Insiden di Universitas Trisakti
Enam Mahasiswa Tewas
Kompas/arb |
Enam mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta, tewas terkena peluru tajam yang ditembakkan aparat keamanan sewaktu terjadi aksi keprihatinan ribuan mahasiswa yang berlangsung di kampus Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat, Selasa (12/5). Keenam mahasiswa itu tertembak sewaktu berada di dalam kampus oleh berondongan peluru yang diduga ditembakkan oleh aparat yang berada di jalan layang Grogol (Grogol fly over). Puluhan mahasiswa lainnya menderita luka-luka berat dan ringan.Nama para korban adalah Elang Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur, angkatan 1996), Alan Mulyadi (Fakultas Ekonomi, angkatan 96), Heri Heriyanto (Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin, angkatan 95) luka tembak di punggung, Hendriawan (Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, angkatan 96) luka tembak di pinggang, Vero (Fakultas Ekonomi, angkatan 96), dan Hafidi Alifidin (Fakultas Teknik Sipil, angkatan 95) luka tembak di kepala.
Menurut rencana, jenazah akan disemayamkan di gedung rektorat Universitas Trisakti hari Rabu pukul 08.00 WIB ini, sementara tempat dan waktu pemakaman belum ditentukan.
Jumpa pers oleh Panglima Kodam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin yang sedianya akan dilangsungkan pukul 23.00 WIB di Markas Polda Metro Jaya, baru dimulai Rabu dinihari pukul 01.30 WIB, dan hadir pula Kapolda Metro Jaya Mayjen (Pol) Hamami Nata, Kasdam Jaya Brigjen TNI Sudi Silalahi, Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) Jaya Letkol (Inf) DJ Nachrowi, dan Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) Polda Metro Jaya Letkol (Pol) Edward Aritonang. Hingga berita ini diturunkan pukul 02.30, jumpa pers masih berlangsung.
Kompas/arb |
Kapolda Metro Jaya Mayjen (Pol) Hamami Nata menyatakan kepada wartawan, kematian enam mahasiswa itu masih diteliti, sambil menunggu hasil visum et repertum. "Karena polisi hanya menggunakan tongkat pemukul, peluru kosong, peluru karet, dan gas air mata."
Ketua Crisis Centre Universitas Trisakti, Adi Andojo Soetjipto SH dalam jumpa pers, Selasa malam, mengemukakan, Universitas Trisakti akan mengajukan protes keras kepada pihak berwajib khususnya Kepala Kepolisian RI (Kapolri) dan Menhankam/Pangab atas kejadian itu, dan akan melakukan konsultasi dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
"Kita sudah bilang aparat jangan represif, tapi kok seperti ini. Mahasiswa saya ditembaki dengan peluru tajam, dan itu berlangsung di dalam kampus. Padahal seharusnya ada prosedurnya. Kok ini tiba-tiba pakai peluru tajam, dan mereka (mahasiswa) sudah berada di dalam kampus. Padahal mahasiswa tidak melawan, tidak melempar batu, dan tidak melakukan kekerasan. Mahasiswa saya itu sudah berangsur-angsur pulang ke kampus," kata Adi.
Menurut Adi Andojo, ia ikut mengawasi sewaktu mahasiswa melakukan unjuk rasa sampai di luar kampus. "Waktu itu mahasiswa hendak menuju ke DPR, tapi kemudian dihalang-halangi pasukan keamanan yang awalnya selapis, kemudian datang berlapis-lapis. Tetapi saya berhasil menahan mereka untuk berhenti di depan bekas kantor Wali Kota. Bahkan Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Jakarta Barat, Letkol (Pol) Timur Pradopo, mengakui dan mengucapkan terima kasih atas ketertiban yang ditunjukkan mahasiswa. Jadi ini diakui sendiri oleh Kapolres," katanya.
Selanjutnya, menurut Adi, pihak mahasiswa bersedia mundur bila pihak keamanan juga mundur. "Akhirnya mahasiswa saya bubar dengan tertib dan mereka semua kembali ke kampus. Bahkan saya merasa itu sudah selesai, sehingga saya pulang ke rumah," ujarnya.
Ternyata Adi kemudian mendapat laporan bahwa ada seorang mahasiswa yang tertembak kepalanya. Tak lama kemudian ia memperoleh kabar bahwa empat mahasiswa Trisakti meninggal dunia. "Saya telah melihat jenazah mereka dengan mata kepala saya sendiri," katanya.
Menurut Adi, bekas darah yang tercecer di dalam kampus menunjukkan bahwa para mahasiswa itu jelas-jelas ditembak di dalam kampus. Di lokasi itu juga kaca-kaca pecah karena tembakan. Wakil Ketua Komnas HAM Marzuki Darusman, yang hadir di Kampus Universitas Trisakti, Grogol, sekitar pukul 22.00 WIB, mengatakan, adanya mahasiswa yang tewas merupakan bukti telah terjadinya serangan terhadap kemanusiaan. Keterangan yang sama juga disampaikan Albert Hasibuan, anggota Komnas HAM.
Kompas/js |
Sampai berita ini diturunkan, sekitar 200 mahasiswa masih menunggu di sepanjang koridor RS Sumber Waras, menjaga rekan-rekan mereka yang masih dirawat di Unit Gawat Darurat, maupun menjaga jenazah rekan mereka yang disemayamkan. Suasana memilukan terlihat di sekitar kamar jenazah yang dipenuhi jerit dan isak tangis keluarga korban.
Keluarga korban meninggal terlihat sangat terpukul dan tidak mau dimintai keterangan. Ketika Adi Andojo mulai menemui korban di ruang perawatan, keluarga korban yang sudah tidak sabar langsung menyerbu masuk ruangan. Jeritan tangis haru pun tak tertahankan ketika mereka melihat jenazah anak-anaknya. Keluarga korban sampai tengah malam masih menunggu jenazah di sekitar kamar jenazah, mereka masih menunggu pengaturan selanjutnya.
Hampir terjadi insiden di kamar jenazah, ketika Komandan Polisi Militer Kodam Jaya (Danpomdam Jaya) Kolonel CPM Hendardji pukul 21.45 WIB datang ke kamar jenazah untuk mencek mahasiswa yang tewas. Semula mahasiswa tidak memberikan izin, tetapi setelah dibujuk dosen akhirnya mereka mengizinkan. Namun pencekan itu dilakukan secara tertutup.
Aksi damai
Aksi mahasiswa yang diikuti oleh mahasiswa, dosen, pegawai, dan para alumni universitas swasta terpandang di Indonesia ini, dimulai sekitar pukul 11.00 WIB dan mengambil tempat di halaman parkir. Beberapa putra pejabat tinggi kuliah di kampus itu, antara lain putra Wakil Kapolri Letjen (Pol) Lutfi Dahlan.
Aksi yang sedianya akan mendengar orasi dari Jenderal Besar AH Nasution (yang tidak jadi datang) ini kemudian diisi dengan berbagai orasi dari para guru besar, dosen, dan mahasiswa dalam berbagai bentuk.
Sekitar pukul 13.00 WIB, peserta aksi keluar dari kampus menuju ke Jalan S Parman, Grogol (yang persis berada di depan kampus) dan hendak menuju gedung MPR/DPR Senayan. Di barisan paling depan terdiri dari para mahasiswi yang membawa mawar dan membagi-bagikan mawar tersebut kepada aparat kepolisian. Beberapa di antaranya nampak mencium para petugas yang menerima mawar tersebut.
Puluhan petugas yang sejak pagi telah berjaga-jaga di depan kampus nampaknya tidak bisa membendung mahasiswa. Para petugas kemudian mundur perlahan-lahan. Pukul 13.00 WIB antara pimpinan mahasiswa, para alumni, Dekan Fakultas Hukum Trisakti Adi Andojo SH dan petugas keamanan yang diwakili oleh Komandan Kodim (Dandim) Jakarta Barat Letkol (Inf) A Amril, sepakat bahwa aksi damai ini hanya bisa bergerak sampai di depan Kantor Wali Kota Jakarta Barat yang berada sekitar 300 meter dari pintu utama kampus Trisakti.
Atas kesepakatan yang dicapai dengan aparat keamanan tersebut, melalui sebuah pengeras suara Adi Andojo segera mengumumkan kepada mahasiswa bahwa mahasiswa tidak boleh melanjutkan perjalanannya. "Saya minta kalian berjanji bahwa di tempat ini tidak ada aksi kekerasan, tidak ada tindakan perusakan atau membuat keributan," kata Adi Andojo yang disambut tepuk tangan para mahasiswa yang juga kemudian berjanji tidak akan melakukan hal itu. Hal yang sama juga dilakukan Pembantu Rektor III Trisakti I Komang Suka Arsana yang disambut baik oleh para mahasiswa.
Atas kesepakatan tersebut, mahasiswa kemudian menggelar mimbar bebas yang pada intinya menuntut pemerintah untuk secepatnya melaksanakan reformasi politik, ekonomi, dan hukum, serta menuntut dilaksanakannya Sidang Umum Istimewa MPR. Para petugas keamanan gabungan (sekitar 500 orang) dari berbagai kesatuan yang bersenjata lengkap nampak hanya berjaga-jaga di bagian depan (di depan Kantor Kejaksaan samping kantor Wali Kota), di bagian samping (pagar pembatas Jl S Parman dan jalan tol) dan pada bagian belakang (di bawah Grogol Fly Over).
Hingga sekitar pukul 17.00 WIB aksi damai universitas ini berjalan tenang tanpa ketegangan antara mahasiswa dan aparat keamanan. Sesekali nampak para mahasiswa bercanda dengan aparat keamanan, bahkan di antara para mahasiswa nampak membagi-bagikan botol-botol minuman kemasan, permen dan bunga mawar kepada petugas. Situasi nampak santai tanpa ada ketegangan. Puluhan mahasiswa nampak berpotret dengan petugas keamanan yang membentuk barikade.
Pada jam yang sama juga antara pimpinan mahasiswa dan petugas keamanan yang diwakili Dandim Jakarta Barat dan Kapolres Jakarta Barat disepakati untuk menyudahi aksi ini dan aparat meminta agar mahasiswa kembali ke dalam kampus. Atas kesepakatan yang dicapai ini pimpinan mahasiswa segera mengumumkan kepada mahasiswa yang kemudian secara perlahan hendak masuk ke dalam kampus.
Namun karena jumlah mahasiswa yang begitu banyak, sementara pintu masuk yang tersedia sangat kecil, rombongan mahasiswa kelihatan berjalan begitu lambat. Sekitar 70 persen dari peserta aksi ini sudah berhasil masuk ke dalam kampus. Proses masuk kampus ini juga nampaknya berjalan damai tanpa ada kekerasan.
Tiba-tiba dari arah belakang mahasiswa (yang masih berada di depan kantor Wali Kota) terdengar letusan senjata para petugas. Mahasiswa yang bingung atas keadaan tersebut lari tunggang langgang ke dalam kampus. Puluhan lainnya yang karena kaget atas letusan tembakan tersebut nampak berupaya menyelamatkan diri dengan melompat pagar jalan tol.
Beberapa mahasiswa yang tidak sempat lari dipukuli petugas. Bahkan salah seorang kameraman TV Yasushi Takahashi mengalami luka memar terkena pukulan petugas.
Mahasiswa yang marah atas peristiwa tersebut, dari dalam kampus kemudian melempari para petugas. Pelemparan ini kemudian dibalas oleh aparat keamanan dengan melepaskan gas air mata dan menembaki para mahasiswa yang telah berada di dalam kampus.
Di dalam kampus sendiri suasana menjadi mencekam karena terjadi keributan mahasiswa yang berupaya lari menyelamatkan diri di dalam gedung-gedung yang ada. Sebagian lain berupaya menolong teman-temannya yang mengalami luka-luka terkena tembakan dan lemparan batu dari petugas. Tangis pilu dan teriakan kemarahan mahasiswa terdengar di mana-mana.
Mahasiswa yang mengalami luka-luka terkena tembakan di antaranya Ketua Senat Mahasiswa Universitas Trisakti (SMUT) Hendra, Rico (Fak. Ekonomi-FE), Agus Rerwanti (Tek. Sipil), Ari Pramono (Sipil), Ason (Fakultas Teknik Industri-FTI), Yonatan Hendrik (Teknik Lingkungan), Ufur (Fak Ekonomi Akuntan), Hendrawan (FE), Ade Rizka Lubis (FE), Eko, Otty (Fak Teknik Lingkungan), Poltak Silalahi (Fakultas Hukum), Yose Noviardi (FE), Alfan (FE), Riga (Ketua Himpunan Mahasiswa), Boy Harry Budiman, Disyon (FTI), Boy (Fakultas Seni Rupa dan Desain), Alfis (FE), Mico (Fakultas Hukum), dan Kardianti (FE).
Seruan nasional
Segera setelah insiden berdarah itu, keluarga besar Universitas Indonesia dalam pernyataannya Selasa malam menyatakan bela sungkawa sedalam-dalamnya atas korban yang gugur tersebut. "(Kami) mengutuk sekeras-kerasnya tindakan yang telah dilakukan terhadap para korban dan menuntut pertanggungjawaban yang jelas dan tuntas," tekan pernyataan itu.
"Menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, mulai hari ini (Rabu) menggunakan pita hitam di lengan kiri sebagai tanda berkabung nasional dan sebagai lambang dari perjuangan reformasi dan suksesi kepemimpinan nasional, sampai perjuangan ini tuntas mencapai hasilnya," tutur mereka. Mereka juga menuntut segera dilaksanakannya sidang istimewa MPR sebagai wujud nyata upaya merealisasikan reformasi dan suksesi kepemimpinan nasional.
Sementara itu keluarga korban Hafidi Alifidin di Jl Sirna Galih No 5, Padasuka, Cicadas, Bandung, dikabarkan telah melakukan berbagai persiapan untuk menunggu kedatangan jenazah. Menurut pihak keluarga, Hafidi akan dimakamkan di Bandung. (ama/myr/gg/vik/iie/ssd/msh/ uu/bb/bdm/cc/lom/bw/oki/boy/rh)
***
12 Mei 1998
Pukul 11.00 - 13.00: Aksi Damai ribuan mahasiswa di dalam kampus.Pukul 13.00 : Mahasiswa ke luar ke Jalan S Parman dan hendak menuju ke DPR.
Pukul 13.15 : Dicapai kesepakatan antara petugas dan mahasiswa, bahwa mahasiswa tidak boleh melanjutkan perjalanan. Tawaran petugas diterima baik. Mahasiswa melanjutkan aksi di depan bekas Kantor Wali Kota Jakbar.
Pukul 13.30-17.00 : Aksi Damai Mahasiswa berlangsung di depan bekas kantor Wali Kota Jakbar. Situasi tenang tanpa ketegangan antara aparat dan mahasiswa.
Pukul 16.30: Polisi memasang police line. Mahasiswa berjarak sekitar 15 meter dari garis tersebut.
Pukul 17.00: Diadakan pembicaraan dengan aparat yang mengusulkan mahasiswa agar kembali ke dalam kampus. Mahasiswa bergerak masuk kampus dengan tenang. Mahasiswa menuntut agar pasukan yang berdiri berjajar mundur terlebih dahulu. Kapolres dan Dandim Jakbar memenuhi keinginan mahasiswa. Kapolres menyatakan rasa terima kasih karena mahasiswa sudah tertib. Mahasiswa kemudian membubarkan diri secara perlahan-lahan dan tertib ke kampus. Saat itu hujan turun dengan deras.
Pukul 17.15: Tiba-tiba ada tembakan dari arah belakang barisan mahasiswa. Mahasiswa lari menyelamatkan diri ke dalam gedung-gedung di kampus. Aparat terus menembaki dari luar. Puluhan gas air mata juga dilemparkan ke dalam kampus.
Pukul 17.15-23.00: Situasi di kampus tegang. Para korban dirawat di beberapa tempat. Enam mahasiswa Trisakti tewas. Yang luka-luka berat segera dilarikan ke RS Sumber Waras. Jumpa pers oleh pimpinan universitas. Anggota Komnas HAM datang ke lokasi.
13 Mei 1998 :
Pukul 01.30: Jumpa pers Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin di Mapolda Metro Jaya. Hadir dalam jumpa pers itu Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Kapolda Mayjen (Pol) Hamami Nata, Rektor Usakti Prof Dr Moedanton Moertedjo, dan dua anggota Komnas, HAM AA Baramuli dan Bambang W Soeharto. (ama/cc)
sumber: http://www.seasite.niu.edu/indonesian/Reformasi/Chronicle/Kompas/May13/enam01.htm
No comments:
Post a Comment