif ekonomi Anda tawarkan, seberapa banyak kesempatan yang seimbang Anda tawarkan. Orang-orang Arab di Israel akan selalu menginginkan negeri ini bagi diri mereka sendiri.”
“Masalah-masalah Arab di Israel tidak akan pergi. Keberadaan Negara Yahudi yang menciptakan itu. Mereka akan terus memakai pisau belati dan senjata, tembakan, pembakaran dan bom-bom, berusaha mengusir kita dari negeri kita.”
“Hanya ada dua pilihan, negeri ini menjadi milik mereka atau milik kita. Membagi bayi menjadi dua bukan solusi. Tidak pula perdamaian akan terjadi dengan memotong satu tangan dan satu kaki. Negara tetangga “Palestina” juga bukan solusi. Penduduknya akan terus berusaha mencapai Laut Mediterania dengan cara-cara kekerasan. Dan sebentar lagi akan meluncurkan roket-roket dan rudal-rudal seperti dilakukan Hamas dari Gaza,” katanya menjelaskan.
Fishman menutup tulisannya dengan mengatakan, “Sudah waktunya meletakkan hukum. Setiap orang Arab, termasuk mereka yang ada di Knesset (parlemen), yang tidak mau mengikrarkan kesetiaan kepada Negara Israel, sebaiknya mencari tempat lain untuk tinggal. Mereka yang ingin hidup berdampingan dengan damai di dalam Negara Yahudi, akan tetap diterima sama seperti yang selalu demikian. Perhatikan saja begitu banyak orang-orang Arab Israel yang berhasil di Knesset (parlemen), menjadi mahasiswa-mahasiswa, dokter-dokter, perawat-perawat, pengacara-pengacara, para pebisnis dan setiap bidang-bidang lainnya. Tapi bagi mereka yang tidak suka cara bagaimana segala sesuatu dijalankan di Israel, maka, dengan cara bagaimana pun, ada lima belas negara Arab yang bisa dipilih untuk tinggal. Hanya saja, jangan mengganggu bayi kesayangan kami.”
Serangan Teror Pembakaran di Israel dalam Bible Code
Mengenai peristiwa serangan pembakaran di Israel ini, pakar Bible Code Rabbi Matityahu Glazerson menemukan kode-kode di dalam tabel Bible Code yang berhubungan, yang dia posting dalam video YouTube berjudul “TERROR OF THE ARSONISTS 5777 in bible code Glazerson.”
Membuka video tersebut, Rabbi menyinggung peristiwa-peristiwa kebakaran hebat yang sedang melanda Israel saat ini, kemudian membacakan judul berita “Perdana Menteri Netanyahu Mengatakan Pembakaran Adalah Serangan Teror, Akan Diperlakukan Seperti Demikian.” Diperkirakan lebih dari 50% kebakaran adalah akibat pembakaran dengan sengaja.
Beralih ke tabel Bible Code yang sudah ditemukan sebelumnya, Rabbi Glazerson menunjukkan kata-kata dalam bahasa Ibrani “menyalakan api“, “Israel“, “terror” dan “arsonist” (pembakaran dengan sengaja). Hal ini sangat menarik, karena Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dengan persis bahwa peristiwa kebakaran ini merupakan serangan teroris. Ini mengkonfirmasi bahwa kebakaran hebat di Israel ini bukanlah bencana alam biasa, namun merupakan kesengajaan.
Di dalam tabel yang sama di dekat kode-kode itu Rabbi Glazerson menemukan kata “Fatah” dan “Hamas,” yakni faksi-faksi Arab-Palestina.
Lebih jauh, Rabbi kemudian menunjukkan frase kata “musuh Israel“, “Arab“, dan tahun Ibrani saat ini “5777“, sambil menjelaskan bahwa Israel sekarang ini sedang hidup dalam serangan teror pembakaran dari warga Gaza, orang-orang Hamas dan Fatah.
Beralih menjelaskan dari sumber-sumber Kabbalah, Rabbi mengutip kata-kata yang mengungkapkan bahwa fenomena-fenomena ini merupakan peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian dari tanda-tanda sebelum kedatangan Messias.
Menutup videonya, Rabbi Glazerson menyebutkan bahwa semuanya ini akan membawa kita untuk mempercayai Elohim, mempercayai Torah (Firman Elohim), melakukan teshuvah (pertobatan), dan memperbaiki diri, karena Messias akan segera datang.
No comments:
Post a Comment