Friday, May 13, 2016

Petir adalah malaikat - bukti ideotnye mamad n olo. ha...7x


KEBENARAN RASULULLAH SAW : ANTARA MALAIKAT DAN PETIR

Dengan menyebut keagungan Asma’ul Husna, Al-Mutakabbir, pemilik segala kekuasaan hanyalah Allah Yang Maha Besar lagi Maha Perkasa. Sesungguhnya malam-siang yang telah menjelang dan siang-malam yang telah berlalu adalah milik-Nya. Dan ketika suara penyeru Allah Yang Maha Mendengar bersahut-sahutan menyeru, bergantian sesuai perbedaan waktu di seluruh dunia, maka semua itu hanya milik Allah Yang Maha Kuat lagi Maha Bijaksana.
Dan Rasulullah SAW, adalah utusan-Nya yang dimuliakan oleh Allah Yang Maha Mulia. Nuur Allah SWT telah dianugerahkan kepada Rasulullah SAW beserta pengikutnya untuk menerangi seluruh dunia. Dan Rasulullah SAW adalah manusia yang Fathanah (Cerdas). Beliau SAW menggambarkan apa yang sulit dijelaskan kepada kaum Quraisy, kaum Arab, dan pengikutnya. Kebijaksanaan beliau SAW dalam memilih perumpamaan tidak menyisihkan kebenaran. Maha Suci Allah yang telah menciptakan beliau SAW.
Petir adalah pekerjaannya malaikat yang diberi tugas mengurus awan dan bersamanya cambuk dari api yang memindahkan awan sesuai dengan kehendak Allah.” (H.R Tirmidzi)
Maha Benar Allah yang telah mengutus Rasulullah SAW dengan sifat Shiddiq (Benar) serta hikmah Al-Qur’an. Apa yang disampaikan Rasulullah SAW dalam Hadits Riwayat tirmidzi tersebut adalah suatu perumpamaan. Rasulullah SAW mengikuti apa yang diajarkan oleh Allah Azza Wa Jalla dalam Al-Qur’an, yakni menjelaskan menggunakan pendekatan dengan sebuah perumpamaan. Dan tiadalah yang dapat mengambil hikmah, kecuali orang yang menyingkirkan nafsunya dan menggunakan akalnya untuk memahaminya.
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-Ankabut [29]: 43)
Telah kita ketahui bahwa Malaikat adalah salah satu makhluk ciptaan Allah Azza Wa Jalla. Namun dari apakah malaikat diciptakan? Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada mu semua.” (H.R. Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Itu merupakan sumber dari hadits bahwa malaikat diciptakan dari cahaya oleh Allah Sang Maha Pencipta. Rasulullah SAW adalah insan yang paling amanah, sehingga oleh musuhnya sendiri dipercaya sebagai orang yang paling amanah (jujur). Dan apapun yang disampaikan oleh beliau SAW adalah benar, sehingga sifat Rasulullah SAW teramat mulia, yakni jujur dalam menyampaikan sesuatu dan benar apa yang disampaikannya.
Mari kita berpikir lebih dalam. Mengapa penciptaan malaikat dari cahaya tidak dicantumkan dalam Al-Qur’an oleh Allah Azza Wa Jalla? Mengapa hanya ada di dalam Al-Hadits? Hal tersebut dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Rasulullah, utusan Allah SWT. Untuk membuktikan bahwa apa yang disampaikan Rasulullah SAW adalah benar.
Pembuktian pertama
Pertama-tama kita buktikan bahwa hadits tentang ‘Malaikat terbuat dari cahaya’ adalah benar. Caranya adalah merujuk pada Al-Qur’an. Salah satu ayat yang menceritakan karakteristik Malaikat sebagai cahaya adalah pada QS. Al-Maarij ayat 4,
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.(QS. Al-Maarij [69]: 4)
Ayat ini menjelaskan bahwa 1 hari bagi malaikat adalah 50.000 tahun bagi manusia. Ada dua interval waktu yang berbeda yang terjadi secara bersamaan. Agak susah membayangkannya, namun ada caranya. Caranya adalah dengan konsep Dilatasi Waktu. Sederhananya, konsep Dilatasi Waktu adalah suatu konsep dimana semakin cepat suatu benda melaju, semakin kecil interval waktu yang dialami benda tersebut. Rumus dari konsep Dilatasi Waktu adalah:
Equation 1
Dengan keterangan variabel t1 sebagai interval waktu yang malaikat alami, yakni 1 hari dan variabel t2 sebagai interval waktu yang manusia alami, yakni 50.000 tahun. Supaya satuan waktunya sama, maka 50.000 tahun adalah 50.000 x 365 hari dengan hasil 18.150.000 hari. Dan variabel v adalah kecepatan malaikat dan variabel c adalah konstanta kecepatan cahaya, yakni 299.792.459 m/s. Yang ditanyakan adalah berapa kecepatan Malaikat, oleh karena itu variabel v masih belum diketahui nilainya. Maka, kita masukkan nilai dari variabelnya.
Equation 2
Kemudian kita pindahkan nilai-nilainya ke sisi kanan dan variabelnya (v) ke sisi kiri untuk memudahkan perhitungan.
Equation 3
Hasilnya adalah v = 0,999995 x 299.792.459. Dan nilai terakhir yang didapat adalah v = 299.792.444,010377. Jadi, kesimpulannya adalah selisih kecepatan Malaikat (v) dengan kecepatan cahaya (c) adalah 14,989623 m/s atau kita bulatkan menjadi 15 m/s. Selisih ini sangatlah kecil jika kita bandingkan dengan kecepatan cahaya, jika kita bulatkan, 300.000.000 m/s atau 3 x 108 m/s. Jadi bisa kita abaikan selisihnya dan kita temukan bahwa kecepatan malaikat (v) nilainya sama dengan kecepatan cahaya (c).
Sebenarnya nilai dari variabel bisa kita bulatkan dari awal menjadi 3 x 108 m/s dan juga bisa kita jadikan tetap sebagai variabel c. Hasilnya juga sama, yakni v = . Penjabaran setiap variabel yang kita lakukan seperti langkah di atas mempunyai tujuan untuk memperjelas perhitungan.
Kesimpulannya, sesuatu yang mempunyai kecepatan cahaya pastilah terbuat dari cahaya. Contohnya adalah partikel Foton, yakni partikel cahaya. Berarti malaikat cepat dong? Bagaimana bisa berwujud manusia dan gerakannya seperti manusia, tidak secepat cahaya? Tentu kita harus membedakan Foton dengan Malaikat. Foton adalah paket-paket energi cahaya berupa gelombang elektromagnetik, dengan kata lain benda mati (Teori Dualisme Cahaya). Sedangkan Malaikat adalah makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah Sang Maha Pencipta. Tentu saja, akan sangat mudah bagi Malaikat sebagai cahaya untuk mengimbangi kecepatan manusia. Namun, mustahil bagi manusia untuk mengimbangi kecepatan Malaikat, yakni kecepatan cahaya tanpa izin dari Allah Azza Wa Jalla.
Jelas sudah bahwa Al-Qur’an itu benar dan membenarkan. Dan Rasulullah SAW adalah orang yang jujur (Amanah) dan benar (Shiddiq). Tentu saja apa yang beliau SAW sampaikan, yakni Al-Qur’an, dan kebenaran beliau sebagai Rasulullah SAW adalah benar. Inilah sifat Rasulullah SAW yang mulia, yakni Tabligh atau menyampaikan. Dan juga terbukti bahwa Rasulullah SAW sangatlah cerdas dengan mengetahui bahwa Malaikat terbuat dari cahaya dan mampu memahami QS. Al-Maarij ayat 4 mendahului Albert Einstein.
Pembuktian kedua
Pembuktian kedua berkaitan dengan hadits Rasulullah SAW mengenai kilat-petir dan Malaikat. Rasulullah SAW mengumpamakan bahwa petir adalah malaikat dengan cambuknya yang dari api untuk mengarahkan awan. Apakah benar? Mari kita pandang dari sudut ilmiah.
Petir terdiri dari dua, yakni Halilintar dan Kilat. Halilintar adalah suara yang dihasilkan petir, sedangkan Kilat adalah cahaya yang dihasilkan Petir. Petir sendiri merupakan gejala alam berupa lompatan listrik akibat adanya perbedaan potensial antara awan satu dengan awan lain. Awan mempunyai potensial listrik yang berbeda-beda. Semakin hitam awan, semakin besar kandungan uap airnya, semakin banyak gesekan yang timbul antar uap air, semakin besar listrik statis yang terkandung, semakin besar muatan listriknya.
Suhu dari petir dapat mencapai 50.000 Kelvin atau setara dengan 49.727 0C. Suhu ini akan menyebabkan perbedaan tekanan. Karena perbedaan tekanan dan suhu, timbullah angin. Maka, tidak heran jika ada fenomena badai angin disertai petir menyambar-nyambar. Dari penjelasan tersebut sudah jelas akan ada angin yang ditimbulkan oleh petir, yang kemudian angin tersebut akan menggiring awan.
Bagaimana dengan cambuk api yang dimaksud Rasulullah SAW? Cambuk api yang termaksud adalah Kilat atau lompatan listrik. Dari data yang bisa dikumpulkan melalui kajian pustaka, kecepatan lompatan listrik mencapai 1 x 108 m/s. Sekitar 1/3 dari kecepatan cahaya. Dan lompatan listrik  atau yang dalam skala kecil disebut sebagai bunga api, tidak lain adalah reaksi Fisis. Sama seperti listrik, api merupakan salah satu bentuk reaksi Fisis. Reaksi Fisis dapat berupa api, percikan, dan ledakan. Jadi, Kilat bukanlah cahaya karena kecepatan Petir kurang dari kecepatan cahaya. Dan Kilat adalah sama seperti api, yakni reaksi Fisis dimana senyawa-senyawa di sekitar awan seperti Uap Air (H2O), gas Oksigen, Nitrogen, Karbon dioksida, terbakar atau terionisasi.
Nah, sekarang sudah kita ketahui sisi ilmiah dari kebenaran hadits Rasulullah SAW mengenai Petir dan Malaikat. Mengapa Rasulullah SAW tidak menjelaskannya secara langsung, mengapa melalui perumpamaan? Alasannya adalah untuk memudahkan penjelasan. Pada 14 abad yang lalu, ilmu Fisika masih belum bisa dipahami oleh Bangsa Arab. Jadi, untuk menjelaskan gejala alam harus menggunakan perumpamaan yang mudah dipahami, namun demikian tidak melenceng dari kebenaran. Dan terlihat benar bahwasanya Rasulullah SAW adalah insan yang cerdas dengan mengumpamakan Petir dan Malaikat, karena kedua-duanya mempunyai karakteristik cahaya. Dan suara Halilintar sebagai cambuk. Apakah Petir bukan Malaikat? Allahu a’lam. Salah satu ayat dari Ar-Ra’d berikut akan menjelaskan Petir yang terdiri dari Kilat dan Halilintar sebagai ketakutan (adzab) dan harapan (tanda hujan).
Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.
Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 12-13)

-multatuli


Golde, R. H. 1977. Lightning: The Physics of Lightning. London: Academic Press
Rakov, Vladimir A dan Martin A. Uman. 2003. Lightning: The Physics and Effects. Cambridge: Cambridge University Press
Rachidi, Farhad dan Marcos Rubenstein. 2011.Lightning Physics and Effects. http://www.serec.ethz.ch/EVENTS%20WEF%202011/LIGHTNING_14OCT11/1_RUBINSTEIN.pdf

Inilah Maksud dan Fungsi Petir (Kilat)
Pertanyaan: Petir itu menurut syariat fungsinya apa?
Melempar setan?


Dijawab oleh al-Ustadz Abu ‘Abdillah Muhammad as-
Sarbini al-Makassari


Yang berfungsi untuk melempar setan adalah bintang
yang dijatuhkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini
adalah salah satu fungsi diciptakannya bintang-bintang di langit, sebagaimana dikabarkan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala dalam Al-Qur’an.

Adapun fungsi petir dan kilat, sebagai jawabannya kami nukilkan keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ al-Fatawa (24/263-264), “Adapun petir dan kilat terdapat keterangan pada hadits marfu’ (disandarkan
sebagai sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) yang
diriwayatkan dalam kitab Sunan at-Tirmidzi dan lainnya,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang
ar-ra’d (petir). Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab:
“Malaikat dari malaikat-malaikat Allah yang ditugasi
mengatur urusan awan di tangannya ada alat (cambuk)
[1] dari api untuk mengarak awan menurut kehendak
Allah.” [2]

Pada kitab Makarrim al-Akhlaq karya al-Kharaithi,
terdapat atsar dari Ali radhiyallahu ‘anhu:

Beliau ditanya tentang petir, maka beliau menjawab,
“Malaikat.” Beliau ditanya lagi tentang kilat, beliau
menjawab, “Cambuk-cambuk di tangan para malaikat.”
Pada riwayat lain beliau berkata, “Cambuk-cambuk dari besi di tangan malaikat.”

Telah diriwayatkan pula atsar-atsar yang semakna dengan ini. Begitu pula telah diriwayatkan keterangan lain dari.

Beberapa salaf yang tidak menyelisihi keterangan di atas seperti ucapan sebagian mereka, “Sesungguhnya petir itu adalah (suara) benturan substansi-substansi (zat-zat)
awan akibat adanya tekanan udara dalam awan.”


Keterangan ini tidaklah kontradiksi dengan keterangan diatas karena ar-ra’d (petir/guruh) adalah mashdar dari ra’ada (artinya telah berguruh), yar’udu (artinya sedang/
akan berguruh), ra’dan (artinya guruh/petir).
Demikian pula ar-ra’id (artinya yang berguruh)
dinamakan ra’dan (petir/guruh), seperth halnya al’adil
(artinya yang adil) dinamakan ‘adlan (artinya adil).

Gerakan yang ada mengharuskan keluarnya suara,
sementara para malaikatlah yang menggerakkan
(mengarak) awan. Mereka memindahkannya dari satu
tempat ke tempat lainnya. Seluruh gerakan yang terjadi
di alam atas dan alam bawah, yang mengaturnya adalah
para malaikat. Suara manusia pun bersumber dari
benturan anggota-anggota tubuh lainnya, yaitu kedua
bibirnya, lidahnya, gigi-giginya, anak lidah (anak tekak),
dan tenggorokan. Bersama dengan itu, manusia disifati
bahwa dia bertasbih kepada Rabbnya, memerintahkan
kepada yang kebaikan dan melarang dari kemungkaran.

Jika begitu, petir adalah suara menghardik awan. [3]
Begitu pula halnya dengan kilat. Telah dikatakan, “(Kilat
itu) kilauan air atau kilauan api.” Hal ini pun tidak
menafikan (menampik) bahwa kilat itu adalah cambuk
yang ada di tangan malaikat, karena api yang berkilau di
tangan malaikat seperti cambuk, seperti penggiring
hujan. Malaikat menggiring (mengarak) awan seperti
halnya penunggang menggiring binatang
tunggangannya.”


Catatan kaki:
[1] Lihat penjelasan makna makhariq (alat semacam
cambuk) dalam an-Nihayah fi Gharib al-Atsar karya Ibnul
Atsir.

[2] Setelah itu beliau ditanya lagi tentang suara petir
yang terdengar itu. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab:

“Hardikannya terhadap awan jika ia menghardiknya
(untuk mengaraknya) hingga berhenti di tempat yang
diperintahkannya.”

Ini adalah hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma
dengan riwayat at-Tirmidzi (pada Kitab Tafsir al-Qur’an,
Bab Wa min Surah ar-Ra’d no. 3117) tentang
kedatangan sekelompok Yahudi menemui Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya tentang petir.

Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ahmad, ath-Thabarani,
adh-Dhiya’ al-Maqdisi, dan lainnya dengan lafadz:
Sekelompok orang Yahudi menemui Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Abul Qasim, kami
akan bertanya kepadamu tentang beberapa hal. Jika
engkau menjawabnya, kami akan mengikutimu,
membenarkanmu dan beriman kepadamu … Kabarkan
kepada kami tentang petir, apakah itu?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Petir adalah
salah satu malaikat Allah malaikat Allah yang ditugasi
mengurus awan, (di kedua tangannya -atau di
tangannya- ada cambuk dari api untuk menghardik
awan), dan suara yang terdengar darinya adalah
hardikannya terhadap awan jika ia menghardiknya hingga
berhenti di tempat yang diperintahkannya.”

Yang dalam kurung adalah tambahan lafadz dari adh-
Dhiya’ pada salah satu riwayatnya. Dinyatakan berderajat
shahih oleh al-Albani. Lihat ash-Shahihah (no. 1872).
[3] Ini sesuai dengan sabda Rasul shallallahu ‘alaihi
wasallam pada kelanjutan hadits Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma di atas.


Sumber: Majalah Asy Syariah, no. 67/1432 H/2010, hal.
76-77.
http://www.kaskus.co.id/thread/50f7e91ae774b4280d00000d/inilah-maksud-dan-fungsi-petir-kilat/

Selasa, 18 September 2012

DONGENG QURAN, PETIR ADALAH TERIAKAN MALAIKAT

Kita baca dalam Surah Ar Ra’du 13:13:

“Dan guruh bertasbih memuji Allah, dan para malaikat (bertasbih) karena takut kepadaNya. Allah mengirim petir lalu menimpakannya kepada siapa yang dikehendakiNya, sedang mereka membantah tentang Allah, dan Dialah yang sangat keras siksaNya.”

Al-Baidawi berkata, “Ibnu Abbas melaporkan bahwa sang Nabi ditanyai mengenai petir. Jawabnya, ‘Itu adalah malaikat yang diberi kuasa terhadap awan. Dia telah melilitkan balutan api yang sekalian mengendarai awan dan para malaikat, dengan rasa gentar terhadap Allah.’ Pendapat lain berkata bahwa kata depan ‘Nya’ di ayat itu mengacu pada petir itu sendiri.”

Al-Tirmidhi mengutip Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa “Orang-orang Yahudi datang pada Muhammad dan berkata, ‘Ceritakan pada kami tentang petir. Apakah itu?” Ia menjawab: ‘Salah satu malaikat yang diwenangkan kepada awan. Dia melilitkan balutan api berkendaraan awan sesuai dengan kehendak Allah.’ Mereka bertanya, ‘Suara yang terdengar itu sesungguhnya apa?’ Dia berkata, ‘Itu adalah tegurannya kepada awan, dimana mereka harus berhenti ketika diperintahkan bagi mereka.’ Kata mereka, ‘Kau telah mengatakan kebenaran!’”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, ”Dalam hadits marfu’ (sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen) pada riwayat At Tirmidzi dan selainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang ar ro’du, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

مَلَكٌ مِنْ الْمَلَائِكَةِ مُوَكَّلٌ بِالسَّحَابِ مَعَهُ مخاريق مِنْ نَارٍ يَسُوقُ بِهَا السَّحَابَ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ

”Ar ro’du [SUARA PETIR] adalah malaikat yang diberi tugas mengurus awan dan bersamanya pengoyak dari api yang memindahkan awan sesuai dengan kehendak Allah.”[HR. Tirmidzi no. 3117. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.]

Dari ‘Ikrimah mengatakan bahwasanya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma tatkala mendengar suara petir, beliau mengucapkan,

سُبْحَانَ الَّذِي سَبَّحَتْ لَهُ

”Subhanalladzi sabbahat lahu” (Maha suci Allah yang petir bertasbih kepada-Nya). Lalu beliau mengatakan, ”Sesungguhnya petir adalah malaikat yang meneriaki (membentak) untuk mengatur hujan sebagaimana pengembala ternak membentak hewannya.”[Lihat Adabul Mufrod no. 722, dihasankan oleh Syaikh Al Albani.]

Apabila ’Abdullah bin Az Zubair mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan,

سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ

“Subhanalladzi yusabbihur ro’du bi hamdihi wal mala-ikatu min khiifatih” (Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya). Kemudian beliau mengatakan,

إِنَّ هَذَا لَوَعِيْدٌ شَدِيْدٌ لِأَهْلِ الأَرْضِ

”Inilah ancaman yang sangat keras untuk penduduk suatu negeri”.[Lihat Adabul Mufrod no. 723, dishohihkan oleh Syaikh Al Albani]


JADI MENURUT MUHAMAD "PETIR ADALAH MALAIKAT BERTERIAK YANG SEDANG MENGANCAM PENDUDUK SUATU NEGERI" DAN PERGERAKAN AWAN ADALAH DISEBABKAN OLEH CAMBUKAN MALAIKAT.

Kita bertanya: Mengherankan. Mengapa Qur’an menyebut petir itu seorang malaikat sementara orang-orang primitif dikala itu menganggapnya sebagai dewa? [Keduanya konyol! Yang satu dongeng, yang lain mitos]. Pada kenyataannya itu adalah kekuatan arus listrik yang ditimbulkan oleh hubungan ion positif dan negatif yang ada pada awan.


Sumber: http://rumaysho.com/belajar-islam/amalan/2804-fenomena-kilatan-petir-dan-geledek-dalam-kacamata-islam.html
http://mengungkapkebohonganislam.blogspot.co.id/2012/09/dongeng-quran-petir-adalah-teriakan.html

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...